"Jisung, ayo bangun. Nanti terlambat sekolahnya loh," Renjun menepuk pelan pundak anaknya. Jisung memang  sudah bersekolah dan itu masih di Taman Kanak-kanak.

Jisung menggeliat di dalam selimut nya, matanya perlahan terbuka dan langsung meneriaki Renjun.

"PAMAN KOK SEENAKNYA MASUK KE KAMAR JISUNG SIH?!" Renjun gemetar, ia hanya ingin membangunkan anaknya. Itu saja.

"M-maafkan paman, paman hanya ingin membangunkan mu agar tidak terlambat bersekolah."

"KELUAR!!" Renjun langsung keluar dari kamar Jisung dengn air mata yang menganak sungai. Jeno yang kebetulan baru keluar dari kamar langsung berjalan cepat kearah Renjun yang hampir saja terpeleset di tangga karena tidak memperhatikan langkahnya.

"Dear? Are you okay? Kamu kenapa hey?" Jeno merengkuh tubuh Renjun dan membawanya masuk kembali ke kamar mereka berdua.

"J-jisung, dia terlihat s-sangat membenciku Jen. Aku, aku merasa gagal menjadi Mama untuknya hiks," Renjun menangis. Kesekian kalinya.

"Sstt, sayang. Kamu percaya kan sama aku? Biar aku yang ngomong sama Jisung. Kamu hanya perlu menunggu, okay?"

"Sampai kapan?" Renjun berucap lirih. Ia sudah tidak punya harapan lagi. Anaknya, anak yang sudah dikandungnya tidak mengharapkan kehadirannya. Lalu untuk apa dia dirumah ini?

"Sayang, tatap aku," Renjun menatap netra kelam suaminya yang teduh. Berbeda sekali dengan mata Renjun yang berair.

Jeno menangkup kedua pipi istrinya yang basah itu, ia elus perlahan,

"Jangan menyerah please, aku akan membuat Jisung menerima kamu seutuhnya sebagai Mamanya, Mama yang sudah memberikan seluruh kehidupannya untuk dia. Mama yang rela kesakitan hanya untuk mempertahankan dia, mungkin Jisung hanya terbiasa tidak bersama Mamanya sejak kecil makanya dia bersikap seperti itu. Maafkan anak kita ya sayang, aku mencintaimu. Tolong kuat demi keluarga kita. Dan terima kasih sudah kembali. Terima kasih sudah bersamaku lagi, Renjun."

Jeno juga menangis, dia amat bahagia karena belahan jiwanya kembali pada sisinya. Dia kembali merengkuh tubuh Renjun yang terlihat rapuh itu.

"Sudah berapa kali mata indah ini mengeluarkan air mata hm?" Jeno menghapus air mata Renjun dengan lembut. Renjun yang diperlakukan seperti itu merasa bersalah. Seharusnya dia tidak banyak mengeluh. Seharusnya ikatan batin antara dirinya dan Jisung kuat. Renjun tidak boleh menyerah secepat itu. Ia yakin dirinya bisa membuat Jisung menyayangi nya.

"Bantu aku," Jeno mengangguk dengan senyum yang perlahan terkembang.

"Bantu aku," Jeno mengangguk dengan senyum yang perlahan terkembang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jisung mendengar semuanya. Percakapan antara Ayah dan Paman yang kemarin tiba-tiba hadir di tengah keluarga nya. Jisung merasa jika hatinya tidak tenang.

Benarkah paman itu adalah Mamanya yang selama ini pergi? Jika memang benar, Jisung sudah membuat kesalahan yang sangat fatal selama ini.

Jisung kembali ke kamarnya, memasuki kamar mandi dan ia pun menangis disana. Menangisi kelakuannya yang sangat jahat terhadap Mama nya sendiri. Ia jadi takut akan bertemu Mamanya nanti. Ia takut menambah kekecewaan di hati Mamanya. Jisung menganggap dirinya adalah anak yang nakal karena sudah membuat Mamanya sering menangis selama tinggal di rumah ini.

Bébé [JenoxRenjun]Where stories live. Discover now