"Gimana keadaan anak saya, dok? Dia nggak papa kan?" tanya Nina yang sekarang air matanya tidak bisa ditahan untuk keluar.

"Karena pendarahan yang cukup kuat didalam kepalanya dan banyak luka dalam yang dialaminya. Dia mengalami koma, kami tidak tau pasti kapan dia akan sadar. Kami akan berusaha semaksimal mungkin agar dia bisa lepas dari masa komanya."

"Kalau begitu saya permisi dan pasien boleh dijenguk ketika sudah dipindahkan keruang rawatnya."

Dokter itu pergi setelah mengucapkan kalimat yang begitu menyakitkan bagi orang terdekat Gilang, apalagi keluarga dan sahabatnya.

Kalimat yang diutarakan dokter tersebut membuat semua orang yang mendengarnya terdiam. Dani langsung menghampiri sang istri dan memeluknya, memberikan ketenangan kepadanya.

Kayla yang posisinya berdiri didekat tembok pun langsung menyandarkan tubuhnya pada tembok tersebut. Dunianya seakan hancur ketika mendengar orang yang dicintainya harus koma dan tidak tahu kapan akan sadar.

Ia tidak ingin kejadian dulu terulang lagi, kejadian yang mengharuskannya berpisah untuk selamanya dengan orang yang juga dicintainya.

Aldo, Alvin dan Rio terduduk lemas. Mereka juga sedih, sangat sedih sekali dengan keadaan Gilang yang sekarang. Ingin membantu, tapi tidak tahu harus bagaimana.

••••

Sekarang Gilang sudah dipindahkan kedalam ruang rawatnya. Ruangan yang memiliki fasilitas yang lengkap layaknya kamar sendiri.

Mereka semua masih diluar ruangan Gilang, belum ada yang memberanikan diri untuk masuk melihat keadaan orang didalam sana.

"Kamu masuk ya," suruh Nina kepada Kayla yang duduk disampingnya.

"Tante nggak masuk?" tanya Kayla.

Nina menggeleng, "tante bisa nanti. Tante tau kamu mau liat Gilang, tante ngerti perasaan kamu."

"Masuk ya, liat Gilang. Dia juga butuh kamu disana," ucap Nina meyakinkan Kayla.

Akhirnya Kayla memberanikan diri untuk masuk kedalam sana. Ketika ia membuka pintu kamar rawat Gilang, yang pertama kali dilihatnya adalah banyak alat yang menempel pada tubuh Gilang.

Kayla berjalan melangkah menghampiri Gilang yang terbaring lemah disana. Wajah damai Gilang membuatnya tersenyum getir.

Sebenarnya Kayla tidak ingin mengeluarkan air matanya saat dihadapan Gilang. Tapi, ia sanggup melihat Gilang terbaring lemah seperti ini.

Kayla duduk dikursi dekat tempat Gilang, mengambil tangan Gilang dan menggenggamnya, membawanya kepipi kanannya.

"Kamu nggak mau usapin air mata aku?"

Air mata Kayla terus mengalir membasahi pipinya.

"Kamu bakal bangun kan?"

Kayla mencium punggung tangan Gilang lama sambil memejamkan matanya. Melihat Gilang dengan keadaan seperti ini sangat menyakitkan bagi Kayla.

Kayla membuka matanya, "kamu pasti nggak suka kan liat aku nangis kayak gini? Kamu bangun ya, semua orang nunggu kamu, aku nunggu kamu."

"Kamu pasti kuat."

Kayla berdiri, kemudian, wajahnya ia dekatkan ke wajah laki-laki yang terbaring sekarang, lalu ia mencium kening Gilang lama.

"I love you," bisik Kayla.

Kayla melepaskan ciumannya dikening Gilang. Ia melangkah pergi keluar dari ruangan itu, berlama-lama disana hanya membuatnya sedih.

Yang berada diluar menoleh ketika pintu terbuka dan menampilkan Kayla yang keluar dengan mata sembabnya.

Kayla melangkah untuk duduk disamping Nina, ia menghapus jejak air matanya yang masih membekas dipipinya.

"Kamu pulang aja ya, udah malem. Besok juga harus sekolah," suruh Nina kepada Kayla.

Hari sudah semakin malam, jam saja sudah menunjukkan pukul 23.10. Kedua teman Gilang masih setia disini untuk menjaga Gilang bersama.

Kayla mengangguk.

"Biar gue anter, Kay," ucap Rio.

"Nggak usah, gue bisa naik taksi," tolak Kayla.

"Jangan. Biar aja Rio yang nganterin kamu, udah malam, nggak baik anak gadis pulang sendirian," ujar Nina dan membuat Kayla mengangguk.

Kayla bangkit dari duduknya, ia berpamitan kepada kedua orang tua Gilang dan juga kepada Aldo, tak lupa juga ia berpamitan kepada Alvin.

Kayla berjalan duluan dan disusul Rio dibelakangnya. Bahkan, Kayla kesini lupa membawa handphonenya karena sangat terburu-buru.

••••


"Kita pulang dulu yuk, bersih-bersih. Nanti kita balik lagi," ajak Dani kepada istrinya.

Nina mengangguk.

"Aldo, kamu jagain adek kamu dulu ya. Mama sama Papa mau pulang buat bersih-bersih, nanti balik lagi," ujar Dani kepada putra pertamanya.

Aldo mengangguk, "iya, Pa."

"Alvin, om titip Aldo sama Gilang dulu ya," katanya kepada Alvin yang duduk tak jauh darinya.

"Iya, om," Alvin mengangguk.

Nina dan Dani berdiri, kemudian melangkahkan kaki pergi dari sana. Mereka pulang kerumah untuk membersihkan diri mereka masing-masing.

Setelah kepergian mereka, Aldo mengajak Alvin untuk masuk kedalam ruang rawat Gilang. Mereka berdua masuk kedalam sana yang berisikan Gilang yang terbaring lemah.

Alvin memilih duduk disofa yang disediakan didalam sana dan membiarkan Aldo berjalan menghampiri adik laki-lakinya itu.

"Kayaknya baru tadi sore kita berantem, Lang," ujar Aldo menahan agar air matanya tidak lolos.

"Lo lebih bagus banyak omong dari pada diem gini, Lang. Makin jelek lo."

"Lo tau? Cewe lo nangis liat lo kayak gini dan pastinya lo nggak suka kan liat dia nangis gara-gara lo? Makanya bangun tolol."

"Rumah pasti sepi kalau kita nggak berantem, Lang. Mama sama Papa sedih liat lo kayak gini."

"Makanya lo harus cepet bangun, biar gue ada temen berantem lagi."

"Kalau bawa motor tuh hati-hati, gini kan jadinya. Ugal-ugalan mulu sih kerjaannya."

Laki-laki yang berperan sebagai kakak kandung Gilang ini tersenyum getir melihat keadaan adik nya seperti ini.

••••

NEXTGUYS!!!

yeay, akhirnya aku bisa up lagi!

jangan lupa vote + commentnya ya💜

My Ice GirlWhere stories live. Discover now