Gone

7.2K 429 29
                                    

A/N : Cerita ini mengandung unsur seksual, pembaca dimohon bijak. Terima kasih.

*Dylan's POV*

Kurang dari dua bulan lagi....

Gamar....

Jogja....

Gamar....

Gamar....

"Akh!" Aku terbangun dari tidur, sudah ada Kak Sadrie, Dad, dan Mom di kamarku.

"Dylan, Dylana ... Kamu kenapa sayang?" Mom memelukku dengan erat, air mata mulai membasahi pipinya.

Aku tidak bisa berbicara, seakan-akan ada sesuatu yang menyumbat tenggorokanku. Bajuku sangat basah dikarenakan keringat, terasa sangat dingin. Dingin sekali, bisa kulihat tanganku membiru dan aku menggigil. Detak jantungku sangat cepat, napasku terengah-engah.

"Tenang Dyl, tenang." Kak Sadrie berada di samping mom. Wajahnya dipenuhi kecemasan.

"Calm down okay? Calm down." Dad berada di sampingku, ia menggenggam tanganku dengan telapak tangannya yang besar.

"Silakan masuk dok." Ku lihat mbok datang ke kamarku bersama seorang wanita berpakaian putih, Dokter Rita.

Ia menghampiriku, mengarahkan cahaya senternya ke mataku. Keadaanku semakin parah, dadaku sesak, sangat sakit hingga aku mengeluarkan air mata. Aku mencengkram tangan Dad. Aku hampir tidak bernapas, sangat sulit.

Dokter Rita mengeluarkan sebuah suntikan, aku tahu apa maksudnya. Aku tidak mau kembali pada masa itu lagi, aku berusaha melawan tapi aku sudah tidak mempunyai kekuatan.

Ia mengisinya dengan cairan bening lalu menusukannya ke leherku. Tidak lama kemudian semuanya menjadi gelap.

***

Sesuatu yang dingin menyentuh tanganku, aku masih merasa mengantuk. Mataku terasa berat, sangat sulit untuk dibuka tetapi benda ini membekukan tanganku!

Akhirnya mataku mulai membuka perlahan. Kamarku. Aku berada di dalam kamarku, dan ada seseorang di sampingku. Dia menggenggam tanganku, tanganku ... diinfus.

Apa yang terjadi?

Aku baru saja terbangun dari tidur dengan tangan diinfus serta oksigen buatan yang membantuku bernafas, selain itu seseorang tertidur sambil duduk di sampingku. Seseorang yang tertidur di kursi -yang terlihat memang sengaja diletakan di samping tempat tidurku-, siapa dia?

Rambutnya berwarna hitam pekat, dia menggunakan sweater pink, dan dia menggenggam tanganku. Tangannya masih terasa sangat dingin. Ku pikir dia tertidur, aku tak tahu pasti karena dia tidak menghadap ke arah ku.

Tenggorokanku terasa sangat gatal dan perih, akhirnya aku terbatuk dengan sedikit kencang. Hanya dengan batuk itu, aku sudah kehilangan lebih dari setengah tenaga yang kumiliki. Sangat lemah.

Suara batuk ku itu berhasil membuat perempuan tadi terbangun ... Rezka. Dia tersenyum padaku, wajahnya terlihat lelah. Aku berusaha membalas senyumnya tapi ku pikir percuma karena dia tidak akan bisa melihatnya, ada oksigen yang terpasang padaku.

Dia mendekatkan wajahnya ke wajahku, mengusap-ngusap rambutku dan sekali-kali memainkannya. Senyumnya tidak padam walaupun dia terlihat sangat lelah, dia terlihat sangat cantik.

"Hey.... Sudah bangun tuan putri?" Suaranya terdengar parau dan itu sangat seksi, dia tidak berhenti tersenyum kepadaku.

"Dylan kemana aja selama ini? Rezka kangen banget sama Dylan. Rezka sempat mikir kalau Dylan gak bakal balik." Aku tidak mengerti perkataannya, tapi air mata mulai turun melewati pipinya.

Is It A Wrong Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang