Undangan

131 21 0
                                    

.

.

.

.

.

.

Keesokan hari setelah malam yang menegangkan itu bahkan terasa jauh lebih buruk bagi Donghan. Ia menyaksikan sendiri Yein keluar dari pintu unitnya dengan beberapa barang. Ia merasa begitu bodoh karena telah menganggap sikap Yein selama ini sebagai perubahan yang baik. Nyatanya, Yein hanya sedang mengelabuhinya untuk diam-diam memindahkan barang-barangnya tanpa sepengetahuan dirinya.

Satu hal setidaknya yang kini membuatnya sedikit merasa lega. Yein masih berkenan memberikan alamat baru padanya. Yein mengatakan bahwa Ia masih mengizinkan Donghan berkunjung saat ini, tapi ketika perceraian mereka selesai nanti, Ia tidak ingin melihat Donghan lagi.

Pagi itu Donghan menelan ludahnya dengan susah payah saat menerima selembar kertas berisi alamat baru Yein. Ia tidak sanggup mengatakan apa-apa selain mengiyakan kemauan Yein. Setidaknya begitu dihadapan Yein. Tapi dibalik itu semua, Donghan masih tetap bersikukuh mempertahankan pernikahannya.

Hari ini Donghan sengaja meninggalkan kelas dan memilih untuk membolos di apartemen Chanwoo ditemani Hakyeon. Ada beberapa hal yang perlu Donghan rencanakan dan Ia tidak mungkin melakukannya sendirian.

"Jadi Yein udah seminggu pindahan rumah?" Chanwoo sejak tadi masih belum bisa percaya bahwa permasalahan yang dialami temannya bisa serumit ini.

"Aku bisa ngusahaain penundaan panggilan sidang, aku punya koneksi disana. Tapi aku nggak bisa jamin kalau keluarga nggak akan dengar masalah ini dalam waktu dekat. Mereka juga punya koneksi luas." Ucap Hakyeon.

"Gini Mas. Untuk saat ini, aku minta bantuannya buat nunda panggilan sidang itu aja dulu, sekaligus sebisa mungkin kondisikan orang dirumah, termasuk Yohan biar bisa kooperatif. Aku udah cerita juga sama dia kemaren waktu dia ke apart." Jelas Donghan.

"Trus yang di mertua lo gimana?" Tanya Chanwoo.

"Buat yang disana ntar gue hubungi Mbak Ara dulu. Di keluarganya Yein, cuma Mbak Ara yang dipercayai sama Mama Yein." Jawan Donghan. Chanwoo manggut-manggut.

"Trus lo Chan.." Chanwoo sedikit tersentak.

"Cuma lo yang bisa gue percaya buat pasang penyadap di hp Yein. Gue harus tau arus komunikasi dia dengan orang lain, biar gue bisa ngira-ngira tindakan yang bakal dia lakuin selanjutnya." Donghan menepuk pundak Chanwoo penuh harap.

"Han.. gimana gue ngelakuinnya.." Chanwoo kebingungan. 

"Gimana kalo minta tolong Eunseo.."

"Eunseo gak bakalan mau Chan, dia belum maafin gue." Potong Donghan. Hingga akhirnya Chanwoo menerima tugas itu sambil berpikir keras bagaimana Ia bisa melakukannya.

--------------------------

Sore sepulang dari kampus, Yein menyempatkan diri untuk berkunjung ke sebuah toko properti. Ia memerlukan beberapa barang untuk mengisi rumah barunya, karena beberapa barang memang sengaja Ia tinggalkan di apartemen Donghan. Beberapa gantungan pakaian, rak sepatu, tatakan, dan berbagai lainnya.

"Gimme y'hand!" 

"Hehey.. Fist bump!"

"Have a nice day!"

Yein mendengar suara yang tidak asing baginya dari rak seberag yang berjarak satu blok terdekat. Ia sengaja mendekat dan mencoba melihat siapakah disana.

"Hey! Yein!" Seorang laki-laki berpawakan tinggi itu berdiri dari posisi jongkoknya sambil menyapa Yein. Itu Junhong, mantannya dulu ketika SMA yang dulu ke Amerika dan baru-baru ini kembali. Kemudian Ia kembali melambaikan pada anak kecil berumur sekitar 3 tahunan yang sedang memegang mainan di tangan kirinya. Tangan kanannya digandeng Ibunya untuk berjalan pergi. Yein bisa melihat laki-laki itu tersenyum pada si anak kecil dan ibunya.

NEW PAGE ( Kim Donghan & Jung Yein )Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon