SEA | 17

3.1K 268 6
                                    

"Ayo berangkat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayo berangkat."

Aidan mendongak saat mendengar suara Sea. Gadis itu mengenakan dress selutut berwarna merah muda, dengan tas putih kecil serta sepasang flat-shoes dengan warna yang senada dengan dressnya. Rambut yang bergelombang, dan riasan tipis membuat Sea tampak jauh lebih cantik.

"Aidan?" panggil Sea. "Kok melamun, sih!"

Aidan tersadar dari lamunannya, beranjak dari sofa.

"Habis cantik banget."

Sea terkekeh, terbiasa dengan gombalan Aidan. Mereka berpamitan dengan Denaya dan Radit, lalu segera berangkat menuju restoran.

Hari ini, adalah ulang tahun Iagan dan Aidan. Mereka sebenarnya tidak ingin merayakannya. Namun Windy bersikeras, karena ini adalah ulang tahun pertama sejak Iagan kembali. Ia ingin mengenalkan Iagan ke Sea dan Putra secara resmi.

Berbeda dengan Putra yang sudah bertemu dengan Iagan sebelumnya, Sea belum pernah melihat wajah laki-laki itu. Kata Aidan, wajah Iagan sangat mirip dengan Ayahnya, berbeda dengan dirinya dan Adara yang lebih mewarisi wajah Windy.

"Diem banget? Nervous?" tanya Aidan. Sea menoleh, tersenyum tipis. "Dikit."

Aidan berdecak. "Kok kamu malah nervous ketemu Iagan, sih. Waktu dulu pertama kali ketemu aku nervous juga, nggak?"

Sea tertawa kecil. "Iya, lah. Kamu tidur gitu, aku takut banguninnya. Tapi aku lebih takut dihukum kepsek gara-gara telat upacara."

Hampir satu tahun mereka berpacaran, akhirnya Sea mau mengganti kata "Aidan" dengan "kamu" saat mereka mengobrol berdua. Aidan juga lebih nyaman dengan itu, karena ia merasa setiap kali Sea menyebut kata "Aidan", terdengar terlalu formal.

"Udah sampai," kata Aidan. Mobilnya sudah terparkir rapi di depan sebuah restoran mewah. Aidan dan Sea turun dari mobil, masuk ke dalam restoran.

"Atas nama Windy," ujar Aidan singkat kepada pelayan yang ada di dekat pintu. Pelayan itu langsung mengangguk paham, dan mereka berjalan menuju ruangan khusus.

Rupanya, semua sudah datang. Windy dan Adara yang melihat Aidan dan Adara duluan, langsung antusias. Mata Sea tak lepas dari punggung seorang laki-laki yang membelakanginya. Ia mengerutkan kening, merasa pernah melihat punggung itu. Jantungnya berdegup cepat, darahnya berdesir. Saat laki-laki itu menoleh, jantung Sea seakan berhenti.

Wajah Sea berubah pucat, ia langsung mundur teratur. Matanya serasa memanas. Memori-memori kelam yang sudah ia kubur dalam-dalam, seakan mencuat lagi keluar.

Aidan, Windy, Adara, dan Putra menatap Sea bingung, sekaligus khawatir. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada Sea.

Tidak ada, kecuali Iagan dan Sea.

"Sea, kamu kenapa, Nak?" tanya Windy. Sea menatap Iagan penuh benci, sebelum akhirnya ia berlari keluar dari ruangan. Tak dipedulikannya tatapan bingung orang-orang yang tertuju padanya.

SEANDRA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang