IT Girl & Fotografer

2.9K 327 25
                                    

Happy Reading....

Aku menatap bangunan didepan ku ini dengan pandangan hampa, tidak ada lagi halaman luas yang bisa menampung banyak mobil, tidak ada lagi rumah megah yang selalu ku banggakan kepada teman-teman, sekarang hanya tersisa rumah berukuran minimalis yang tidak lebih besar dari kamar ku yang dulu.

"Ma, Mama yakin kita nggak salah alamat?" Aku berharap Mama menganggukan kepalanya dan berkata bahwa kami memang salah alamat tapi harapan hanya tinggal harapan begitu Mama menggeleng sembari menarik koper masuk kedalam rumah tersebut.

Aku menatap seluruh sudut rumah dengan pandangan tidak percaya, rumah ini hanya sebesar delapan kali lima meter dengan hanya terdapat satu kamar tidur, satu kamar mandi dan dapur, tidak ada lagi ruangan khusus membaca, olahraga dan lainnya.

Aku menarik koper ku masuk lebih dalam lagi untuk melihat bagaimana keadaan kamar mandi nya, setidaknya walaupun tidak ada bathup aku berharap masih ada shower, tapi aku harus menelan kepahitan begitu aku hanya mendapati kolam yang terisi setengahnya.

"Ma, itu kamar mandinya nggak ada shower?" Mama yang sedang membereskan pakaian kami untuk dimasukan ke dalam lemari yang bisa dikatakan sudah reyot hanya tersenyum masam dan menghentikan gerakannya.

"Nanti kalau Mama ada uang, Mama panggil tukang ya biar dibuatin shower buat kamu mandi."

Aku mengibaskan rambut ku kebelakang mendadak rasa panas mengerubungi diriku dan aku baru menyadari bahwa disini tidak ada pendingin ruangan satu pun dan hanya terdapat kipas angin yang berputar dengan lambatnya.

"Nggak ada AC juga ya Ma?" Aku mengikat rambut ku dengan ikatan yang selalu berada di pergelangan tangan ku untuk mengurangi rasa panas.

"Sabar ya Kak, kamu tau kan semua uang kita disita negara, ini aja syukur-syukur uang tabungan Mama nggak ikut diambil juga."

Semua kehidupan ku berubah seratus delapan puluh derajat seperti ini karena Papa ketahuan menyelewengkan Dana yang seharusnya untuk membangun jembatan.

Papa mendadak gelap mata saat diiming-imingi sejumlah uang yang ditawarkan oleh salah seorang pejabat negara yang menangani proyek ini dan Papa tak segan memangkas Dana pembangunan jembatan untuk kepentingan pribadi.

Saat Papa dinyatakan bersalah aku tak bisa menutupi perasaan kecewa ku padanya, selama ini aku selalu mengagumi setiap tindakan yang ia lakukan tapi itu semua luntur begitu saja setelah Hakim menyatakan cinta pertama ku didunia ini dinyatakan bersalah dan harus menjalani hukuman untuk membayar semua kesalahannya.

"Kak, bantuan Mama beresin sini biar cepet selesai juga." Aku mendekati Mama dan membantunya memasukan baju-baju kami ke dalam lemari reyot tersebut.

Semenjak Papa mendekam di penjara karena penyelewengan dana yang dia lakukan, Mama yang menjadi tulang punggung untuk menyambung kehidupan kami, beliau bekerja apapun yang penting menghasilkan uang. Aku berusaha menerima semua keadaan ini dengan lapang dada tapi sulit, aku belum terbiasa dengan hidup serba kekurangan seperti ini.

"Kamu nanti mau makan apa Kak? Biar nanti Mama beliin diwarung deket sini." Tadinya aku ingin menjawab seafood tapi begitu mata ku tak sengaja mengintip isi dompet Mama rupanya aku harus berfikir ribuan kali untuk mengatakan kemauan ku.

"Apa aja deh Ma, aku bingung mau makan apa soalnya." Mama mengangguk dan menaruh koper yang sudah kosong tersebut ke pinggir kamar.

"Mama beli makan dulu ya, kamu mandi dulu aja Kak jadi pas Mama pulang kamu udah selesai mandi." Aku mengangguk dan mengambil handuk yang memang sudah Mama siapkan untukku.

"Tutup pintu nya Kak, takut ada orang masuk." Aku yakin meskipun pintu ini dibuka lebar pasti tidak akan ada yang ingin mengambil barang-barang milik kami karena tidak ada yang bisa diambil ya, selain sofa kecil yang berada diruang tamu.

Vsoo(One Shoot)Where stories live. Discover now