18

446 73 8
                                    

Chaeyoung tak menyangka jika menjalani masa kehamilan bisa semelelahkan ini. Selama ini, Chaeyoung sama sekali tak masalah dan selalu bisa mengatasi rasa lelahnya jika dirinya harus bekerja dari matahari belum terbit hingga malam hari tanpa mengeluh. Namun ketika dirinya tengah hamil, bahkan hanya untuk beranjak dari berbaringnya saja Chaeyoung terasa sangat malas dan lesu.

Tentu saja, ini pengalaman pertama bagi Chaeyoung. Tak ada siapapun yang bisa Chaeyoung tanyakan, mengingat jika kehamilannya saat ini pun tak bisa ia katakan dengan lantang pada banyak orang. Bibi Kang merawatnya dengan begitu sabar jika perasaan hatinya berubah-ubah begitu saja. Atau Yong Jun yang dengan cepat membelikannya sesuatu jika Chaeyoung tengah mengidam. Dan Jungkook yang selalu mencoba untuk meluangkan banyak waktu agar bisa menjaganya.

Chaeyoung mengingat ketika kehamilannya baru saja memasuki trimester pertama, dimana waktu itu begitu melelahkan bagi Chaeyoung. Rasa mual dan pusing, serta tubuhnya yang begitu lemas. Dan ditengah kesibukannya, Jungkook tetap berusaha untuk pulang dan menemuinya. Menemaninya hingga terlelap, walaupun keesokan paginya Chaeyoung harus terbangun tanpa Jungkook di sampingnya.

Pintu kamarnya yang terketuk membuat pandangan Chaeyoung beralih, melihat kedatangan Jungkook yang perlahan pula membuka pintunya dan menarik senyumnya ketika pandangan mereka bertemu.

"Tak perlu untuk bangun." Ucap Jungkook dengan cepat, menahan Chaeyoung yang sudah akan beranjak saat itu. "Berbaring saja." Lanjutnya.

Namun Chaeyoung tak menuruti begitu saja. Dan Jungkook pun hanya berhela, sembari membantu Chaeyoung bersandar dengan satu bantal yang tak dipakainya sebagai sandaran punggungnya.

"Kukira kau sudah tidur." Ucap Jungkook, setelah akhirnya ikut naik ke atas tempat tidur dan bersandar pula seperti apa yang dilakukan Chaeyoung.

Chaeyoung menggeleng. "Aku menunggu Tuan untuk datang." Ucapnya.

"Jika aku pulang terlambat atau tak datang kemari, apa kau juga akan tetap menungguku?"

Chaeyoung hanya memberengut ketika mendengar hal itu, dan melihatnya membuat Jungkook menarik senyumnya dengan satu tangannya kali ini mengelus kepala Chaeyoung.

"Kau tahu jika tanggal kelahiranmu sudah ditentukan, bukan? Jadi aku ingin kau bisa untuk menjaga kesehatanmu dan istirahat dengan cukup."

Satu tangan Jungkook kini beralih untuk mengelus perut Chaeyoung yang kini mulai membesar. Merunduk untuk mengecupnya dengan lembut. Sebelum pandangan Jungkook kini kembali naik untuk menatap pada Chaeyoung.

Tentu, apa yang dilakukan Jungkook tadi membuat suasana hatinya menghangat. Karena selama dirinya tengah mengandung, Jungkok tak pernah sekalipun melewatkan hal ini. Dan dalam sekejap itu pula, Chaeyoung ditimpa oleh kenyataan jika waktunya bersama dengan Jungkook akan berakhir setelah ia melahirkan. Chaeyoung bahkan tak tahu apa mungkin ia akan bertemu dengan Jungkook kembali nantinya.

"Tuan, apa aku boleh meminta sesuatu padamu?"

.

.

"Tuan, kau serius akan melakukannya?"

Pertanyaan Chaeyoung yang ke sekian kalinya hanya membuat tawa pelan keluar dari Jungkook. "Kau tahu sudah berapa kali kau mengatakan hal itu? Sudahlah, duduk saja dengan manis dan tunggu aku, hmm?"

Chaeyoung memilih untuk tak lagi berbicara apapun. Dirinya tak berpikir jika Jungkook akan langsung menuruti ucapannya yang meminta pria itu agar memasakkan nasi goreng kimchi untuknya. Namun nyatanya, Jungkook tengah berada di dapur saat ini--tentu sudah berganti pakaian yang lebih santai daripada kemeja formalnya tadi.

"Kau yakin hanya ini saja yang kau inginkan? Aku bisa membuatkanmu yang lainnya jika kau menginginkannya."

"Tak perlu. Sudahlah, Tuan. Kau tak perlu untuk melakukannya. Lagipula, ini sudah malam. Dan kau pasti masih lelah karena baru saja pulang dari bekerja."

Namun ucapannya tadi sama sekali tak mendapatkan gubrisan dari Jungkook. Dan membuat Chaeyoung akhirnya menyerah dan menatap Jungkook dari posisinya saat ini.

Dan Chaeyoung sedikit dibuat terkesima dengan bagaimana Jungkook yang tampak begitu cekatan. Ia sudah berpikir jika Jungkook mungkin akan buta dalam hal-hal dapur dan memasak. Namun hanya melihat dari jarak seperti ini, Chaeyoung bisa mengatakan jika Jungkook cukup baik dalam hal memasak.

Tak butuh waktu lama bagi hidangan yang Chaeyoung pinta kini sudah berada di hadapannya. Melirik ke arah Jungkook yang kini menarik kursi yang berada di hadapannya dan duduk di sana.

Setelah mengucapkan terima kasihnya, Chaeyoung mulai menyuapi dirinya saat itu. Menarik senyumnya untuk rasa masakan yang dibuat Jungkook. "Ini enak, Tuan."

Senyuman itu nyatanya menular pada Jungkook. "Makanlah yang banyak."

Chaeyoung mengangguk, melanjutkan kembali makannya. Mengisi waktu di antara mereka tanpa adanya pembicaraan apapun.

"Setelah pergi dari sini, apa yang akan selanjutnya kau lakukan?"

Ucapan Jungkook memecah keheningan di antara keduanya, dan membuat pandangan Chaeyoung beralih pada Jungkook.

Chaeyoung terdiam sejenak, sebelum memulai berbicara dan menarik segaris senyumnya. "Tentu saja kembali ke rumah. Menengok nenek dan adikku. Setelahnya, kembali mencari pekerjaan dan menjalani hidupku seperti biasanya."

"Lalu, bagaimana denganmu, Tuan?" Tanya Chaeyoung kali ini, sempat melirik ke arah Jungkook sebelum kembali merunduk.

"Kurasa, tak ada yang berubah. Hanya mungkin saja, aku akan lebih disibukkan dengan merawat anakku nanti."

"Jadi, Tuan masih belum berpikir untuk menikah? Atau berpikir untuk bertemu dengan seseorang dan dekat dengannya?"

Chaeyoung masih menunggu, namun tak ada jawaban apapun yang Jungkook ucapkan saat itu.

"M-Maafkan aku, Tuan. Aku tak bermaksud lancang bertanya tentang hal itu."

"Tak apa. Dan terima kasih karena kau memikirkan tentangku."

Chaeyoung meletakkan sendoknya, menandakan jika dirinya sudah selesai dengan makanannya. Beranjak dari duduknya setelahnya. "Terima kasih untuk makanannya, Tuan." Ucapnya, lalu berjalan menuju kamarnya setelahnya tanpa menatap kembali pada Jungkook.

Air mata yang sedari tadi ditahannya tak lagi bisa Chaeyoung tahan. Beranjak naik ke atas tempat tidurnya dan menarik selimutnya hingga hampir menutupi tubuhnya.

Entah untuk apa tangisannya saat ini. Chaeyoung hanya ingin mengeluarkan seluruh kesedihan yang tengah ia rasakan walaupun dirinya tak tahu apa sebab rasa sedih itu.

Chaeyoung dengan cepat menghapus air matanya sendiri ketika pintu kamarnya terbuka. Karena perutnya yang membesar saat ini, dirinya tak mungkin untuk berbaring dengan miring agar Jungkook tak bisa melihat wajahnya. Sehingga Chaeyoung hanya mengalihkan pandangannya dan menutup kedua matanya untuk membuat Jungkook berpikir jika dirinya sudah terlelap.

Pergerakan di sampingnya membuat Chaeyoung berpikir jika Jungkook tengah berbaring di sampingnya saat ini. Ditambah dengan sentuhan lembut yang ia rasakan pada kepalanya, dan itu sedikit membuat Chaeyoung merasa lebih tenang karena sudah mengenal sentuhan itu.

"Aku tak tahu kata-kata apalagi yang bisa aku berikan untukmu sebagai tanda rasa terima kasihku. Terima kasih, karena sudah berani dan melakukan semua ini untukku. Kehadiranmu di kehidupanku tak akan pernah aku lupakan begitu saja, Chaeyoung."

Ucapan itu membuat Chaeyoung membuka kedua matanya perlahan, menatap pada Jungkook di sampingnya.

"Saat menatapmu dan bersamamu, aku merasakan sebuah rasa nyaman dan tenang yang sudah lama rasanya tak lagi aku rasakan. Terima kasih karena sudah datang padaku, Chaeyoung."




--To Be Continued--

all with you ❌ rosekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang