14

6.3K 938 272
                                    

⚠️ chap ini mengandung kekerasan :"

●○●○●○●

Suara gemuruh tepuk tangan terdengar di halaman belakang kediaman keluarga Choi malam itu, suara itu dihasilkan sebagai respon dari sesi meniup lilin dari yang berulang tahun. Rona bahagia terpancar dari setiap wajah orang yang ada disana, sebagai bukti mereka turut bersyukur atas umur panjang yang diberkatkan kepadanya.

Lee Juyeon merasa, ini adalah salah satu ulang tahun terbaiknya. Dikelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya dan senantiasa mendukungnya. Tidak pernah terpikirkan lagi, bahwa ia bisa memiliki keluarga yang utuh setelah kepergian mendiang ayahnya. Takdir sungguh baik terhadapnya, ia memiliki pengganti yang tidak kalah hebat. Hari ini pula, orang yang sedang ia sukai hadir di sampingnya. Jangankan senyumnya, dia bernafas di dekatnya saja sudah membuatnya bahagia.

Acara yang tergolong sederhana itu, kemudian dilanjutkan dengan sesi makan-makan, inti acaranya memang itu. Juyeon yang baru saja mendapat ciuman selamat ulang tahun dari ibunya, beranjak menghampiri Wooyoung, pria itu tengah mengunyah sepotong kue tart di antara teman-teman Juyeon yang lain. Tidak disangkanya ternyata Wooyoung bisa bergaul secepat itu dengan Sangyeon dkk, awalnya ia mengira Wooyoung itu orang yang cenderung konservatif.

"Wooyoung hyung kau harus makan yang banyak" Sunwoo yang tengah duduk di sebelah Wooyoung menyodorkan lebih banyak makanan ke arahnya, astaga Sunwoo jadi kenyang sendiri melihat Wooyoung makan dengan lucu.

"Jangan memberinya terlalu banyak, dia akan semakin gend-"

PLAKK

"-awhh"

Satu pukulan keras mendarat di paha kiri Yeosang yang asal bicara, jangan tanya siapa pelakunya.

Yeosang memandang tidak terima ke arah Wooyoung yang baru saja memukulnya, namun pria itu membalas tatapannya dengan tidak kalah sinis, enak saja tubuh sexynya mau dibilang gendut.

"Wooyoung-ah"

Si rambut ungu yang masih sibuk mengunyah itu menoleh ke belakang, Juyeon memanggilnya dengan menampilkan senyum maut andalannya. Kalau begini Wooyoung bisa menjadi semakin lemah.

"Y-ya hyung?"

"Bisa ikut denganku sebentar, ada yang ingin hyung bicarakan" Juyeon berkata dengan raut wajah sedikit gugup, hal itu terlihat sangat aneh di mata teman-temannnya yang lain, tak terkecuali Mingi yang mencium aroma-aroma penikungan.

"Bicarakan saja di sini, kenapa harus mengajak Wooyoung pergi?" Si bapak Sangyeon ini sebenarnya sudah tau pasti apa yang ingin dibicarakan oleh Juyeon, dia itu teman curhatnya ngomong-ngomong. Sangyeon hanya mencoba menggodanya saja.

"Biarkan saja dia pergi hyung, mungkin dia ingin mengutang kepada Wooyoung hyung makanya dia malu membicarakannya di sini" kali ini giliran Eric yang berujar sarkas, Juyeon ingin menabok saja rasanya.

"Bicara apa hyung?" Wooyoung sudah berdiri di depan Juyeon sekarang, ia memasang ekspresi ingin taunya yang menggemaskan.

Sedangkan Juyeon malah speechless. Semua orang tampak menunggu jawabannya dengan raut wajah curiga.

"I-itu.. hyung hanya-

PRANGG

Semua orang mendadak menghentikan aktivitasnya menginterogasi Juyeon. Mereka semua melihat sebuah meja di dekat pintu keluar menuju halaman belakang tiba-tiba terbalik, vas bunga yang diletakkan di atasnya pecah berserakan menimbulkan suara yang nyaring. Meja itu diangkat oleh seseorang kemudian dihempaskan hingga patah.

Come As You Are [woosan]Where stories live. Discover now