BAB 25

39 6 0
                                    

Ila duduk dengan tenang di samping Dr. Chan. Sesekali Ila tertawa karena terlibat percakapan santai dengan Dr. Chan. Pembicaraan dengan Dr. Chan memang terasa menyenangkan. Mungkin karena Dr. Chan adalah pemuda yang baik dan juga sangat ramah. Ila saja tidak merasa canggung saat bersama Dr. Chan, malah ia merasa nyaman dan tenang saat berbincang dengannya.

“Ila-ssi, apa kita boleh mampir dulu sebentar?”
Ila tersenyum dan mengangguk. “Tentu saja. Saya kan hanya mengikuti Anda.”

Kemudian mobil Dr. Chan merapat ke tepi dan parkir di sebuah bangunan yang cukup besar. Dr. Chan nampak mengeluarkan sebuah topi yang terlihat bulat dan menutupi kepalanya. Lalu ia memandang Ila yang sejak tadi memperhatikan gerak-geriknya.

“Ini adalah masjid. Saya ingin menunaikan ibadah sunnah sebentar. Anda mau ikut atau menunggu di sini saja?” tanya Dr. Chan.

“Saya akan ikut saja,” kata Ila.

Lalu Dr. Chan dan Ila turun dari mobil menuju Masjid Sentral Seoul. Ila masuk ke dalam dan duduk di shaf perempuan yang paling belakang. Sedangkan Dr. Chan maju ke barisan paling depan.

Sambil menunggu Dr. Chan, Ila memperhatikan beberapa orang wanita yang terlihat sedang melipat kain yang baru saja dipakainya. Kain itu tadinya menutup tubuh sampai ke kepalanya seperti jubah. Ila merasa tidak asing dengan hal itu. Kemudian ia juga memperhatikan seorang gadis yang sedang bercermin dan menggunakan selendang hingga menutupi rambut dan kepalanya. Sama seperti yang digunakan Melodi dalam mimpi Ila.

Ila melangkah mendekat dan tersenyum kepada gadis tersebut. Gadis itu juga tersenyum dan berbalik menatap Ila. Ia menyapa Ila terlebih dulu dan membuat Ila merasa nyaman. Kemudian mereka berbincang sebentar.

“Apa saya boleh tau, apa nama benda yang menutupi kepala Anda itu?”

“Ini? Namanya jilbab. Wanita dalam Agama Islam wajib mengenakannya,” kata wanita tadi. Namanya Seol Hee.

“Kalau tidak dipakai, bagaimana?” tanya Ila. Entah kenapa, ia merasa sangat tertarik dengan persoalan yang sedang diterangkan Seol Hee padanya.

“Akan mendapatkan dosa besar. Karena jilbab ini bukan hanya sekedar kewajiban, tetapi juga menjaga diri wanita dari segala macam bahaya,” kata Seol Hee sambil tersenyum. “Maaf, kalau boleh tau, Anda beragama Islam?”

Ila pun terdiam sejenak. “S- saya…”

Apa dia botak?
Kenapa dia harus menutupi kepalanya?
…I’m a muslim

Ila memegang kepalanya dan merasa sedikit pusing. Seol Hee yang melihat hal itu langsung panik dan cemas. Ia berusaha memanggil nama Ila, namun Ila menutup matanya dengan erat dan memegangi kepalanya sambil menahan kesakitan.

“Anda baik-baik saja? Apa yang terjadi, Ila-ssi?” ujar Seol Hee khawatir.

“Sa- saya…”

“ILA-SSI!” ujar Dr. Chan. Ia langsung berlari mendekati Ila dan menatap pasiennya yang sedang kesakitan. “Anda tidak apa-apa, Ila-ssi?”

“Dr. Chan,” panggil Ila lemah. Ia mengerjapkan matanya dan mulai dapat melihat wajah Dr. Chan yang sangat mengkhawatirkannya. “Saya tidak apa-apa.”

“Maaf, apa yang sebelumnya terjadi?” tanya Dr. Chan kepada Seol Hee.

“Ila-ssi menanyakan beberapa hal mengenai jilbab. Kemudian saat saya bertanya, apakah ia beragama Islam, Ila-ssi terlihat pusing dan memegangi kepalanya,” kata Seol Hee menjelaskan.

“Ila-ssi, mari kita segera ke rumah sakit. Apa Anda sanggup berjalan?”

Kemudian Ila berusaha berdiri dibantu oleh Seol Hee, tapi ia langsung jatuh dan terduduk kembali. Kakinya menggigil dan badannya terasa lemah. Sedangkan kepalanya masih terasa sedikit pusing. Dr. Chan yang melihat hal itu, berulang kali memikirkan cara yang tepat untuk membantu Ila ke mobilnya. Akhirnya ia pun memutuskan menggendong Ila.

WERODIWhere stories live. Discover now