17. Karma?

1.1K 96 73
                                    

~Biasakan vote sebelum membaca~
💞🌨️💞

Happy Reading

°

°

"Namanya Vernon Chwe," Jimin berceletuk saat melihat fokus mata Jungkook yang mengarah pada meja di tengah-tengah kantin. "Murid pindahan dari Amerika yang sekarang nempatin kelas 2-A."

"Sejak kapan dia pindah kesini? Baru liat gue." Taehyung ikut memperhatikan meja yang ternyata bukan hanya di duduki oleh si murid baru, tapi juga Yein dengan posisi saling hadap.

"Setau gue belum ada satu minggu ini. Yang gua denger, doi blasteran Korea-Amerika. Wajar sih kalo banyak yang lirik."

"Gua juga blasteran, tapi biasa aja."

"Blasteran apa?" Jimin bertanya bingung. Sebab setaunya, Taehyung murni memiliki darah Korea Selatan.

Sementara itu, Taehyung justru sekonyong-konyong menjawab, "Blasteran Korea-Surga."

"Sialan!" Tangan Jimin sudah terangkat, hampir melempar sendok pada Taehyung yang tertawa lantaran kesal. Tapi ia urungkan begitu tak sengaja melihat gurat wajah Jungkook yang ketara sekali menahan cemburu. Buat Jimin menerbitkan senyum miring. Dengan ringan ia bertanya, "Kenapa, Jeon?"

Jungkook melirik Jimin sekilas sebelum menjawab, "Ada hubungan apa Yein sama itu bocah? Harus banget makan di satu meja?"

"Apa peduli lo, boy?" pertanyaan Jimin yang di selingi dengan kekehan terdengar begitu mengejek di telinga Jungkook, "Udah putus, kan? Terserah Yein lah mau deket sama siapa."

"Setuju," Taehyung menambahi sembari tangannya mengaduk minuman. "Mungkin Yein mau move on dari lo, Jeon."

"Sialan!" Jungkook berdiri dengan begitu mendadak setelah Taehyung rampung berkata, menyebabkan kursi yang ia tempati terjungkal ke belakang. Menimbulkan suara yang cukup keras hingga menarik atensi pasang mata yang ada disana. Tak terkecuali Yein dan Vernon.

Menendang kursi Taehyung sebelum berlalu sambil mendesis, "Engga guna lo berdua."

Jimin dan Taehyung justru tertawa dan melanjutkan makan, alih-alih mengejar Jungkook.

💙

💙

💙

Perlu di ingatkan kembali, Jungkook bukanlah tipe penyabar, atau paling tidak tipe yang masih bisa memikirkan sebab-akibat kedepannya.

Bukan tanpa alasan kenapa ia langsung pergi menjauh dari sana, sebab ia tidak ingin kelepasan. Sumbunya teramat pendek hingga emosinya bisa terbakar bahkan hanya dengan hal kecil.

Mungkin, mungkin saja Jungkook akan kembali menggunakan ototnya untuk membabat habis si murid baru jika saja perkataan Yein tempo lalu tidak menempel di ingatannya seperti lintah.

Jungkook itu posesif dan over protektif. Melihat sang terkasih duduk berdua sambil berbincang dan tertawa, namun tidak bisa bertindak dan tidak bisa melakukan apa-apa adalah hal yang paling ia benci. Menyiksa hingga dua kali lipat.

Maka dengan langkah berang, Jungkook pergi menuju atap. Pikirnya, mungkin ia bisa sedikit menenangkan otak dengan bantuan hilir angin yang menyapu wajah juga di tambah hisapan beberapa puntung rokok.

Suara sepatu Jungkook terdengar cukup nyaring saat menaiki satu persatu anak tangga. Menandakan anak bungsu keluarga Jeon itu tengah berada dalam suasana hati yang suram. Aura hitam begitu ketara di sekitar tubuhnya.

Lil Bastard [Jungkook x Yein] ㅡ #Wattys2019 💞Where stories live. Discover now