4

8.6K 1K 103
                                    

"Terimakasih sudah mengantarkanku hyung"

Wooyoung yang baru saja sampai tepat di samping gerbang rumahnya mengembangkan senyum ramah untuk seseorang yang sudah mengantarnya pulang.

"Sama-sama, aku senang bisa membantumu" Juyeon mengusak lembut surai hitam legam milik Wooyoung, membuat kedua pipi yang lebih muda menghangat.

"Tapi Woo apa kau yakin akan baik-baik saja setelah ini? Bagaimana kalau appamu tau?" ya Wooyoung memang sudah bercerita kepada Juyeon sepanjang perjalanan tadi bagaimana ia bisa sampai di club itu.

"Hyung tenang saja, aku bisa menyuap penjaga rumah dengan uang saku ku" ucapan Wooyoung membuat Juyeon tertawa, cara pria itu berbicara selalu terlihat lucu.

"Baiklah, aku akan pulang kalau begitu dan hmm... tidak apa-apa kan kalau nanti aku menghubungimu?" kali ini Juyeon mencoba meminta izin kepada Wooyoung, tidak seperti tindakan sebelumnya saat meminta nomor ponsel. Ia tidak ingin Wooyoung menganggapnya sebagai seorang yang lancang.

"B-boleh hyung. Mungkin kita bisa jadi teman"

"Hm teman ya?"

"Segeralah masuk dan beristirahat, matamu tampaknya sudah sangat berat" memang dasarnya Wooyoung selalu tidur di bawah jam 12, dan sekarang sudah hampir pukul 2 tentu saja kantuk itu sangat terlihat di matanya.

Wooyoung jadi sedikit malu pada Juyeon, dia pasti mengira Wooyoung bocah lemah yang tidak tahan begadang. Walaupun sebenarnya memang benar.

"Iya hyung, berhati-hati lah dijalan"

"Hyung akan berhati-hati, sampai jumpa" Juyeon melambai sebentar sebelum melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Wooyoung masih terdiam di tempatnya, entah kenapa tadi jantungnya terasa berdetak begitu cepat.
.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Wooyoung merebahkan diri diranjangnya yang nyaman setelah beberapa saat yang lalu terlibat obrolan sengit dengan penjaga rumahnya, ia bernegosiasi dan pada akhirnya pria paruh baya sang penjaga rumah mau menerima suapnya. Semua orang nampaknya sangat suka uang.

Jam menunjukkan pukul 2 dini hari, harusnya Wooyoung segera tidur, namun pikirannya kembali melayang pada kejadian yang beberapa jam lalu ia alami. Kejadian dimana ia bertemu dengan teman barunya, Juyeon, dan juga anak laki-laki seram yang mencoba berbuat jahat kepadanya, San.

Di perjalanan pulang tadi Wooyoung sempat terkejut ketika Juyeon tiba-tiba meminta maaf padanya, pria itu berkata bahwa San adalah adiknya.

Sebagai kakak, Juyeon meminta maaf atas nama San. Wooyoung tidak habis pikir bagaimana mungkin mereka bersaudara padahal terlihat seperti musuh.

Ngomong-ngomong soal nama San, Wooyoung jadi teringat dengan nama teman kecilnya Choi San, orang yang tidak pernah sekalipun terdengar kabarnya sejak berpindah negara. Padahal anak berkacamata itu dulu berjanji padanya akan menemuinya saat kembali ke Korea. Choi San sungguh bodoh, padahal Wooyoung sering bertingkah nakal terhadapnya dulu.

Jika bertemu dengan San sebenarnya Wooyoung hanya ingin memperbaiki kenangan buruknya, meminta maaf dan mungkin mereka bisa kembali berteman.

"Tapi nampaknya si Choi San itu masih sangat betah tinggal di Jepang, jadi orang yang seperti apa dia sekarang?"

Come As You Are [woosan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang