26 - FLASHBACK

2.6K 152 2
                                    

CHAPTER SELANJUTNYA AKAN DI PRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA MEMBACA.


Tega kalian kalau sampai belum follow ಥ‿ಥ
JANGAN BAWA CERITA LAIN KE SINI!

WAJIB FOLLOW IG :
@fajarmunazat
@wp.fajarmunazat


Bismillahirrahmanirrahim!

Ketika Nabila sibuk menandatangani berkas dari pihak rumah sakit, tiba-tiba ada seorang perawat wanita mengetuk pintu ruangannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ketika Nabila sibuk menandatangani berkas dari pihak rumah sakit, tiba-tiba ada seorang perawat wanita mengetuk pintu ruangannya. Mereka yang berada di dalam ruangan itu, seketika mengarahkan pandangannya ke arah pintu.

"Masuk," Alvin mempersilahkan seorang perawat wanita itu untuk memasuki ruangannya.

Seorang perawat wanita itu terlihat sangat panik, karena terlihat dari suara napas gusarnya. Kemudian, dia memberitahu kondisi Maryam kepada Farida.

"Maaf dok, pasien bernama Maryam saat ini sedang mengalami masa kritis, dokter Namira menyuruh saya untuk memberitahu informasi ini kepada dokter Farida dan pasien harus segera ditangani oleh dokter spesialis jantung."

"Tunggu apa lagi, kita langsung segera kesana, berkas-berkasnya sudah aku tandatangani semuanya, Ri." seketika mendengar informasi tersebut, Nabila ingin sekali langsung mengambil tindakannya.

Dari tadi Farida hanya bisa terdiam mendengar kondisi adiknya yang saat ini sedang kritis.

"Kami permisi dok," Nabila langsung berpamitan kepada Alvin untuk pergi dari tempat itu.

Farida, Nabila dan seorang perawat wanita itu pun langsung berlari menuju ruangan inap nya Maryam.

Manusia adalah makhluk Allah, Allah datangkan musibah kepada kita dengan berturut-turut dengan tujuan supaya kita bisa lebih kuat dan bisa lebih mendekatkan diri kepada-Nya.

Disana terlihat ada Sarah yang sedang terduduk di kursi luar ruangan inap nya Maryam.

Dalam kondisi seperti ini, Farida harus bisa kuat, karena dia harus bisa menguatkan keluarganya, terutama Ummi nya.

Nabila menggenggam tangan Farida dengan kuat, "Sebaiknya kamu jangan ikut kedalam, biarlah aku dengan dokter rumah sakit ini yang menangani Maryam, takutnya terjadi apa-apa terhadap Ummi kamu, kuatkan dia dan selalu berdo'a supaya Maryam segera disembuhkan." Nabila menyuruh Farida untuk tidak ikut serta dalam menangani Maryam.

"Baiklah, semoga lancar, Bil."

"Tolong selamatkan anak saya, dok. Saya tidak ingin kehilangan orang yang kedua kalinya dengan cara meninggal yang sama." Ucap Sarah kepada Nabila.

"In Syaa Allah, aku akan berusaha semaksimal mungkin Tante," jawab Nabila.

Farida melepaskan genggaman tangan Nabila, dan Nabila pun memasuki ruangan inap nya Maryam.

Suasana semakin terasa tegang, Farida dan Sarah menunggu diluar sambil memanjatkan do'a kepada sang Maha Pencipta semoga tidak ada hal yang serius dengan kondisi Maryam.

Mereka saling menguatkan satu sama lain, genggaman tangan mereka semakin kuat. Hingga akhirnya lamanya menunggu hingga 30 menit, Nabila dan seorang dokter wanita keluar dari ruangan inap nya Maryam.

Seketika Farida dan Sarah terbangun dari duduknya dan segera melangkahkan kakinya menuju Nabila dan seorang dokter wanita itu.

"Maaf, kami sudah melakukan tindakan ini dengan sekuat tenaga kami, tetapi Tuhan berkata lain, pasien yang bernama Maryam sudah meninggal dunia." seorang dokter wanita membicarakan tentang kondisi Maryam dengan rasa bersalahnya.

"Maaf Ri, aku gak bisa tolong adik kamu."

"Aku udah berusaha buat nyelamatin adik kamu di masa kritisnya."

"kamu pasti kuat dan harus yakin kalau musibah ini datang dari Allah dan Allah tahu yang terbaik untuk seorang hamba-Nya." Nabila memeluk tubuh Farida dengan erat.

Farida dan Sarah semakin mengeluarkan air matanya, rasa bersalah sebagai keluarga yang tidak bisa memberikan terbaik untuk Maryam.

Dengan kondisi saat ini, Farida hanya bisa merasakan kegagalan sebagai seorang kakak untuk menjaga adiknya. Sosok Maryam yang sangat ceria akan Farida ingat terus sampai kapanpun.

Maryam yang mempunyai karakteristik penyabar dalam penyakitnya, dia sering membicarakan kejadian yang ia alami di sekolahnya. Teman-temannya tidak ada yang ingin berteman dengannya, dengan alasan dia manusia penyakitan.

Sarah hilang kendali sampai dia pingsan, untung saja ada seorang perawat wanita yang menjaga dari tadi. Sarah dibawa ke tempat yang lebih nyaman, supaya tidak ada hal-hal yang tidak diinginkan.

Nabila membawa Farida untuk duduk, supaya dia bisa lebih tenang untuk menghadapi musibah ini.

"Bil..." Seketika mulut Farida berbicara sedikit demi sedikit untuk mengungkapkan perasaannya.

"Kenapa, Ri?" Nabila semakin merasa gak tega dengan kondisi Farida saat ini, Farida terlihat sangat lemas tidak ada gairah sama sekali.

"Bil...a...ku..." Kata yang terucap dari mulut Farida masih terbata-bata, dia masih gak bisa menerima kenyataan ini.

Farida kini memeluk tubuh Nabila dengan kedua kalinya, dia saat ini sangat membutuhkan pelukan hangat dari orang yang ia sayangi. Meskipun, Nabila adalah orang yang baru ia kenal, tetapi Farida sudah sangat menyayanginya.

"Sudah kamu jangan bicara dulu, menangislah dengan sekeras-kerasnya, luapkan rasa sedih itu, bagaimana pun kenyataan ini harus bisa kamu terima." Nabila berusaha memberikan semangat kepada Farida.

"Allah sengaja ngasih jalan hidup kamu kayak gini, karena Allah tau kamu bisa, kamu kuat, kamu bisa ngelewatin ini semua. Nangis sesekali nggak papa, raga bisa capek, batin bisa lelah. Tapi kamu bisa bertahan sejauh ini, kamu di dewasa kan oleh Allah dengan cara seistimewa ini."

Kebahagiaan, kesedihan, kematian, jodoh, dan musibah itu datang dari Allah. Kita sebagai manusia harus bisa siap dengan itu semua.

•••

Next? Tega kalian mintaa next tapi belum follow me 😫😤

Please yang belum follow, follow dulu biar kalian tau informasi apapun yang nanti akan di sampaikan mengenai ceritanya. Kita juga sama-sama berjuang aja di sini, jadi please follow me><

Jangan lupa vote dan komen ya kawan!!!

FOLLOW INSTAGRAM
@fajarmunazat
@wp.fajarmunazat

FOLLOW TIKTOK
@wp.duniakuduniamu

TIKUNGAN SEPERTIGA MALAM Where stories live. Discover now