32

2.6K 306 75
                                    


"Ittadakimasu."

Ucap [Name] dan Shoto bersamaan. Keduanya tidak mengucapkan dengan keras, mereka sama-sama mengeluarkan suara hampir tanpa intonasi. Sangat datar.

Satu suapan pertama [Name] untuk makan siang disaksikan dengan seksama oleh sipembuat sajian lezat itu.Menyadari dirinya diperhatikan.Sembari mengunyah pelan makanan itu, [Name] tersenyum tipis, mengangkat kedua alisnya, dan mengangguk-angguk menandakan Ia suka makanan buatan Shoto.

Shoto yang mendapat jawaban memuaskan dari [Name] pun segera mengalihkan pandangan, menatap hidangan di depannya, lalu diam-diam tersenyum tipis.

Makan siang pun berlanjut dengan kesunyian di iringi suara mereka saat menyeruput mie dan sumpit yang beradu dengan mangkok kuah mini.

Hangat sekali suasana diruangan yang mereka isi sekarang. Seakan-akan mereka adalah pasangan suami-istri yang sudah lama menikah saja.

XD.

.
.
.
.

"Gochisousamadeshita."

Ucap [Name] pelan, dilanjutkan dengan bibir yang mengulum senyuman yang sangat tipis. Selanjutnya, Shoto pun juga ikut selesai menghabiskan santapannya. Ia menatap [Name] yang mengulum senyum juga dengan senyuman.

[Name] pun memulai percakapan.

"Kau membuat soba ini sendiri?"

Shoto hanya mengangguk kecil.

"Kau hebat, ini sungguh lezat, dan bahkan menurutku jika kau membuka toko soba dingin dengan masakanmu sendiri, tokomu akan laku berat..." [Name] berujar panjang lebar. Tidak biasanya gadis ini mengucapkan kalimat yang tergolong panjang begini. Sepertinya, suasana hati nya menjadi sangat baik karena jamuan yang diberikan oleh shoto.

"Kau berlebihan." elak Shoto tersenyum miring.

"Sekarang kau sedang sendirian ya dirumah?" [Name] melirik sekitar, ruang utama yang luas ini nampak sangat kosong. Dan sepertinya, gadis ini lagi-lagi menikmati berbincang-bincang bersama lelaki bermarga Todoroki ini.

"Ya.." jawab Shoto, ikut-ikutan melirik sekitaran ruangan disana.

"Eumm bagaimana dengan ibumu? Dimana dia?" celetuk [Name] datar. Tanpa menatap ke lawan bicaranya.

"..."

Tidak ada jawaban, merasa aneh, [Name] pun langsung memutar pandangannya ke Shoto. Ekspresi [Name] tertegun, ia melihat muka Shoto yang sekarang kembali sangat suram.

"A, a, Shoto maaf, apa aku salah bicara??" [Name] memajukan wajahnya guna mendekat ke lelaki itu, gadis rubah itu merasa bersalah.

"..."

Masih tidak menjawab, Shoto sekarang menunduk. [name] yang tidak tau harus berkata apa lagi sekrang, hanya bisa ikut-ikutan diam dengan muka gelisahnya. Ia melirik kesana-kemari. Kebingungan apa yang terjadi pada Shoto.

'Ada apa dengan ibunya?'

'Apa mereka musuhan?'

'Atau ibunya sudah...?'

Shoto tetiba mendongak, matanya menatap lurus ke iris [eye colour] [Name]. Gadis itu pun demikian,juga menatap Shoto dalam. Masih dengan ekspresi merasa bersalah.

"Dia tidak disini."

Merasa jika dugaannya yang terakhir benar, [Name] membelalakkan matanya.

"Maaf, Shoto aku tida-"

"Bukan, bukan begitu maksudku."

"Eh?"

"Keadaannya tidak seperti yang kau pikirkan, dia masih baik-baik saja di suatu tempat."

'Eh? Pikiranku dibaca?'

batin [Name] berbicara selagi dirinya masih berusaha memahami apa maksud Shoto.

"O-ouh,.. Jadi? Dimana dia sekarang?"

'Sungguh, sebenarnya aku tidak mau membicarakannya.'

Mata [Name] kembali membulat saat mendengar teriakan batin Shoto. [Name] pikir Shoto sengaja berteriak di pikirannya agar didengar oleh quirk psikis [Name]. Tapi kenyataannya, walaupun batinnya berkata begitu, sepertinya lelaki ini nampak akan tetap bercerita.

Ini tidak boleh dibiarkan.

"Dia sekarang ada di.."

"Ah tunggu, sepertinya, kau tidak perlu menceritakannya, Shoto. Aku tidak memaksa kok."

[name] tersenyum canggung. Jari telunjuknya berada di bibir Shoto akibat berusaha menghentikan kalimat Shoto tadi.

Jari dan bibir tipis bersentuhan.

Shoto melirik ke jari [Name] yang sudah menyentuh bibirnya. Mengangkat tangan kanannya, lalu menggenggam jari itu. Pelan namun pasti, perlahan-lahh bukan hanya jari yang digenggam, namun telapak maupun punggung tangan juga ikut digenggam.

Dengan gerakan lembut, Shoto membuat tangan [Name] seluruhnya menyentuh pipi kanannya si lelaki. Shoto masih memegang tangan [Name] yang ada di pipinya. Si lelaki menutup mata, menyembunyikan iris dwiwarna yang menurut [Name] begitu menawan.

Butuh waktu beberapa detik untuk [Name] menyadari apa yang Shoto lakukan pada tangannya.

Sadar dengan semuanya, muka [Name] mengencang, terpana. Diam-diam si gadis menenggak salivanya sendiri.

Tak ada niatan protes. Bukan tanpa alasan, [Name] tau persis kenapa Shoto melakukan ini.

'Ibu...'

Dia, lelaki malang ini merindukan ibunya.

Menggumamkan panggilan orang yang pastinya paling dia cintai didalam pikirannya.[name] tentu mendengar gumaman dari hati itu, karena segalanya hampir berteriak yang tak seperti gumaman seperti biasanya.

Sekali lagi, [Name] meneguk ludahnya.

"Shoto..." lirih [Name].

Shoto membuka mata pelan, dilihatnya, sang ibu yang selama ini ia rindukan berada di hadapannya. Sedang tersenyum lembut menatapnya.Itu semua adalah delusi.

Ekspresinya mulai frustasi.

"Sh-Shoto?"

[Name] yang menyadari perubahan ekspresi pada wajah Shoto pun kembali panik.

Masih mengira yang didepannya adalah ibunya, Shoto melepas genggaman tangannya pada [Name]. Lalu ia berdiri, dan berjalan ke tempat [Name] duduk(posisi kalian dengan Shoto di pisah meja makan.)

"Shoto?" lagi dan lagi, [Name] tidak paham apa yang terjadi pada pria ini. Ia terus memanggil sang pemilik nama yang sedari tadi tidak merespon.

'"A?! apa-apaan..."

Si gadis tersentak, saat Shoto tiba-tiba saja mendekapnya erat. Sangat erat.

"Ibu.." lirih Shoto. Sangat pelan, suaranya begitu serak dan hampir bergetar.

 Sangat pelan, suaranya begitu serak dan hampir bergetar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Imaginary pic)

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Guys tolong ingatkan saya kalo ada yg typo ya:)

Saya kalo terlalu rajin, jatohnya gaje gak sih?
Maaf:)

To be continued

Scarlet.





LOSERWhere stories live. Discover now