01

2K 216 11
                                    

Suasana sekolah saat itu begitu ramai. Maklum saja, hari ini adalah hari kelulusan bagi para siswa dan siswi di sekolah itu pula. Para orangtua ikut datang, menemani putra dan putri mereka merayakan kelulusan mereka.

"Ahn Seyoung!!"

Panggilan itu nyatanya membuat sang pemilik nama mengalihkan pandangannya, tersenyum dan membalas lambaian tangan seseorang padanya.

"Noona!!"

Langkah Chaeyoung mendekat, memberikan pula buket bunga yang ia bawa sebelumnya pada Seyoung di sana yang begitu senang akan kehadiran sang kakak di acara kelulusannya.

"Astaga, aku tidak percaya ini. Kenapa adikku yang tampan ini cepat sekali tumbuh besar?" Ucap Chaeyoung, sembari mengacak dengan gemas rambut Seyoung--walaupun ia harus berjinjit agar bisa menyentuhnya.

Seyoung mendecak, berusaha menjauhkan dirinya dari sang kakak, "noona, sudah kubilang untuk tak melakukan hal itu lagi."

Chaeyoung hanya mencibir ketika mendengarnya, "ck, dasar. Mau bagaimanapun, kau tetap adik kesayanganku yang tak akan berubah di mataku." Ucapnya, kali ini memilih untuk mencubit kedua pipi Seyoung dan sekali lagi membuatnya harus berdecak dan berusaha untuk melepaskan dirinya. Sementara Chaeyoung hanya tertawa ketika melihat pada reaksi Seyoung saat itu.

"Kalau begitu, kita pergi sekarang? Kita harus merayakan kelulusanmu. Hari ini, noona akan membayar semuanya."

"Ck, noona. Aku tahu diri. Sudahlah, tak perlu. Aku tak ingin noona menghabiskan uang noona hanya untuk merayakan kelulusanku ini."

"Hey, mana bisa begitu? Sudahlah, kau tak usah pikirkan apapun dan katakan saja apa kemauanmu."

Seyoung terdiam sejenak--tampak memasang wajah berpikirnya pula, dimana Chaeyoung hanya menunggu akan jawaban sang adik.

"Kalau begitu, aku ingin noona mulai memikirkan diri noona sendiri. Bukankah noona ingin sekali untuk masuk ke Universitas Seoul dan mengambil jurusan musik?"

Chaeyoung sempat terdiam dengan ucapan Seyoung saat itu. Memang, itu mimpinya. Menjadi seorang pianis adalah mimpinya. Tapi, mimpi tetaplah sebuah mimpi. Chaeyoung bahkan tak yakin jika ia bisa mencapai mimpinya disaat kondisi kehidupannya seperti saat ini.

"Jangan terus memikirkanku. Aku bisa mengurus diriku sendiri. Noona juga harus memikirkan dirimu sendiri. Aku bisa bekerja paruh waktu kapanpun dan bahkan membantumu untuk membiayai perawatan nenek. Jangan memikirkan apapun dan melakukan apapun sendiri. Noona pikir, aku ini siapa?"

Chaeyoung tak mungkin tak tersentuh dengan semua ucapan Seyoung. Ia mengorbankan semuanya. Mimpinya dan waktunya. Yang ada dalam prioritasnya hanya adiknya dan juga neneknya. Ia pikir, ia akan bahagia jika adiknya sukses dan bisa menggapai mimpinya, dan neneknya tak perlu lagi untuk berada di rumah sakit dan menjalani semua pengobatan untuk penyakitnya. Bagi Chaeyoung, itu semua sudah cukup untuk membuatnya bisa tersenyum di tengah dunia yang begitu keras ini.

Chaeyoung kembali mengelus kepala Seyoung, "astaga, adikku ternyata benar-benar sudah besar. Dia bahkan sudah bisa mengkhawatirkan noona, hmm?"

Seyoung hanya menghela nafasnya, menjauhkan tangan Chaeyoung setelahnya. "Noona--"

"Noona baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir. Kau juga harus pikirkan dirimu."

Seyoung menyerah, karena ia sangat tahu sekali bagaimana sikap kakaknya itu.

"Baiklah. Karena kau tidak mau meminta apapun, kita pergi menemui nenek saja kalau begitu. Dia pasti akan senang mendengar kelulusanmu hari ini."

Seyoung hanya mengangguk, pun dengan keduanya yang pergi bersama setelahnya.

all with you ❌ rosekookWhere stories live. Discover now