FORTI TRI

3K 339 18
                                    

"I miss him."

🐀🐀🐀

Udara dingin di kota Glasgow membelai lembut pipi gadis yang sejak tadi duduk termenung di pelataran rumah. Sudah setengah jam berlalu sejak salju terakhir turun, namun yang dilakukan gadis itu hanya berdiam diri di tempatnya. Entah apa yang sedang mengganggu pikirannya, tapi raut wajahnya terlihat sangat tak bersahabat, mendung dan kelam.

"Hah..." gadis itu menghembuskan nafas gusar. Jemarinya memilin-milin ujung kerudung instannya. Sepertinya pikiran gadis itu memang sedang pelik, terkontaminasi dengan pikiran-pikiran negatif hingga membuat raut wajah dan tingkah lakunya seperti ini.

"Linda!" Gadis itu langsung mendongak kala mendengar namanya dipanggil. Matanya menyipit sekilas kala melihat teman serumahnya pulang membawa dua kantong besar barang-barang di kedua tangannya.

"Apa yang kamu lakukan di sini, Linda? It's pretty cold outside!" Wanita dengan dua kantong besar itu mendekatinya.

Linda menarik senyumnya, "Aku lagi cari udara segar, Hazan." Jawabnya.

Alis Hazan tertaut, "Kamu mencari udara segar di cuaca sedingin ini? Are you crazy?" Raut wajah wanita itu berubah keheranan. "Jika begini caranya, bukan udara segar yang kamu dapat, tapi malah tubuh membeku kedinginan!" Serunya saat melihat Linda hanya memakai kaos hangat dan celana lebar. "Dimana mantelmu? Dan kenapa kamu tidak memakai sarung tangan, hah?"

Linda hanya menyengir kuda saat mendapat rentetan omelan dari teman serumahnya itu. Salahnya sendiri tak memakai pakaian tebal di cuaca sedingin ini. Apalagi, saat ini Glasgow tengah berada pada puncak-puncaknya musim dingin. Jadi tak heran apabila Hazan mengomelinya habis-habisan. Hazan yang sudah lama tinggal di sini saja merasa kedinginan, apalagi dirinya yang baru tinggal 6 bulan.

"Sudah, ayo cepat masuk! Aku tadi di subway mendengar bahwa malam nanti akan ada badai salju." Dengan kedua tangan yang penuh, Hazan mencoba mendorong Linda agar segera beranjak dari tempatnya.

"Iya-iya, aku akan masuk." Linda akhirnya memilih untuk menurut, dari pada mati kedinginan, kan? "Sini, aku bantu membawanya," Linda mengambil salah satu kantong dari tangan Hazan lalu membawanya memasuki rumah. Diletakkannya kantong-kantong itu di atas meja pantry. "Kamu mau masak apa?" Tanyanya saat membuka kanting dan menemukan banyak sekali bahan-bahan makanan di dalamnya.

Hazan berpikir sejenak, "Emm, bagaimana kalau sup ayam rempah dengan pasta? Sepertinya cocok jika dimakan di udara dingin,"

Linda menyipitkan matanya, ikut memikirkan usulan Hazan. "Kayaknya agak aneh deh makan sup ayam dengan pasta." Pikirnya. "But, that's okay. Aneh tidak selamanya buruk, kan?" Ucap Linda dibarengi tawa geli.

Melihat Linda tertawa, Hazan juga ikut tertawa geli. Tak hanya kali ini mereka memakan paduan makanan yang aneh. Sudah beberapa kali, bahkan bisa dikatakan sering. Seperti contohnya dua hari lalu mereka memakan taco berisi selada, tomat, dan mangga, juga tak ketinggalan yogurt yang entah dari mana datangnya. "Ngomong-ngomong, kenapa kamu duduk sendiri di luar tadi? Ada yang mengganggu pikiranmu?" Tanya Hazan saat teringat keadaan Linda tadi. Sebagai seorang psikiater, Hazan tentu saja dapat membaca gerak-gerik dan ekspresi Linda. Ia tahu betul bagaimana raut wajah yang terpasang di wajah Linda tadi. Gadis itu nampak gusar dan tak tenang.

"Hah? Oh, tadi..." Linda menggantung kalimatnya, seperti ragu menjawab pertanyaan Hazan. "Aku hanya ingin mencari udara segar saja." Alibinya.

Hazan berdecak kesal, "Come on, Linda, aku tahu kamu berbohong." Tangannya bergerak mengambil ayam di lemari pendingin. "Ceritakan saja padaku apa yang mengganggumu. Bukankah kamu sudah terbiasa 'curhat' padaku?"

Kenapa Harus Bapak? (END)On viuen les histories. Descobreix ara