WAN

39.6K 1.5K 133
                                    

PLIS BANGET, KALO KAMU TEMEN REAL LIFE KU, PLISSS JANGAN BACAAA!!! AKU MALU WOE

🐩🐩🐩

Jika kamu berkesempatan untuk menulis takdirmu, lalu apa yang akan kamu tulis nantinya?

•~♡~•

"Kamu mau nggak mau harus nerima keputusan ayah dan kamu nggak boleh nolak." Seseorang yang menyebut dirinya sebagai Ayah itu menatap lawan bicaranya tajam. Kilatan amarah terpancar jelas dari kedua matanya. Rahangnya mengeras dengan tangan terkepal kuat di atas meja. Matanya tak henti-hentinya mengintimidasi.

Hah!

Seseorang menghembuskan nafas kasar, menatap lelaki tua yang ada di hadapannya malas. Tangannya menggenggam tangan rapuh wanita tercintanya.

"Kalau Linda nggak mau, bagaimana?" Wanita itu membalas dengan tatapan sinis.

"Kamu itu wanita, sudah kodratnya nurut sama laki-laki. Pokoknya kamu harus nurut sama ayah." Lelaki itu masih bersikeras memaksa putrinya untuk suatu hal yang masih belum pasti.

Linda menyeringai, menatap ayahnya dengan pandangan mengejek. "Kodrat wanita harus nurut sama laki-laki." Ia mengulangi kalimat ayahnya. Tangannya yang bebas mengetuk-ngetuk meja dengan jari telunjuknya. "Berarti sama seperti anda dong. Anda nyuruh mama saya untuk dengan ikhlas menerima hubungan gelap anda dengan adik ibu saya sendiri." Linda mencengkeram erat tangan ibunya, mencoba meredam emosi.

Gigi lelaki tua itu bergemelutuk, "Sudah ayah katakan bahwa itu bukanlah hubungan gelap! Ayah dan bunda Asri sudah menikah. Jadi, kamu jangan seenaknya bicara."

"Ayah? Bunda?" Linda menjeda kalimatnya. "Apakah anda tidak malu menyebut diri anda sendiri sebagai 'ayah' dan istri hasil perselingkuhan anda sebagai 'bunda'?"

Linda lagi-lagi menyeringai.

"Dan... jangan lupakan bahwa anda sendirilah yang enggan menceraikan mama saya hanya karena alasan cinta. Cinta? Cinta harusnya menyayangi, bukan menyakiti. Cih! Anda sendiri tidak paham dengan cinta, kenapa sok-sokan membicarakan tentang cinta?" Skakmat. Laki-laki di hadapannya menatap Linda datar.

Linda mengelap mulutnya menggunakan tissue. "Sudah malam. Anda boleh pulang. Istri kesayangan anda di rumah pasti menunggu anda dengan khawatir. Saya yakin anda tidak lupa di mana pintu keluar berada." Setelah mengucapkan kalimatnya, wanita itu langsung berlalu.

"Linda..." panggil ayahnya.

Langkah wanita itu terhenti. Ia membalikkan tubuhnya sembari tersenyum, "Jangan pernah memanggil nama saya jika anda masih ingin hidup tenang. Saya permisi." Linda langsung melanjutkan langkahnya menuju lantai dua, kamarnya.

•~♡~•

Wanita itu duduk termenung di atas kloset. Tangannya memeluk kakinya sendiri. Giginya bergemelutuk sejak tadi, jari-jarinya tak henti-hentinya is gigit. Tubuhnya bergetar hebat, pandangannya kosong. Bayangan sepuluh tahun silam kembali menghantuinya.

"Aku mau nikah lagi, dan kamu harus terima." Lelaki itu menatap ibunya tajam.

Lelehan air mata membasahi pipi ibunya. "Ta-tapi itu sepupuku sendiri, mas."

"Ya, memang dia adikmu. Tapi dia lebih pintar dan lebih seksi. Nggak kayak kamu yang cuma bisa nyusahin aja." Laki-laki itu menarik rambut ibunya kasar.

Linda memejamkan mata. 'Ke-kenapa aku nggak bisa ngelindungi mama.'

"Sa-sakit, mas." Ibunya terus memohon ampunan pada ayahnya, namun lelaki itu seakan tuli. Nuraninya seakan mati saat mendengar ringisan istrinya.

"Dengarkan, aku minta sama kamu untuk mengubah seluruh aset kekayaan kamu atas namaku." Lelaki itu masih terus saja menarik rambut ibunya.

"Kamu dengar tidak, hah?" Lelaki itu menyentak rambut wanita itu yang diiringi dengan teriakan pilu.

"I-iya. Tolong lepaskan." Luluh, lelaki itu melepaskan cekalannya.

Wanita itu menunduk dalam, "Ta-tapi kenapa? Aku yang menemani kamu dari nol, dan sekarang dengan gampang kamu selingkuh?" Wanita itu masih menunduk dalam tangisnya, tak berani menatap mata nyalang lelaki itu.

Lelaki itu mendengus, melangkah mendekati wanita di hadapannya. Telunjuknya bergerak menyusuri wajah istrinya. Telunjuknya bergerak mengangkat kepala istrinya. Matanya memerah, tatapannya bak elang yang bersiap menguliti mangsanya.

Plak!

Sebuah tamparan keras berhasil mendarat di pipi wanita itu. Wanita itu langsung jatuh tersungkur dengan cairan merah yang menghiasi ujung bibirnya. Mulutnya terisak semakin dalam, menahan perih di mulut sekaligus di hati.

"Kamu harus tahu diri, siapa kamu di sini! Jangan pernah ikut campur urusanku atau kamu akan menerima akibatnya." Lelaki itu langsung berlalu setelah selesai mengucapkan kalimatnya.

Gadis kecil itu menangkap setial detail kejadian yang ia lihat dari dalam almari. Niatnya ingin mengejutkan ayahnya dengan nilai matematika 100 yang baru saja ia dapat. Namun nahas, bukan ayahnya yang terkejut, namun malah dirinya. Memang, umurnya masih 10 tahun, namun tidak menutup kemungkinan ia memahami apa yang ia lihat.

•~♡~•

Bagaimana dengan cerita ini?
Apa kesan kalian?

Kenapa Harus Bapak? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang