"Okay."

8.9K 565 32
                                    

Mei 2011

*Author POV*

Seminggu sebelum ulangan kenaikan kelas. Waktu berlalu begitu cepat. Dylan sudah lebih tinggi 5cm dari Rezka, rambutnya mulai berubah warna menjadi blonde. Dylan mempunyai rambut blonde bukan hitam, ia mewarnainya karena peraturan sekolah yang mengharuskan semua siswi berambut hitam.

Dylan masih menjadi orang tercuek di dunia bagi Rezka, masih Dylan yang dulu.

Yang berbeda hanyalah, bertambahnya image tidak bisa mengendalikan emosi. Dia masih cuek, tapi dia juga tidak bisa menahan emosinya.

Terbukti saat Dylan menghajar habis seorang siswa laki-laki yang mengganggu Rezka 3 hari yang lalu, hal ini membuat kedua orang tua Dylan mendapat surat panggilan ke sekolah.

Ia benar-benar memukuli anak itu, bertarung layaknya seorang anak laki-laki. Tanpa ampun terus memukulinya, tak peduli bercak darah menempel pada baju seragam dan tangannya, tak peduli dengan Rezka yang menangis tersedu-sedu terus memohon kepada Dylan untuk berhenti, sampai akhirnya anak itu tak sadarkan diri barulah Dylan berhenti.

Anak itu hanya menggoda Rezka, tetap menggodanya walaupun Dylan menatapnya tajam, dan sampai akhirnya Dylan membuka mulut.

"Bisa berhenti?"

Hanya sebuah pertanyaan dengan nada normal yang keluar dari mulut Dylan.

Emosinya pecah ketika pertanyaan itu dibalas dengan tawa dan olokan.

Suhu tubuhnya terasa panas, detak jantungnya tak beraturan, wajahnya memerah. Dylan menyerang anak itu, memukulinya tanpa ampun.

Kejadian itu menyebar dengan cepat ke seluruh sekolah, Dylan ditakuti. Ia merasa seperti monster. Tetapi bukan Dylan namanya kalau ia menghiraukan kata orang lain, ia tetap tenang.

Sehari ... Dua hari, Dylan menyadari bahwa Rezka menjauhinya. Rezka tidak lagi mengingatkannya untuk mengerjakan tugas, tidak lagi menyapanya tiap pagi, bahkan ia sudah tidak duduk di kursinya, ia bukan lagi teman sebangku Dylan.

Melihat tingkah laku Rezka yang menjauhinya tanpa sebab yang jelas, Dylan memutuskan untuk menemuinya seusai pulang sekolah hari ini.

*Dylan POV*

5 menit sebelum bel pulang sekolah berbunyi, ku lihat Rezka masih sibuk memainkan handphone nya di dalam laci.

Ia telah melanggar peraturan kelas, tidak boleh menyalakan telepon genggam ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung.

Aku adalah ketua kelas, seharusnya aku menegurnya karena telah melanggar peraturan. Tapi aku diam saja, sudah beberapa hari ini dia melakukan hal yang sama. Dia tidak bisa lepas dari handphone nya. Aku yakin dia mengetahui hal itu melanggar peraturan karena dia juga salah satu pengurus kelas.

Tteeetttt tteeeettt teeeettt....

Bel sudah berbunyi, aku segera memasukan buku dan alat tulisku ke dalam tas, tak lupa untuk merapikan seragam dan posisi dudukku.

"Sebelum mengakhiri kegiatan kita hari ini, marilah kita berdoa bersama-sama sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan kita masing-masing. Berdoa ... mulai."

"Selesai."

Seusai memimpin doa, aku masih tetap di tempat dudukku berbeda dengan teman-teman sekelasku yang berbondong-bondong keluar dari ruangan bernuansa putih ini.

Ku lihat Rezka melakukan hal yang sama denganku, hingga akhirnya hanya tersisa aku dan dia di dalam kelas.

