E M P A T B E L A S

1.7K 286 5
                                    

Usai pemakaman Leedo beberapa hari lalu, Seonghwa terus saja berdiam diri, ia tak berkominukasi dengan satu orang pun, pola makannya pun jadi tidak teratur, bahkan ia sering tidak makan sama sekali. Hatinya terlampau sakit, kepalanya terlalu berat memikirkannya, ia tak bisa menerima kenyataan, lalu memilih untuk memejamkan matanya dan membiarkan air matanya jatuh untuk kesekian kalinya.

Pemuda lain, Kim Hongjoong yang merupakan adik tirinya itu merasa iba, ia kasihan dengan kakak tiri sekaligus orang yang dicintainya itu. Dari balik pintu di atap sekolah ia memperhatikan Seonghwa yang duduk menyamping seraya menangis, sesekali ia terlihat mengusap air matanya dengan kasar.

Merasa tak tahan lagi, Hongjoong pun beringsut mendekati Seonghwa. Berdiri di depannya hingga membuat pemuda itu mendongakkan kepalanya, menatap dirinya dengan sedikit susah karena sinar matahari yang membuatnya silau.


"Berhentilah menangis." memang terdengar dingin, tapi Hongjoong benar-benar mengkhawatirkan pemuda di depannya itu.

Seonghwa diam tak menjawab, justru ia semakin terisak, tangisnya pecah begitu saja usai Hongjoong berujar. Ia mengingat waktu di mana Leedo yang selalu menenangkannya saat ia menangis seperti itu.

Hongjoong menghela nafasnya, lalu ia memilih untuk mendudukkan dirinya di sebelah Seonghwa, dengan perlahan ia bawa Seonghwa dalam pelukannya, mengelus lengannya dan berharap itu akan sedikit menenangkannya. Seonghwa membalasnya, mengeratkan pelukannya sekaligus meremat seragam yang dikenakan Hongjoong.


"Hiks... H-hong Hiks... Joong." dirasakan Hongjoong kalau seragamnya mulai basah oleh air mata Seonghwa, ia juga merasakan rematan Seonghwa pada seragamnya yang juga semakin kuat.

"Husst... Tak apa, menangislah sepuasmu. Tapi setelah ini kau harus berjanji untuk tidak menangis lagi, apapun yang terjadi."

Hening menyelimuti mereka, namun entah mengapa perasaan Hongjoong mulai tidak enak ketika dirasa Seonghwa dengan perlahan mulai melongarkan pelukannya, dan akhirnya tak ia dengar isak tangisnya lagi. Hongjoong menatap pemuda yang didekapnya, terlihat tenang dengan wajahnya yang pucat.


"Songhwa?" sial! Ternyata Seonghwa pingsan. Dengan cepat Hongjoong menggendongnya lalu dibawanya turun dari atap sekolah dan berlari menuju ruang UKS.

⭐❇⭐

Hongjoong menatap Seonghwa yang terbaring lemah di depannya, sebelumnya Seonghwa sempat di bawa ke UKS namun ia disarankan untuk membawa Seonghwa ke rumah sakit saja karena kondisinya yang mulai tidak stabil.

Tangannya terangkat dan meraih tangan Seonghwa, menggenggamnya dengan erat. Air matanya jatuh begitu saja ketika ia memejamkan matanya, menetes tepat di atas tangan pemuda di depannya itu.






Ceklek!

Hongjoong menoleh ke arah pintu, didapatinya kedua orang tuanya yang baru saja datang.




"Hongjoong-ah..." Hongjoong diam tak menjawab, lalu kembali mengalihkan pandangannya pada Seonghwa.

Kedua orang tuanya berjalan menghampirinya, Ibunya berdiri di sebelah Hongjoong yang duduk di kursi di samping Seonghwa.

"Kenapa ini harus terjadi padanya?" Hongjoong bergumam dengan matanya yang masih menatap kosong wajah Seonghwa yang terlihat tenang.

Ayah dan Ibunya diam tak menjawab, karena mereka tak menangkap maksud dari pertanyaan anaknya itu.

"Aku benar-benar saudara yang payah." Ibunya tertegun, lalu segera ia menarik Hongjoong ke dalam pelukannya, dan akhirnya tangis Hongjoong pun pecah saat itu juga.









































"Hiks... Aku benar-benar payah!"



































































































Tbc!
Voment pliseu❤

[✔] 2. FEAR; JoongHwaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon