Unexpected

7.1K 420 17
                                    

AND ... HERE WE'RE, THE 10TH CHAPTER!!!

Hope you like it ;)

And dont forget to vote and comment

***

*Dylan POV*

Matahari sudah terbenam sepenuhnya, tidak ada lagi sinar orange yang menyinari kami. Pemandangan sunset yang menawan telah tergantikan oleh kerlap-kerlip bintang dan titik-titik cahaya lampu dari kota Bandung.

Semuanya terlihat jelas dari sini, dan tidak akan ada orang yang bisa melihat kami. Sudah ku katakan, ini adalah tempat tersembunyi.

Gamar masih mengistirahatkan kepalanya di bahuku, ku pikir dia sangat menikmati pemandangan ini jadi dia tidak membuka pembicaraan seperti biasanya. Alhasil, kami tidak berbicara selama hampir 30 menit.

Handphone ku kembali bergetar, sebuah panggilan masuk dari Kak Sadrie.

"Dyl?"

"Iya kak?"

"Dimana? Kok belum pulang? Rezka ada di rumah."

"Ngapain?"

"Kita khawatir sama kamu. Kakak gak mau tau, kamu harus pulang sekarang juga."

"Iya."

Aku menarik napas panjang. Keadaan di sini jauh lebih menenangkan daripada di rumah, dan di sini ... Aku membuat waktu hidupku berharga, berharga karena aku menghabiskannya bersama Gamar.

Dia masih tidak bergerak dari bahuku, napasnya teratur. Ku raih telapak tangannya, jarinya yang panjang dan kurus terasa dingin. Aku menggenggam tangannya, erat. Tanpa ku sadari, aku tersenyum.

Untuk saat ini, ku pikir dia adalah milikku. Dia milikku.

"Gamar...." Entah mengapa, aku hanya ingin memanggilnya. Menyebut namanya saja sudah dapat membuatku bahagia.

Dia seperti permen, permen ter-masam yang pernah ada. Karena setiap kali aku melihatnya atau ada orang yang menyebut namanya, pipiku terasa sangat ngilu, memaksaku untuk tersenyum tanpa henti. Dan itu terjadi pada saat ini.

Tapi ... Kenapa dia tidak menjawab panggilanku?

Aku berusaha menoleh ke arahnya, hanya untuk mengecek apa yang sedang terjadi sehingga dia tidak menjawab.

Dia tertidur. Dia sedang tidur di bahuku, tidak tahu sejak kapan. Ku pikir ini sedikit lucu. Dan tidak perlu ku katakan, tapi dia sangat cantik. Alisnya panjang dan berantakan, membuatnya terlihat tebal dan hitam. Dia sangat-sangat menawan.

Aku tidak tahan lagi untuk menatap Gamar yang sedang tertidur. Aku kembali menyandarkan kepalaku di pohon besar yang memang menjadi tempat bersandar kami sejak tadi, kali ini dengan senyuman lebar yang timbul di wajahku.

"Mar, kamu tau ingat gak waktu aku nanya tentang pelangi itu? Yang kenapa pelangi bentuknya menelungkup ke bawah, ingat gak?"

"Kamu tau ... Aku bohong. Kamu memang jauh lebih cantik daripada pelangi itu."

"Dan ... Ya, aku lagi ngomong sendiri karena kamu lagi tidur. Mungkin aku mulai gila. Hahaha."

Aku kembali meraih tangannya, memerhatikannya untuk sejenak.

"Gamar, aku ... sayang sama kamu."

Astaga!

Apa yang baru aja kamu lakukan, Dylan!

Bagaimana kalau dia bagun!

Bagaimana kalau dia hanya berpura-pura tidur!

Dylan bego!

Is It A Wrong Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang