Ia menghilang

160 24 3
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Pergulatan panjang di malam yang sunyi dan dingin telah berlalu. Menyisakan lekuk-lekuk sembilu. Gelap telah memudar dan berganti terang. Namun segala perbuatan gelap tentu tidak akan bisa diubah menjadi terang.

Sinar matahari mulai masuk melalui celah-celah kecil balkon kamar yang tertutupi korden besar. Angin pagi mulai bertiup memberi udara segar. Tapi setiap jengkal perbuatan semalam tak bisa membuat angin itu merasuki jiwa.

Donghan mulai menggeliat pelan dan berusaha membuka matanya. Kepalanya masih terasa pening bukan main. Ia tahu toleransi alkoholnya telah memburuk tapi akhir-akhir ini Ia malah banyak minum-minum hingga tidak sadarkan diri. Dan saat ini pun, Ia juga baru sadar bahwa Ia telah berada di kamarnya sendiri.

Indera pendengarannya menajam ketika mulai mendengar suara isakan perempuan di dekatnya. Dan betapa terkejutnya Ia ketika melihat sesosok perempuan berbaring memunggunginya dengan punggung telanjang. Ia bisa mendengar isakan kecil darinya, dan bahu yang sedikit bergerak-gerak akibat isakan yang terus keluar dari mulutnya.

Mata Donghan membulat namun kepalanya masih terasa sangat sakit. Perutnya masih terasa mual dan tidak nyman. Tapi Ia bingung kenapa ada perempuan di kamarnya?

"Yein?" Donghan terkejut ketika menyadari Yein lah yang berbaring memunggunginya.

Ia segera mengecek tubuhnya sendiri dan mendapati bahwa dirinya juga dalam keadaan telanjang bulat dan hanya tertutupi oleh selimut tebal yang bahkan Ia gunakan berdua dengan Yein.

Kepala Donghan makin sakit, perutnya semakin terasa mual, namun kenyataan bahwa Yein sedang terisak di sebelahnya membuatnya panik dan tidak habis pikir. Bagaimana bisa terjadi?

Ia segera meraih bathrobe di sandaran kursi dekat kasurnya. Mengenakannya dengan cekatan dan segera berlari ke kamar mandi ketika merasakan bahwa Ia harus mengeluarkan isi perutnya dengan memuntahkannya.

Beberapa kali Donghan berkumur dan membasuh wajahnya. Seolah Ia tidak percaya bahwa semalam Ia tidur bersama Yein dengan konteks yang berbeda. Jadi, semalam, Donghan melakukannya?

Donghan terus memukul kepalanya merutuki kebodohannya. Ia berusaha mengingat bagaimana semalam Ia sampai bisa melakukannya dengan Yein. Apa sebenarnya yang terjadi?

"Bentar.. semalem gue minum, terus..." Donghan menggelengkan kepalanya keras dan menjambak rambutnya ketika bayangan berkelebat di pikirannya tentang kejadian semalam. Ketika Ia memanggil manggil nama Kyulkyung disaat Ia menikmati segalanya dari Yein.

"Nggak! Nggak mungkin!" Rutuknya menyesal sebelum akhirnya mendinginkan kepala dibawah guyuran air dingin.

Berkali-kali Ia meggeleng dan menolak kenyataan, bahwa Ia telah berbuat semalam. Namun ketika Ia kembali keluar dari kamar mandi dan mendapati Yein masih ada di atas kasurnya, Ia kembali marah. Marah pada dirinya sendiri karena telah sebodoh ini.

Donghan berjalan semakin mendekati kasur masih dengan bathrobe dan rambut basahnya. Ia meneliti setiap sudut kamarnya dan semakin Ia meneliti, semakin ingatannya tentang semalam tekumpul dan saling melengkapi. Ia ingin menolak kenyataan, tapi Ia tidak bisa. Semuanya sudah terlalu jelas.

"Ye? Yein?.." Panggil Donghan pelan. Ia berjalan menuju sisi lain dari kasurnya untuk bertatap dengan Yein. Namun ketika Ia telah merendahkan tubuhnya untuk menyamai tinggi kasur dan menatap kearah Yein, hatinya hancur.

Ada beberapa bekas lebam membiru di wajah Yein. Di pipi kanan bawahnya, di dagunya, serta bekas merah keunguan di bawah telinga kanannya. Ini semua perbuatannya?

"Yein, maaf.. gue nggak maksud.." ucap Donghan terpatah-patah. Sekujur tubuhnya terasa membeku ketika mata merah Yein yang masih sembab dan berair menatapnya lurus penuh amarah dan kebencian.

NEW PAGE ( Kim Donghan & Jung Yein )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang