Twelve

468 100 40
                                    

"Gue dulu sempet mau ungkapin ini keseungsik youn. Tapi ada satu hal yang bikin gue ragu."

"Ragu kenapa?."

"Dulu waktu kita masih SMA, ada satu junior disekolah yang deket banget sama seungsik. Karna tuh anak sering kerumah seungsik, akhirnya gue jadi kenal juga sama dia."

"Terus?."

"Jadi dia punya temen deket, yang bisa dibilang ceritanya mirip sama gue sama seungsik, mereka kenal dari kecil. Entah gimana ceritanya gue denger kalo mereka berdua jadian, tapi beberapa bulan setelah itu mereka putus dan berakhir musuhan youn."

"Jangan bilang lu jadi takut buat jalaninnya?."

"Gue gak takut buat jalanin ini, tapi secara gak langsung seungsik kayak nolak perasaan gue."

"Maksudnya gimana?."

"Seungsik pernah bilang sama gue setelah kejadian itu, kalo dia lebih milih sahabatan tapi hubungannya baik-baik aja. Dari pada jadi pacar, tapi kalo putus jadi ngerusak hubungan baik yang udah lama terjalin. Dari situ gue ragu buat ungkapin ini kedia youn. Bahkan gue lebih takut, kalo seandainya gue ungkapin dia bakalan ngejauh dari gue."

"Hhhmmm... kalo menurut gue ya woo, ini tuh cuma negatif mindset lu. Dan gue rasa omongan seungsik waktu itu cuma pendapat dia atas hubungan juniornya. Sekarang lu pernah mikir gak sih woo, selama ini dia cuma sama lu doang, kemana-mana sama lu, gada satupun orang yang deket dia kecuali lu. Lu pernah kepikiran gak hati dia gimana sebenernya?."

"Engga youn, gue cuma mikir dia nyaman sebagai sahabat sama gue. Dan selama ini gue takut buat berfikir lebih dari itu"

"Woo... Kalo emang dia cuma nyaman sebagai sahabat sama lu, akan ada celah buat orang lain yang bisa ngisi lebih dari posisi lu sekarang. Tapi buktinya, apapun yang ada didia prioritasnya cuma lu. Bahkan orang lain yang pacaran gak ada yang kayak kalian. Berapa banyak anak kampus yang coba deketin dia, tapi satupun gada yang diladenin. Cuma lu yang punya tempat spesial woo, hati dia udah terlalu nyaman sama lu."

"Terus gue harus gimana youn?."

"Seungsik itu cuma nunggu woo, kejelasan dan kepastian semua ada ditangan lu. Ilangin semua mindset buruk lu itu, yang harus lu pikirin sekarang gimana lu bisa ungkapin dan jalanin hubungan ini dengan baik. Gue yakin kalian udah sama-sama dewasa, dan sikap kalian akan lebih dewasa juga dalam hubungan kalian nanti. Gak kayak junior lu yang masih labil itu."

(Heyya terhura sama cho uyon 😢, ternyata bapak cho bisa sedewasa ini. Kirain cuma bisa bobrok aja.)

"Tapi youn~."

"Halah... Jangan kebanyakan tapi woo. Lu mau sangyeon berhasil luluhin seungsik?."

"Engga youn."
Jawab seungwoo sambil menggelengkan kepalanya.

"Lu siap liat seungsik sama orang lain?."

"Engga."

"Yaudah gerak, jangan kebanyakan mikir."

"Oke, gue coba."

"Aelah... Gue juga nih yang pepet."

"Sianjir... Enak aja lu youn."

"Makanya, jangan pake coba coba. Lakuin bego."

"Iya youn iya."

"Nah gitu, baru temen gue."
.
.
.
.
.

Seungwoo berjalan terburu-buru kekelas seungsik, bahkan bisa dibilang sebenarnya dia sedikit berlari.

BUKKKHH...

"Maaf... Maaf saya gak sengaja."
Ucap seungwoo sambil membantu merapihkan barang bawaan orang yang ditabraknya.

"Iii-ya gapapa."
Jawab orang tersebut, sambil menerima barang-barangnya dari seungwoo.

Standing Still || ☆Complete✔☆Where stories live. Discover now