Dia membuang napas panjang lalu berjalan melewatiku, tanpa menoleh sedikitpun.

"Rezka?" Aku memanggilnya, tapi dia tetap tidak menoleh. Dia masih berjalan menuju pintu keluar, aku menghampirinya dengan sedikit berlari.

Aku tahu dia menghindariku, dia akan lari dariku, dia tidak ingin melihat wajahku lagi, itu sebabnya aku menahannya dengan cara menarik lengan kirinya.

"Apaan sih?! Lepasin!" Rezka berusaha melepaskan lengannya dari genggamanku tapi percuma, aku menggenggamnya dengan kuat tak peduli dia kesakitan atau tidak.

"Lepas! Ini sakit!" Dia membentakku ... untuk pertama kalinya dia berbuat kasar kepadaku.

"Aku bilang lepas! Dengar gak sih?!" Ia menghampaskan tangannya, membuatku melepaskan genggamanku.

"Kamu kenapa?" Aku menatap mata hitamnya, ku lihat ada kebencian dan amarah di sana.

"Aku mau pulang, minggir!" Ia mendorong tubuhku sampai aku sedikit terhuyung, tapi aku kembali pada posisi semula.

"Aku pakai motor, mau bareng?"

"Gak usah!"

Aku hanya terdiam memandanginya. Ia melipat kedua tangannya di depan dada, menghindari tatapan mataku.

"Kenapa kamu jauhin aku?"

Dia terlihat sedikit terkejut dengan pertanyaanku, "Emang kenapa? Suka-suka aku dong!"

"Kamu marah gara-gara aku mukulin anak brengsek itu sampai pingsan?"

Rezka memalingkan wajahnya, sekarang ia balik menatap mataku dengan tajam. "Harus kamu pukulin dia sampai begitu? Gak cuma pingsan Dyl, hidungnya patah gara-gara kamu!"

"Salah kalau aku mukulin dia karena dia kurang ajar?"

"Ah sudahlah, aku malas ngomong sama kamu!" Rezka beranjak pergi, aku tidak lagi ingin mengejarnya. Ada sesuatu yang salah dengannya, sesuatu yang berbeda.

"Aku cuma mau lindungin kamu!" Setengah berteriak aku ke arahnya, dia menghentikan langkahnya lalu berbalik arah menghadapku.

"Kamu gak perlu lindungin aku. Sudah ada orang yang bakalan selalu jagain aku."

"Siapa?"

Dia terdiam, aku menunggu jawabannya.

"Rico."

"Sejak kapan?"

"Kamu gak perlu tau."

"Okay."

Dia kembali berjalan menjauhiku, aku masih memandanginya hingga dia tidak terlihat lagi di balik tangga.

Aku berjalan menuju tembok pembatas, semuanya terlihat dari atas sini. Lapangan basket yang luas, jalan raya yang dipenuhi mobil-mobil mewah, serta murid-murid yang sedang melakukan aktifitasnya masing-masing.

Ku lihat Rezka sudah menuruni tangga, dia melewati lapangan basket, menghampiri seorang anak laki-laki dengan seragam basket bernomor 33 nya.

Rico. Ternyata Rezka sudah mempunyai pacar sekarang, aku tidak perlu melindunginya lagi. Mereka terlihat bahagia bersama. Rezka bahkan tidak menoleh ke arahku sedikitpun, ia terfokus pada anak laki-laki yang sedang menggenggam tangannya saat ini.

Ada perasaan sedih, tapi tak ku pedulikan. Sahabatku sudah mempunyai pacar, dan dia akan melupakanku.

"Okay...."

Maaf pendek, next chapter Dylan udah kelas 8 loh.

dan ini beneran seminggu sebelum ulangan kenaikan kelas wkwkwk jadi next chap agak lambat gak apa-apa ya?

Dont be silent reader, please....

Is It A Wrong Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang