15

6.5K 918 317
                                    

●○●○●○●○

Langkah kaki Minho terhenti, uluran tangannya yang seolah ingin meraih San menjadi kaku di udara. Wooyoung, tetangga lamanya sekaligus teman yang paling disukai oleh San kecil kini terlebih dulu mendekapnya. Haruskah ia bersyukur karena berkat pria berambut ungu itu San mampu menghentikan ucapan konyolnya. Minho bahkan masih bertanya-tanya, kenapa anak itu sering sekali mengancam ayahnya dengan nyawanya sendiri?

Sementara yang lain, sudah tidak ada yang berani bersuara barang sepatah katapun, mereka nampak sibuk dengan pikirannya masing-masing. Juyeon dengan tanpa ekspresi mengamati adik tirinya yang hampir ia buat sekarat tengah berada di pelukan Wooyoung. Tangannya terkepal di samping tubuhnya, ia marah pada keadaan.

Sekarang yang terdengar di sana hanya suara isakan kecil Wooyoung dan San yang masih terus saja terbatuk, dadanya terasa sesak sekali, mungkin karena pukulan yang ia dapatkan terlalu keras.

Wooyoung yang kini perlahan melepas pelukannya mencoba beralih menangkup wajah San dengan khawatir. "S-San kita harus pergi dari sini, kita ke rumah sakit sekarang. Kau masih kuat kan?"

Sedangkan San yang kepalanya terasa amat pusing hanya tersenyum tipis, si bodoh ini malah tidak menjawab. Tangannya terulur mengusap air mata Wooyoung di pipinya yang lembut "Terima kasih"

"San..." Wooyoung merengek kesal karena ucapannya diabaikan, kenapa pria di depannya ini tidak bisa serius sebentar? apa Choi San tidak tau bahwa ia sedang berada dalam mode panik?

"Kau lupa? Aku tidak selemah itu Woo" suara itu terdengar stabil, San berpikir sepertinya ia perlu berlagak bahwa ia masih baik-baik saja. Tidak bisa dipungkiri bahwa sebenarnya ia senang, amat senang malah, mengetahui ternyata Wooyoung masih mengkhawatirkannya, namun San tetap tidak suka pada air mata yang terus jatuh itu ketika melihat kondisinya.

"Ya aku tau, aku sangat tau Choi San tapi-" Wooyoung tanpa sadar menggigit bibir bawahnya sekilas saat matanya beradu dengan San, entahlah kenapa ia selalu menjadi aneh seperti ini saat berada di dekat San, rasanya Wooyoung ingin memeluknya lagi, mungkin rindu "-aku tidak mau kau pergi, San."

Hati si pria yang babak belur terasa menghangat, mendengar permintaan kecil Wooyoung yang mengisyaratkan agar ia tetap tinggal, permintaan itu berarti segalanya untuk diri San saat ini. Setidaknya ia masih memiliki alasan untuk tetap hidup.

San menggeleng pelan "Tidak akan, hanya jika- hanya jika kau yang meminta" kali ini San berkata dengan sedikit kesusahan, tangannya mulai bergerak meremat dadanya sendiri, ia bahkan menghirup udara dengan dalam namun putus-putus seolah ia sedang kesulitan untuk bernafas.

Wooyoung menjadi semakin panik, ia baru saja hendak membuka mulut untuk menanyakan keadaan temannya itu lagi, namun kepala berdarah di hadapannya malah terlebih dulu jatuh ke pangkuannya-

-San tidak sadarkan diri.

"San!"

"Choi San, bangun!"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Come As You Are [woosan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang