58 - Happiness

En başından başla
                                    

Sedangkan Icha yang ditatap seperti itu, menundukkan kepalanya dalam-dalam. Ia gugup saat ini, pipinya sudah seperti kepiting rebus.

"Lo nggak mau?" tanya Steven kembali datar. Icha sedikit kesal karena Steven mengubah nada bicaranya, dari yang lembut menjadi datar.

"Masih marah sama gue?" tanya Steven lagi. Nadanya masih tetap sama, datar dan dingin.

"Nggak," jawab Icha cepat.

"Gue nggak akan nanya lagi," ucap Steven dengan senyum kecilnya. "Karena gue udah tau apa jawaban lo."

Stevenpun menggenggam tangan Icha dan membawanya pergi dari rumah sakit ini.

***

Hari ini Icha sangat gugup dan panik, ia berkali-kali menatap pantulan dirinya dicermin. Penampilannya hari ini terlihat cantik dengan dress warna cream.

Icha merasa jantungnya beritme cepat, ia takut bertemu dengan Fany, Mama Steven. Memang sangat mendadak, Icha sebenarnya juga sangat gugup bertemu dengan Mama Steven.

Steven menunggu di teras rumah karena hari Anita lembur, Icha berkali-kali menarik napas lalu menghembuskannya perlahan. Ia masih berusaha menguatkan diri untuk bertemu Fany.

"Tenang Icha, ini bukan apa-apa. Cuma ketemu sama Mamanya Steven," ucap Icha memberi semangat pada dirinya sendiri.

Icha memejamkan mata sejenak lalu mengucap doa, semoga ia disambut hangat oleh Mama Steven. Setelah selesai, Icha mengambil sling bag di ranjang nya.

Saat Icha sampai di teras rumah dan menutup pintu serta menguncinya, ia melihat Steven yang saat ini memandangnya dengan intens. Icha malu ditatap seperti itu, ia pun menurunkan pandangannya.

"Stev, jangan dilihatin terus," ucap Icha dengan pipi yang merah.

"Kenapa? Nggak boleh lihat pacar sendiri?" balas Steven dengan terkekeh pelan.

Icha berdecak sebal, ia selalu kalah jika berbicara dengan Steven.

"Cantik," puji Steven tulus.

Senyum Icha mengembang. "Makasih."

"Emang gue muji lo?" tanya Steven datar tanpa ada rasa bersalah.

Sialan! Icha langsung merengut, kesal dengan ucapan yang dilontarkan dari mulut Steven tadi. Melihat perubahan raut wajah Icha membuat Steven mengerti.

"Lo cantik kok, Cha," ujar Steven lagi. Ia memang suka melihat Icha marah, terlihat lucu baginya.

"Beneran?"

Steven menggangguk cepat, lalu ia menggengam tangan Icha yang sedikit bergetar.

"Stev, Icha takut," lirih Icha sebelum Steven melangkah.

Steven tertawa pelan. "Nggak papa, pasti Mama gue jadiin lo mantu kok."

Ichapun kembali malu, lalu ia mendorong tubuh Steven agar berjalan ke depan. Memang saat ini Icha merasa gugup, takut, malu semuanya campur aduk menjadi satu.

***

Akhirnya motor Steven berhenti di rumah besar itu, Icha kagum dengan rumah Steven yang sangat besar ini. Mereka berdua turun dari motor dan melepas helmnya.

Tapi kegugupan Icha tidak bisa berkurang, jantungnya berdebar tak biasa. Stevenpun langsung menggenggam tangan Icha dan menarik Icha masuk ke dalam rumahnya.

"Nggak papa, Cha. Mama gue pasti suka sama lo," tutur Steven berusaha menenangkan.

Icha tersenyum paksa. "Emang tau dari mana?"

LOVE VIBESHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin