Lisa tidak berbicara, dia membawa ponselnya keluar. Dan melihat, Jungkook dari cctv depan pintu.

"Apa kau sedang menatapku saat ini? Jangan terlalu mengagumiku, nanti kau jatuh cinta".

"Pergilah, nanti aku mengambilnya".

"baiklah, aku taruh didepan pintu".

Jungkook berjalan pergi, memperkirakan jangkauan CCTV. Untuk menunggu, Lisa keluar. Dan bodohnya, bagaikan tikus yang mengambil makanan. Lisa langsung membuka pintu, kemudian mengambil kantuk plastik itu.

Cekrek

"Pagi, Nona Star. Fotomu, sangat Aestetik sekali ya".

Lisa mendengus kasar, dia tidak peduli lagi image dan bahkan sosok di hadapannya siapa. Lisa menenteng satu paper bag di tangan kiri, dan tangan kanannya Ia taruh di pinggang. Rupanya, Lisa sudah lelah untuk merasa malu. "Ck! Ganggu aja! Apaan sih? Ini masih pagi!".

"Mana jadwalku?".

Lisa tertawa garing. "Aku kira, seorang wakil presdir itu banyak kerjaan.. Kenapa nganggur banget ya kayanya?". Gadis ini tidak mengerti, dibalik kengangguran Jeon Jungkook ada Seok Jin yang akan melembur.

Jungkook hanya tersenyum, di depan sana memandangi Lisa yang menggemaskan menurutnya. "Aku orang yang profesional, ngga mungkin kan kalau aku nganggur. Jadi berikan jadwalku".

"Baiklah, kalau kau sibuk. Kau bisa bekerja, aku akan menghubungi sekertarismu".

Gadis berponi itu, sudah akan menutup pintunya. Namun Jungkook menyela, dengan tangannya. Dan menarik kasar Pintu, hingga Lisa terbanting kedepan.

"Aughh.. Apa lagi!". Protes Lisa

Jungkook memperhatikan wajah Lisa, yang masih di elus -elus yang punyanya. Entah mengapa, jantungnya berdegub ketika jarak hanya dua jengkal itu. "Ini gila". Katanya, seraya menatap nanar tubuh yang lebih pendek darinya itu.

Tidak mau terlalu lama, dalam posisi sakral ini. Jungkook memberi jarak, mundur satu langkah. Setelahnya, Dia menelan kasar saliva menetralkan degubannya. "Mau makan bersamaku?". Cletuk Jungkook, kemudian mengatupkan mulutnya rapat. Membuat Lisa, tercenung di posisinya.

"Apa kau bilang?".

"Maksudku, kau suka Cikin bukan? Aku membelikan itu untukmu disana,". Menunjuk paperbag, yang Lisa tenteng sedari tadi. "Eum, biasanya aku akan membeli sesuatu untuk tetangga baru. Itu adalah tradisi, dan ah... Ini sudah mau jam 12 aku rasa, jam pagi mu sudah lewat".

Gadis ini mengedip pelan, tidak bisa merefleksikan kata 12 di otaknya. "du.. Duu dua belas?".

"Hm???".

"Pe pesawatku berangkat jam 12". Katanya Lemas.

"Pesawat? Kau mau kemana?". Mungkin, takdir memang menghendaki Lisa untuk maju dalam rencananya sebelum kekorea. Baru kali ini, Lisa tidak tepat jadwal. Dia tidak menjawab Jungkook, dan diam. Dengan penasaran, pemuda itu menunjuk - nunjuk muka Lisa "Jangan bilang, Kau... Mau..".

"Apa itu?!!".

Refleks, kepala pemuda itu berputar setelah diteriaki dengan lengkingan 4 oktaf Lisa.

Braggg

Lisa menutup kasar pintunya, hingga Jung terjangkit sedikit memperhatikan pintu.

"Dasar, usil sekali dia".

Ting
Tong
Ting.tong

Bel apartemen Lisa di tekan dengan sangat cepat, memenuhi ruangan itu. Membuat sigadis merapalakan sumpah serapahnya, yang sungguh tidak baik jika ditulis dengan huruf abjad.

LALA LOST [END]Where stories live. Discover now