bagian tiga puluh

Beginne am Anfang
                                    

Abrega menjitak kepala Ivar. "Kesannya gue dulu kaya setan banget kalo lo ngomong gitu."

"Emang iye!" sahut Janu.

"Udah udah ke kelas yuk," ucap Gilang. Lalu ketiganya berjalan menuju kelas.

Mereka bertiga melirik Abrega lalu berhenti di depan kelas Aneera, mereka berdiri di depan pintu.

"Aneera semangat belajarnya kata Abrega!" seru Gilang.

"Kalo nggak semangat sebut nama Abrega aja nanti jadi semangat!" seru Janu.

"Nanti istirahat dibeliin ice cream!" seru Ivar.

Abrega membulatkan matanya. Dia kemudian mendorong ketiganya untuk pergi dari sana lalu menoleh pada Aneera seraya melambaikan tangannya dengan senyuman diwajah.

Aneera menahan senyumnya walaupun mereka berempat sudah tidak didepan sana.

"Aaa gemes!" ucap Daira, menyadarkan Aneera.

Aneera menelan saliva bisa bahaya kalau Daira melihat Aneera senyum.

"Lo makin deket ya Ra sama Kak Abrega?! cerita dong udah sedeket apa?" tanya Daira dengan mata berbinar.

Aneera meliriknya. "Udah sedeket ini," Aneera menyatukan kedua jari kelingkingnya.

"AAAA!" seru Daira seraya menepuk-nepuk bahu Aneera. "Kan bener kan lama-lama lo deket kan kan!"

"Ih apa sih lo? di bohongin mau aja,"

Daira menutup mulutnya lalu memukul lengan Aneera. "Songong lo! gue kira beneran tau!"

Aneera tertawa, lucu juga mengerjai Daira.

"Awas aja kalo nanti tiba-tiba jadian!"

"Eh apaan? palalo jadian!"

"Palalo sama palanya Kak Abrega tuh jadian!"

"Ngaco!"

_______

Abrega berjalan menuju ruang osis bersama dengan Gilang, mereka akan mengadakan rapat untuk membahas acara hari kemerdekaan Indonesia.

Semua anggota osis sudah berkumpul, Abrega duduk di tempat biasa. Sedangkan Gilang bediri di depan sana.

"Selamat siang temen-temen, sorry ganggu waktu istirahatnya sebentar, disini gue mau bahas tentang acara tujuh belasan yang mau kita adain," Gilang menuliskan kata acara tujuh belas di papan.

"Kemarin juga udah ada beberapa yang kasih masukan mau buat acara apa, cuma gue masih belum nemuin yang pas, coba Ga sebutin apa aja acaranya,"

Abrega membuka kertas yang tadi dia bawa. "Ada acara lomba nyanyi lagu nasional, terus lomba tarik tambang, sama lomba-lomba biasa yang lainnya."

Gilang menganggukkan kepala. "Nah itu cuma kaya gitu-gitu aja, dari kalian semua ada yang punya usul nggak? acara yang lebih seru? kan kalo ini juga sebenarnya udah dipake tahun lalu, gue nggak mau yang mainstream aja sih."

Numia mengangkat tangan. Gilang tersenyum. "Apa—"

"Sayang?" potong Abrega.

Semua jadi tertawa.

Gilang menepuk lengan Abrega. "Apa Num? ada usul?"

Numia tersenyum tipis. "Gue ada usul, gimana kalo kita buat acara fashion show, masing-masing kelas harus ada wakil dua pasangan, dua pasangan ya bukan satu pasangan, jadi masing-masing kelas harus siapin empat perwakilan untuk jadi pasangan ini, kan pasti seru."

AbregaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt