[18] Badai Telah Kembali

Mulai dari awal
                                    

Sebenarnya Tio merasa sedikit khawatir jika Tesya berteman dengan pria. Tetapi apa boleh buat, kini sang anak bukan lagi gadis SMP yang harus ia larang. Tio percaya jika Tesya sudah mampu menjaga diri dan mengerti apa saja batasan antara pria dan wanita.

"Kalau ada waktu luang ajak teman-temanmu main ke rumah ya. Supaya Ayah kenal sama mereka. Apalagi yang cowok. Ayah harus tau dia anak siapa, baik atau engga."

"Iya Ayah ... Tesya pergi dulu ya. Assalamualaikum," tuturnya mencium punggung tangan Tio, lalu berjalan keluar bersama Laras.

Tio memilih tetap duduk lantaran dirinya sudah menyapa Nadin, Rendi dan Rio terlebih dahulu.

seraya berjalan menuju halaman, Laras merangkul Tesya seraya bergumam pelan, "Sayang, kamu harus jaga diri ya. Sekarang Ayah sudah mulai terbuka sama kamu. Jangan kecewain Ayah ya."

Ini pertama kalinya Laras melihat sang suami dengan lapang dada membiarkan Tesya berteman dengan pria. Ia tau percis bagaimana Tio. Tio pasti merasa khawatir dengan keputusannya yang membiarkan Tesya begitu saja. Namun Laras merasa bersyukur, karena pada akhirnya Tio berhenti untuk posesif terhadap putrinya yang mulai beranjak dewasa.

Semakin dewasa putrinya, maka semakin cepat juga seorang ayah akan merasakan patah hati yang cukup dalam, dengan kedatangan pria yang berhasil membuat putrinya jatuh cinta.

Tangan kanan Tesya merangkul pinggang Laras lalu mengecup pipi kiri Laras. "Makasih ya Bunda. Aku sayang banget sama kalian."

Mendapatkan perlakuan manis dari anaknya, Laras tersenyum haru.

Laras segera menyapa Rio, Rendi dan juga Nadin yang sudah berdiri di depan mobil. Keempatnya segera menyalimi punggung tangan laras dengan senyuman yang begitu lebar.

"Oh jadi ini ibunya Tesya .... Engga heran sih kalau Tesya secantik ini. Tante juga cantik," Nadin memuji Laras hingga berhasil membuat Laras tertawa.

"Aduh pinter banget sih merayunya. Kamu juga cantik kok. Siapa namanya?" tanya Laras dengan ramah.

Nadin yang merasa semakin nyaman dengan sikap Laras, ia tersenyum begitu ceria, "Nama aku Nadin, Tante. Yang ini Rendi, trus yang ini Rio." Nadin memperkenalkan mereka secara bergantian dan disambut hangat oleh Laras.

"Oh Tante tau nih ... pasti si Rendi pacar kamu ya?" tanya Laras kepada Nadin untuk mencairkan suasana.

"Ih kok Tante tau sih?"

"Jelas tau doong. Tuh gelangnya ... kalian pakai gelang couple. Gimana Tante tidak tahu."

Semua tebakan Laras terbukti benar, hingga membuat Nadin salah tingkah yang langsung bersembunyi di belakang Tesya, "Aduh, Nadin jadi malu nih."

Tingkah Nadin berhasil membuat mereka tertawa dengan kompak.

Sesaat Laras teringat sesuatu dan langsung bertanya kepada Rio dan Rendi, "By the way, Bima tidak ikut sama kalian?" tanyanya yang sontak membuat Rendi, Nadin dan Rio mematung.

Pertanyaan Laras sungguh diluar dugaan. Ini pertama kalinya mereka datang ke rumah Tesya, namun mengapa tiba-tiba Laras menanyakan tentang Bima, yang seolah-olah mereka sudah sangat dekat.

Rio membuka mulutnya ragu, berusaha menjawab pertanyaan Laras. "B-bima ...."

"Bima berangkat duluan. Dia pergi sama teman-temannya," sahut Tesya, yang menyela ucapan Rio.

"Pergi duluan? Kenapa? Padahal Bunda kangen loh sama dia."

Mendengar perkataan Laras yang mulai melantur, segera saja Tesya menutup mulut Laras dengan tangannya.

Pemilik Hatimu [Sejeong] On Going Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang