" jangan seperti itu "

103 8 0
                                    

Tolong jangan
Membuatku kecewa.
Kamu masih menjadi
salah satu
Orang terpentingku

Dira Dinata

***

Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa besok adalah hari dimana Dira akan mengukuti lomba untuk mewakili Pelita Harapan. Berarti sudah sebulan Dira mempersiapkan dirinya.

Waktu sudah menunjukan pukul 23 : 15 tapi Dira masih fokus dengan buku-bukunya. Dira ingin besok ia dapat memberikan yang terbaik.

Rendi menatap Dira dengan wajah kesal. Selama sebulan Dira seperti robot yang tak pernah lelah belajar. Bangun pagi menyiapkan sarapan lalu ke sekolah, setelah pulang menyiapkan makan lalu membersihkan diri, setelah itu  belajar bahkan makan malampun harus Rendi marahi kalau tidak Dira akan lupa. Begitu yang terjadi selama sebulan.

" Dir " Rendi memanggil Dira tapi tak ada jawaban " Dira loh denger gw gak sih " lanjut Rendi penuh penekanan

" Apaan sih Ren, makanan kan udah gue si " ucapan Dira terhenti karna darah yang jatuh tepat diatas paha mulusnya

Rendi yang melihat darah keluar dari hidung Dira langsung panik dan mengambil tisu serta menggendong Dira ketempat tidur.

" Hallo dokter Alfin, ini saya Rendi. Tolong keapartemen saya sekarang. Istri saya mengeluarkan darah dari hidungnya " Rendi sangat panik

Dokter Alfin adalah dokter pribadi keluarga Rendi. Jadi kapan saja keluarga Rendi butuhkan dokter Alfin akan segera hadir.

" Ren ngapain sih panggil dokter segala, gue gak papa kok " Dira tak suka dengan sifat Rendi yang dianggap tak sopan menyuru orang selarut ini.

" GAK PAPA GIMANA DIRA, DARAH KELUAR DARI HIDUNG LU " Rendi sudah tak bisa menahan amaranya

" Gue ngelakuin itu untuk banggain orang tua gue dan mertua gue selaku pemilik sekolah " Dira tak bisa menahan air matanya karna bentakan Rendi

Rendi ingin membalas ucapan Dira tapi bel apartemennya berbunyi, Rendi tau kalau itu pasti dokter Alfin.Rendi membuka pintu dan menyuru dokter Alfin masuk.

" Dok langsung aja periksa istri saya, saya gak mau dia kenapa-napa " ucap Rendi

Rendi memperhatikan dokter Alfin yang memeriksa Dira. Rasa takut menyelimuti Rendi. Dia tak ingin Dira sakit

" Gimana dok " tanya Rendi

" Gak papa kok, istrimu cuma kecapean. Ini resep obat serta vitamin. Dira ingat istirahat yah, jangan kerja yang berat-berat dulu dan jangan begadang " dokter Alfin menyodorkan resep kepada Rendi " Kalau begitu saya pamit yah " lanjutnya

" Biar saya antar dok sekalian beli obat dan vitamin untuk Dira " ucap Rendi

Setelah membeli obat Rendi sampai dan melihat Dira yang sudah tertidur pulas. Ada rasa lega disitu. Rendi menaruh obat Dira dan membaringkan diri disamping Dira.

~

Dira bangun dan tak mendapati Rendi disampingnya, Dira lalu menuju kamar mandi dan bersiap untuk mengikuti lomba. Setelah rapi dengan seragamnya Dira keluar dan mendapati Rendi yang sudah rapi dengan seragamnya diruang makan.

" Lu yang nyiapin ini semua " Dira tersenyum melihat roti bakar dan susu coklat

" Lu gak boleh kecapean " ucap Rendi sambil mengoles roti dengan selai nenas

" Eh bukannya lu gak suka nenas " tanya Dira

Dira pernah memberikan Rendi roti dengan selai nenas tapi Rendi membuangnya karna tak menyukai nenas.

" Nih buat lu, gue kan uda bilang lu gak boleh kecapean " Rendi memberikan roti yang telah diolesi dengan selai nenas

Dira merasa bahagia dengan perhatian Rendi. Setelah menikah Dira banyak tau tentang Rendi. Dira tau kalau nenas dan beras merah adalah makanan yang paling Rendi benci, Dira tau kalau Rendi paling suka opor ayam dan rendang dan Dira tau kalau Rendi sebenarnya adalah orang yang lembut dan baik.

" Lu berangkat bareng gue, lombanya dimana " tanya Rendi disela makanya

" Emang gak papa kalau lu nganter gue ? Di SMA Citra Bangsa " sebenarnya Dira senang kalau semobil dengan Rendi

SMA Citra Bangsa adalah rival sejatinya Pelita Harapan. Dan Dira ingin memenangkan perlombaan ini.

" Gak papa lagian gue gak mau lu kecapean karna nyetir. ingat minum obat dan vitamin lu  " Rendi bangun dan mengambil kunci mobilnya

Sepanjang perjalanan Dira terus menatap Rendi. Tak bisa dipungkiri Dira sangat bahagia karna ini pertama kalinya mereka kesekolah bersama.

" Gue tau kok kalau gue ganteng tapi gak perlu lu liatin kayak gitu " Rendi tersenyum melihat Dira salah tingkah

" Apaan sih lu GR banget. Gantengan Putra kali " Dira mencoba menahan rasa malunya karna ke-gap

" Sabar Citra Bangsa itu kan sekolahan Putra. Apa dia juga ikut lomba ? Ahhh semoga aja gak, gue gk mau kalah " Dira baru inget kalau Putra bersekolah di Citra Bangsa

" Maksud lu " tanya Rendi bingung

" Putra itu pinter banget kalau soal kimia. Gue aja diajarin dia. Dan selama sebulan ini Putra yang ngebantu gue ngerjain soal-soal yang gue bingung. Dira .. Dira lu kok bisa bego gini yah " Dira mengutuki dirinya atas kebodohannya

Rendi dan Dira sampai diCintra Bangsa , sekolah yang menjadi rival sekolah mereka. Dira dapat melihat pak Sipri yang sudah menunggunya beserta teman-temannya. Disitu juga ada Rio, Ria, Amel dan Erick.

" Lu kok bisa bareng Dira sih " tanya Erick

" Tadi gue lagi nungguin taksi tapi Rendi lewat jadi gue nebeng deh " bohong Dira

" Emang mobil lu dimana Dir " kali ini Amel yang bertanya

" Lagi dibengkel " maafin gue Mel karna udah bohongin lu

Pak Sipri mengajak mereka ke aula karna perlombaan akan segera dimulai. Dira dapat melihat Putra yang sedang duduk dengan seorang cewek. Jujur hatinya sakit melihat mereka tertawa bersama.

" Jangan sedih ada gue " bisik Rendi karna melihat apa yang Dira lihat

Perlombaanpun dimulai, seperti yang Dira takuti. Putra mewakili SMA Citra Bangsa. Jujur Dira pesimis tapi dia mencoba sebisa yang ia bisa.

Perlombaan diikuti oleh 15 sekolah. Perlombaan diadakan selama 2 hari. Hari pertama adalah babak seleksi dan hari kedua adalah finalnya.

Ini adalah saat yang sangat mendebarkan yaitu pengumuman 2 sekolah terbaik yang akan bertanding dibabak final. Dira merasa sangat gugup tapi tidak dengan Putra yang terlihat biasa saja

" Sekolah yang akan masuk kebabak Final adalah Citra Bangsa dan Pelita Harapan " ucap pembawa acara

Banyak suara dan ocehan yang terdengar. Mulai dari kekecewaan karna tak bisa masuk babak final, umpatan karna kalah dan teriakan bahagia dari Citra Bangsa dan Pelita harapan.

Pelita Harapan berbahagia tapi tidak dengan tokoh utamanya. Yah Dira terlihat tak bahagia karna melihat tangan Putra dirangkul oleh seorang cewek cantik. Hati Dira sangat sakit melihat itu dan Dira merasa dibohongi oleh Putra. Dira tak bisa berlama- lama disini, dia tak ingin semakin sakit.

Dira berpamitan kepada pak Sipri lalu berlari keluar aula, Rendi dan Rio yang melihat berlari untuk mengejar tapi sayang Dira sudah lebih dahulu pergi dengan taksi.

" Kamu jahat Put hiks hiks " batin Dira

***

Uppp laggggeeeee
Jangan lupa ninggalin jejak yah
Dan jangan lupa follow IG aku
Nanti aku Follback kok
IG : Riiakhiia

HURT ( DIRA DINATA )  ✅✔☑Where stories live. Discover now