[3] Sorry

692 306 209
                                    

Mungkin pertemuanku dan kau masih bisa terhitung jari.
Tapi herannya, seluruh hatiku berhasil kau kuasai.

-Rio Erlangga-

🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿
Jangan Lupa Vote!

🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿Jangan Lupa Vote!

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.


Happy Reading
🌵🌵🌵

"DORRRR!" kejut Nadin dari belakangnya.

Sontak ia terkejut seraya meletakan handphonenya di atas meja. Saat ini Tesya sedang duduk di dalam kelas seraya meratapi Handphonenya

Kejadian yang telah ia alami, seketika membuat moodnya berantakan. Tubuhnya masih terasa gemetar. Ia masih teringat, dengan wajah Bima yang penuh emosi.

Ia takut jika saat ini, Bima akan datang kesini untuk mencarinya.

Melihat Tesya yang hanya terdiam, seketika wajah Nadin menjadi datar.

"S-sya, lo kenapa?" tanyanya seraya merangkul Tesya, "Lo sakit?"

Ia tersenyum kaku, "E-engga kok. Gue rada ngantuk!"

"Lo sudah makankan?"

"Sudah kok, Nad. Tadi, gue makan sama bu Widia," sahutnya meyakini Nadin.

Nadin tersenyum lega, percaya akan apa yang Tesya ucapkan, "Syukur deh kalau gitu. Nih minuman lo!" Ia memberikan minuman itu.

Meskipun ia berhasil membohongi Nadin. Namun, wajahnya tak bisa bohong. Wajahnya masih terlihat tegang, dan sesekali melirik ke jendela.

"Oh iya, Sya. Kata mereka, tadi ada ribut-ribut di lapangan. Lo denger gak?"

"R-ribut-ribut apa?" gagunya.

Ia mendekat untuk berbisik, "Katanya, Bima berantem sama Rio.  Mereka ngerebutin cewek."

Mendengar ucapan Nadin, seketika matanya membulat, "G-gue gak denger, Nad!"

"Syukur deh kalau gak denger. Soalnya, mereka berdua itu musuh bebuyutan! Kepala sekolah aja,  sampai bosen nanganinnya," jelas Nadin.

Saat ini, tubuhnya kembali bergetar lantaran takut. Ia hanya menunduk, untuk mengendalikan tubuhnya. Ia menumpuk kedua tangannya di atas meja,  lalu meletakkan keningnya di sana.

Nadin yang sedang mengunyah makanan, ia tak sadar akan tingkah Tesya yang berbeda. Netranya menelusuri setiap sisi kelasnya."Loh tumben banget sih, ini kelas sepi banget kek kuburan?" ujarnya menatap seisi kelas.

"Sya, tadi... Gue ketemu sama doi! Ganteng banget—" sesaat ia terdiam, lantaran ketika ia melihat ke arah Tesya, dia hanya diam seraya menyandarkan kepalanya di atas meja.

Pemilik Hatimu [Sejeong] On Going Där berättelser lever. Upptäck nu