17

6.3K 865 408
                                    

●○●○●○

Jam di kunci layar ponsel pintar milik Juyeon baru menunjukkan pukul 6 pagi lewat beberapa menit, ketika sang pemilik dengan tergesa meraihnya dari atas nakas, untuk kemudian ia masukkan ke saku mantelnya dengan asal.

Jika dilihat dari pergerakannya, jelas menunjukkan bahwa ia sedang terburu-buru. Pagi ini kedua orang tuanya akan kembali mencoba menjenguk sang adik tiri di rumah sakit, setelah sarapan lebih tepatnya. Namun sebelum itu terjadi, ia harus sampai terlebih dulu di sana dengan membawa seseorang.

Orang bilang bahwa, tidak apa-apa terkadang menjadi egois atau menjadi jahat sekalipun saat dirasa keadaan sedang mengancam, hal itulah yang dilakukan oleh Juyeon. Dari bagaimana sikap adik tirinya kepada sosok ia inginkan, ia tau bahwa posisinya akan terancam.

Semalam ayahnya mengatakan kalimat yang begitu panjang dan cenderung berkelit saat ia menyampaikan permintaanya. Nampaknya bukan ia sendiri yang sadar tentang bagaimana istimewanya hubungan San dan Wooyoung yang terjalin di tengah kekacauan selama ini. Minho jelas sadar, bahwa putra kandungnya itu menyimpan perasaan atau sederhananya menyukai Wooyoung, bahkan jauh sebelum San menjadi seperti ini.

Sosok ayah di keluarga Choi itu sempat merasa menjadi orang paling kebingungan di dunia semalam, bayangkan saja ketika kedua orang anakmu menginginkan satu hal yang sama dan tidak akan pernah bisa dibagi. Di sinilah bagaimana keadilan seorang Choi Minho diuji.

Setelah berdebat cukup lama, sebuah keputusan yang masih abu-abu akhirnya ia buat, ia hanya berkata pada Juyeon bahwa ia tidak bisa menjanjikan apa-apa untuk saat ini. Minho tentu saja perlu waktu untuk memikirkan segalanya secara lebih matang.

Memang belum begitu jelas kelanjutan cerita ini, namun setidaknya sang ayah tidak menolak. Juyeon patut berbahagia, ia berpikir 'mari lakukan saja apa yang perlu dilakukan untuk membuat keinginan itu menjadi kenyataan.'

"Tidak apa-apa Lee Juyeon, kau bisa menebus dosamu di lain waktu"

Dengan cepat kakinya melangkah menuruni tangga, dapat ia lihat bahwa kedua orang tuanya masih belum ada di bawah. Oh syukurlah, setidaknya ia bisa pergi dengan tenang tanpa harus membuat alasan dan membohongi mereka.

Pria berambut hitam itu memasuki garasi, setelah menyapa salah satu penjaga rumahnya dan menitip pesan untuk disampaikan kepada orang tuanya. Ia lalu mengetikkan sebuah pesan singkat untuk seseorang yang akan ia jemput, memberitahu bahwa ia akan segera bergerak menuju rumah sosok itu.

Semoga kali ini segala sesuatu akan berpihak kepadanya. Sekalipun ternyata tidak berpihak, maka segala sesuatu itu harus dipaksa untuk tidak menentang.

Tanpa Juyeon sadari, ada sepasang mata yang mengamati gerak-geriknya sedari tadi dengan wajah sedih, bahkan alasan apa yang membawa anaknya pergi semalampun ia tau. Orang itu tidak mau menjadi bodoh untuk yang kesekian kalinya, ia harus berusaha menghentikan permasalahan rumit ini selagi ia bisa.

"Pastikan tidak ada yang memasuki ruangan Choi San sebelum aku datang"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Come As You Are [woosan]Where stories live. Discover now