Everything Goes Wrong 🔞

199 24 2
                                    

Bagian ini mengandung konten dewasa.
Mohon bijak dalam membaca.

.

.

.

.

.

.

.

Hawa dingin di malam yang hampir menuju pun semakin terasa menusuk tulang. Gerimis kecil-kecil masih membasahi bumi, namun Yein samasekali tidak menghiraukan semua itu. Ia berlarian menghindari genangan genangan kecil, menyusuri tepian toko yang sebagian besar menyisakan lampu hiasnya saja. Sedangkan di dalamnya telah gelap gulita.

Langkah Yein terhenti di depan sebuah bar yang tentunya masih beraktivitas di malam yang selarut ini. Ia sama sekali tidak pernah masuk ke dalam bar sebelumnya, tapi kali ini Ia harus.

Yein masuk dengan perasaan yang bergetar. Manusia-manusia yang berjubal dan musik yang menghentak-hentak. Yein tidak suka itu. Belum lagi bau apa ini? Alkohol? Rokok? Atau apa? Yein tidak suka itu, tapi pandangannya terus beredar hingga Ia menemukan Hakyeon yang sedang memapah Donghan.

"Mas! Kok bisa sampe gini sih? Mas nggak nyegah?" Yein sedikit tersulut emosi. Ia sudah mewanti-wanti Hakyeon untuk mencegah Donghan minum. Karena sudah sangat jelas kalau dia sendiri yang mencegaj, Donghan pasti akan marah-marah.

Hakyeon tidak menjawab. Mereka berdua segera memapah Donghan yang masih meracau tidak jelas itu keluar dari bar. Suasana kembali melegakan bagi Yein setelah Ia keluar dari bar. Musik-musik bising itu benar-benar mengganggunya.

"Kyungggghhh...." Racau Donghan ketika telah masuk kedalam mobil dan duduk di kursi penumpang bersama Yein.

"Tadi aku sudah sempat hampir brantem sama Mas Donghan Mbak. Maaf." Ucap Hakyeon tulus. Ia yang mengemudikan mobil ini

"Brantem gimana?" Yein bertanya.

"Kerah aku ditarik tadi Mbak, aku juga hampir ditonjok tadi." Jawab Hakyeon sambil menyetir dan fokus.

Yein tidak membalas kata-kata Hakyeon. Ia menatap iba pada suaminya yang masih setengah sadar. Dalam hatinya, Ia berpikir bahwa Donghan pasti benar benar menderita setelah Kyulkyung meninggal. Pada awalnya saja Donghan terlihat paling tegar, tapi ketika Ia telah melihat jenazah Kyulkyung, tangisnya langsung pecah dan kesedihannya bertahan hingga waktu yang cukup lama.

Kemudian Yein teringat dirinya dimasa lalu. Saat itu juga di pekan akhir tahun seperti ini. Ia harus kehilangan Mama dan Sopir pribadinya yang begitu mencintainya. Ia dulu benar-benar seperti telah hancur. Ia bahkan perlu waktu berbulan bulan untuk sembuh dari traumanya.

Dan ketika melihat kondisi Donghan saat ini, Yein juga merasa seperti melihat dirinya di masa lampau. Ia dulu juga pernah merasakan betapa terpukulnya ketika ditinggal oleh orang yang paling Ia sayangi untuk selamanya. Semua yang pernah Yein alami dimasa itu membuatnya tidak bisa untuk tidak kasihan pada Yein.

Namun di ruang hatinya yang lain, Yein juga tidak mengerti kenapa Ia merasa sakit hati. Ada perasaan seperti tergores di dadanya ketika Donghan masih terus meracau dan memanggil nama Kyulkyung. Ia juga tidak mengerti atas dasar apa Ia sampai mau kembali dan memberi perhatian pada Donghan sedangkan Ia sendiri sudah jelas sakit hati pada perilaku Donghan selama ini. Tapi yang jelas, hatinya selalu mengatakan bahwa Ia tidak boleh menyerah dalam menemani Donghan. Tanpa Ia tahu apa akibat yang akan Ia rasakan.

Hakyeon membantu memapah Donghan dari basemen hingga ke depan pintu unit mereka. Dan dengan yakin, Yein memeluk tubuh Donghan supaya Ia tidak jatuh.

"Makasih banyak ya Mas Hakyeon." Ucao Yein setelah pintu unitnya terbuka.

"Sama-sama Mbak. Mbak yakin nggak mau saya bantu?" Hakyeon menawarkan diri.

NEW PAGE ( Kim Donghan & Jung Yein )Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon