03

1.4K 160 9
                                    

Chaeyoung mendudukkan dirinya pada kursi yang berada di ruang tunggu rumah sakit, sembari mengistirahatkan dirinya setelah bekerja seharian ini. Lalu mengeluarkan sebuah amplop coklat yang berada di dalam tasnya. Berisi hasil gajinya yang akhirnya ia dapatkan dari pekerjaannya di cafe.

Helaan nafas itu ia keluarkan begitu saja setelah menghitung hasil yang ia dapatkan. Memikirkan jika uang yang ia dapatkan nyatanya masih belum bisa untuk membantu perawatan Neneknya di rumah sakit. Belum lagi dengan kenyataan bahwa beberapa hari yang lalu ia baru saja dipecat dari pekerjaannya di hotel. Bukan hanya dirinya saja, beberapa temannya pun mendapatkan hal yang sama karena hotel beralasan jika mereka memang sudah akan memecat beberapa karyawan, termasuk dirinya. Dan sekarang, hanya pekerjaan di cafe saja yang bisa ia lakukan. Itu pun ia lakukan lebih daripada yang biasa ia lakukan.

Chaeyoung memilih untuk beranjak setelah memasukkan amplop itu ke dalam tasnya, menemuinya Neneknya yang tersenyum saat itu ketika menatap pada cucu perempuannya. Ada Seyoung pula di sana yang tak pernah terus menjaga sang Nenek dan membuat Chaeyoung kehabisan kata akan keras kepala sang adik.

Sampai saat ini, Seyoung tetap bersikeras jika ia tak akan mau untuk melanjutkan pendidikannya dan memilih untuk membantunya dengan bekerja paruh waktu. Chaeyoung benar-benar tersentuh dengan semua itu, tentu saja. Tapi mana mungkin ia membiarkan Seyoung melakukan semua itu? Setidaknya, adiknya itu harus mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang lebih layak daripada dirinya. Selama ini, Chaeyoung berusaha untuk memenuhi semua kebutuhan Seyoung. Menyayanginya dengan tulus seperti apa yang mendiang kedua orangtuanya katakan padanya sebelum kematian merenggut keduanya. Apalagi, Seyoung masih terlalu kecil ketika orangtuanya meninggal saat itu.

Lalu, pikirannya tiba-tiba terhenti dengan penawaran yang Yong Jun saat itu tawarkan padanya.

Tentu saja, bagaimana bisa Chaeyoung tak memikirkan hal itu hingga saat ini? Uang yang begitu banyak, yang begitu sangat ingin ia dapatkan dalam waktu dekat ada di depan matanya sekarang. Tapi kembali lagi, semua itu memiliki resikonya sendiri.

Tapi....

Chaeyoung kembali menatap pada Neneknya, lalu pada Seyoung setelahnya.

....jika itu berkaitan dengan kedua orang yang begitu ia jaga dan sayangi, Chaeyoung bahkan bisa meloncat turun dari tebing jika itu diperlukan.

"Noona, kau baik-baik saja?"

Chaeyoung memaksakan senyumnya sembari mengangguk, melangkah mendekat dimana Neneknya berbaring dan memeluknya setelahnya. Seolah meminta kekuatan pada sang Nenek akan keputusan yang sudah ia ambil saat ini.

"Nenek baik-baik saja, bukan?" Chaeyoung menjauhkan dirinya, mencium pipi Neneknya.

Neneknya tersenyum, mengelus dengan lembut pipi Chaeyoung. "Nenek selalu merasa lebih baik setiap harinya, Chaeyoung. Adikmu benar-benar merawat nenek dengan baik."

Pandangan Chaeyoung menyipit ketika menatap pada Seyoung, "benarkah?"

Seyoung hanya memutar bola matanya malas, "tentu saja. Jika aku lalai, yang ada nanti noona akan memukulku."

Chaeyoung tak bisa menahan tawanya, sama halnya dengan Nenek karena begitu menyukai wajah Seyoung ketika mereka berdua saling mengerjai sosok paling muda di keluarga mereka.

"Ah, ya. Aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian."

Nenek dan Seyoung tak mengatakan apapun, memilih untuk mendengarkan Chaeyoung. Sementara Chaeyoung di tempatnya merasa begitu berdebar, berharap apa yang sudah ia pikirkan beberapa hari ini, dan apa yang sudah ia putuskan bisa berbuah hasil yang baik bagi Nenek dan juga adiknya. Karena sudah Chaeyoung tekadkan di dalam dirinya, bahwa kesembuhan Neneknya dan kehidupan Adiknya lebih penting dari apapun di dunia bagi Chaeyoung. Karena dua orang itu, Chaeyoung masih bisa bertahan dengan kedua kakinya hingga saat ini.

all with you ❌ rosekookWhere stories live. Discover now