Dira menoleh, "apaan" ucapnya jengkel
"Malem pertama sama dogan yang didepan, gimana?" ucap Vita sekilas melirik ke arah Rey yang duduk dimeja dosen
"Malem pertama buyut lo" ucap Dira jengkel, ia kembali menatap teman-temannya yang sedang presentasi didepan
"Ekhem, ekhem.. Dira, cieee" ucap Vita menggoda sang sahabat
Dira membelalakkan matanya, ia kembali menoleh ke arah Vita. "lu, ish! Perhatiin yang didepan kenapa" ucapnya mengalihkan pembicaraan
"Cieee, cerita dong" ucap Vita semakin menjadi-jadi
Dira menghela nafasnya, "minta ceritain sana sama nyokap lo" ucapnya, ia kembali menghadap papan tulis
"Nyokap gue gak mau cerita" ucap Vita jujur
Dira kembali menghela nafasnya, "bego, sih" gumamnya
"Apa, Dir?" ucap Vita
"Yang disana, silahkan berikan pertanyaan" ucap Rey sembari menunjuk meja Dira dan Vita
Dira dan Vita melotot, apa yang harus mereka lakukan?
"Cepat" ucap Rey
Dira dan Vita meneguk salivanya, bagaimana ini?
"Kalian dari tadi memperhatikan tidak?" ucap Rey dengan tatapan tajamnya
Dira mengangguk, sedangkan Vita menggeleng.
Dira menyikut Vita, ia memberi kode.
Vita langsung mengangguk, mengakui bahwa ia memperhatikan teman-temannya yang sedang mempresentasikan hasil kerjanya didepan. Padahal, tidak sama sekali.
"Kenapa tidak memperhatikan?" ucap Rey kepada Vita, ia lebih menerima gelengan kepala Vita, dari pada anggukannya. "Kamu mau bohongin saya?" lanjut Rey, mengetahui pikiran licik Vita dan Dira
Vita meneguk salivanya, ia menyenggol lengan sang sahabat. "Bantuin" bisiknya
Dira menggelengkan kepalanya, "jawab Vit" bisiknya
"Diraaa" bisik Vita merengek
ISTIRAHAT, 09.12 WIB
KANTIN
Dira memakan jajanannya sembari mendengarkan ocehan sang sahabat."Lo juga sih" ucap Vita diakhir ocehannya
Dira menaikkan kedua alisnya, "gue kenapa" ucapnya tak terima
"Lu kan istrinya, harusnya lo kasi tau dong kalo temen lo yang ini emang gak bisa fokus kalo ada cogan kayak dia" ucap Vita
Dira memelototi sang sahabat, "sekalian aja lo umumin" ucapnya kesal
Vita menyadari kesalahannya, ia menampilkan gigi ratanya sembari menunjukkan kedua jarinya, damai.
"Keceplosan, sayang" ucap Vita sembari cengengesan
Dira menghela nafasnya, mulut sahabatnya ini memang tidak bisa dikondisikan.
Vita masih menunjukkan senyum konyolnya, "ya sorry, Dira" ucapnya
Dira hanya mengangguk-angguk, "serah" ucapnya
"Lagian ya, ngapain juga lo sembunyiin. Pak Rey juga gak malu-maluin, dan lagi.. lo bakalan jadi mahasiswi terhits karna lo istri dia" ucap Vita memberikan pendapatnya
Dira menatap Vita tajam, "dan gue bakalan dibully satu kampus" ucapnya menyambung perkataan sang sahabat
Vita menggigiti bibirnya, ia mengangguk-ngangguk. "Iya juga sih" ucapnya kembali menampilkan gigi ratanya, tanpa dosa.
Dira memutar kedua bola matanya malas.
"Dir, lo dipanggil sama pak Rey" ucap seorang mahasiswi yang baru saja datang
Dira menoleh, "loh, ngapain?" ucapnya heran
Mahasiswi tersebut hanya menggelengkan kepalanya, "gak tau" ucapnya
Dira mengangguk-ngangguk, "yaudah, deh. Thanks, ya" ucapnya sembari tersenyum
Mahasiswi tersebut tersenyum sembari melanjutkan langkahnya menuju kumpulan teman-temannya.
Dira kembali menoleh ke arah Vita, ia mengerutkan dahinya. Ada apa dengan sahabatnya ini?
Vita tersenyum sembari menatap Dira curiga, "feeling gue, ada something about last night, deh" ucapnya menggoda Dira
"Something about last night pala lu" ucap Dira jengkel, "yaudah, gue pegi dulu" ucapnya sembari melangkahkan kakinya menuju ruang dosen
-RUANG DOSEN
Setelah mengetuk, Dira membuka pintu ruangan Abraham Reynand."Permisi, pak" ucap Dira sembari melangkahkan kakinya memasuki ruangan Rey
Rey mengangguk, "hmm, duduk" ucapnya
Dira menuruti perintah Rey, ia duduk dikursi yang berada dihadapan Rey.
"Kenapa, pak?" ucap Dira
"Belajar dengan serius, kalau tidak mau saya laporkan sama ayahmu" ucap Rey to the point
Dira membelalakkan matanya, ia mengerutkan dahinya. "Loh, kok saya? Saya kan udah serius, pak" ucapnya protes
"Bicara yang sopan" ucap Rey
Dira kembali membelalakkan matanya, ia berusaha menahan bibirnya untuk tidak menyumpah serapahi manusia yang sedang ia hadapi ini.
Dira mengatur nafasnya, sabar Dira. "Mohon maaf, bapak Abraham Reynand. Saya ingin menyampaikan protesan saya kepada bapak, yang menuduh bahwa saya tidak serius dalam belajar. Padahal, sebenarnya saya sudah benar-benar serius. Lalu, saya ingin menanyakan apa alasan bapak menuduh saya tidak serius dalam belajar. Sekian, sebelumnya terima kasih atas jawabannya" ucapnya dengan sangat-sangat sopan
Rey menghela nafasnya, "lalu, tadi?" ucapnya
Dira mengerutkan dahinya, "sebentar, saya bertanya kepada bapak, jadi saya ingin mendapatkan jawabannya. Bukan pertanyaan" ucapnya
Rey menatap Dira, datar. "Jangan banyak bicara" ucapnya
Dira menaikkan kedua alisnya, "lalu bapak mau saya ngapain?" ucapnya mulai kesal
"Ikuti saja omongan saya, jangan banyak protes" ucap Rey
Dira menaikkan dagunya, "egois banget sih jadi orang" ucapnya mulai emosi
"Kamu mahasiswi berpendidikan, mana sopan santun kamu" ucap Rey kembali memberikan protes kepada sikap Dira
"Sopan santun juga punya tempat, pak!" ucap Dira kesal
"Kamu mau nilai kamu tidak tuntas?" ucap Rey
"Silahkan!" ucap Dira
Rey mengangguk, "baiklah" ucapnya, "silahkan keluar" ucapnya
Brak..
Dira menggebrak meja Rey, ia mencondongkan tububnya "jangan mentang-mentang bapak dosen, bapak bisa seenaknya sama mahasiswi!" ucapnya protes
Tok Tok Tok
Ceklek..
HAIHAIHAIII!
JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!🖤
SORRY GAJE:')
YOU ARE READING
Dosenku Suamiku (TAMAT) [TERSEDIA DI GRAMEDIA]
HumorTelah terbit di Penerbit Romancious. Cerita ini tidak di revisi, jadi masih berantakan. Kalau mau baca yang lebih bagus penulisannya bisa beli bukunya di Gramedia atau pun toko online yang menjual novel Dosenku Suamiku yang ORI. Terima kasih<3 Warni...