36. Kematian Rafka Part 2

22.5K 1.1K 50
                                    

Instagram = zaimatul.hurriyyah

👻👻👻👻👻

Tepat setelah Rafka mengembuskan napas terakhirnya, angin kencang tiba-tiba mereda, ratusan ular hijau merambat cepat berbondong-bondong menembus lukisan Stevi, lalu hilang begitu saja. Pintu kamar Stevi berhasil Aldian buka tanpa tenaga.

Aldian membeku di ambang pintu dengan mata melebar dan mulut menganga. Dia masih tak percaya dengan apa yang ia lihat. Kakinya gemetar. Sebisa mungkin dia mencoba memasuki kamar itu.

"Rafka?" Aldian kini duduk di sebelah jasad Rafka. "Rafka, bangun, Raf!"

"Rafka, jangan bercanda! Ini nggak lucu!" Aldian mengoyak tubuh Rafka, masih tak terima dengan fakta tak masuk akal ini.

"Rafka? Ayo bangun!" bentak Aldian.

"Apa yang terjadi?"

Aldian menoleh setelah mendengar kalimat pertanyaan itu. Di ambang pintu ada Pak Darto yang seolah mematung kaget. Entah sejak kapan dia ada di sana. Lagi, asrama yang dijaganya memakan korban untuk yang kesekian kali.

"Seharusnya saya yang tanya ke Bapak apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini!" bentak Aldian.

Tidak ada sahutan dari Pak Darto. Lelaki paruh baya itu hanya memandang iba pada jasad Rafka yang terkapar di atas lantai.

"Saya yakin, Bapak tahu kenapa asrama ini begitu berbahaya," sambung Aldian.

"Berhenti mengoceh! Sebaiknya kita langsung membawa mayat Rafka ke rumah sakit," kata Pak Darto.

"Jangan mengalihkan pembicaraan, Pak!" Aldian mendelik. Dengan langkah pelan, dia menghampiri Pak Darto.

"Saya tidak mengalihkan pembicaraan, Aldian. Bekas gigitan ular yang ada di sekujur tubuh Rafka akan segera menghilang. Sebelum itu terjadi, sebaiknya kita langsung membawanya ke rumah sakit untuk diotopsi."

"Hah?! Kenapa Pak Darto tahu kalau gigitan di sekujur tubuh Rafka adalah gigitan ular? Dan ... kenapa Pak Darto tahu kalau bekas gigitan ular itu akan segera menghilang?" Aldian mencengkram kerah pakaian Pak Darto, mendelik marah meminta penjelasan.

"Karena saya adalah penjaga asrama ini," balas Pak Darto santai.

"Kalau Bapak tahu asrama ini berbahaya, kenapa nggak Bapak tutup saja? Kenapa, Pak? Kenapa?" Aldian semakin menaikkan volume suaranya, mengoyak kerah pakaian Pak Darto.

"Saya hanya seorang penjaga asrama." Pak Darto menunduk penuh sesal. "Orang yang berhak menutup asrama Mahasiswa ini hanyalah rektor universitas. Itupun atas persetujuan berbagai pihak."

"Omong kosong!" Aldian menghempaskan cengkramannya, hingga membuat Pak Darto mundur beberapa langkah ke belakang.

"Kalau kamu tidak percaya pada saya, silakan!"

"Buat apa saya percaya ke Bapak? Buat apa? Fakta membuat saya curiga ke Bapak!"

"Semua orang berpikir seperti itu. Tapi asal kamu tahu, saya bekerja di sini demi kebaikan."

"Kebaikan apa yang Bapak maksud? Kebaikan apa?" Aldian semakin naik pitam.

"Sudahlah! Saya tidak mau berdebat denganmu. Sekarang, lebih baik kita bawa mayat Rafka ke rumah sakit untuk diotopsi."

Aldian menyunggingkan salah satu sudut bibirnya, meremehkan ajakan Pak Darto.

"Lihat!" Pak Darto menunjuk mayat Rafka. Satu per satu gigitan ular pada tubuh Rafka memudar.

Aldian mendelik mendapati kenyataan yang keluar dari logika. Bagaimana mungkin bekas gigitan ular di tubuh Rafka bisa hilang begitu cepat?

"Agar tidak ada yang mengira kita pembunuh, kita harus segera membawanya ke rumah sakit. Kalau kamu butuh penjelasan mengenai asrama ini, saya akan jelaskan nanti," saran Pak Darto mencoba bernegosiasi.

"Oke." Aldian akhirnya mengangguk setelah beberapa saat tercenung. "Awas saja kalau Bapak ingkar janji!"

👻👻👻👻👻
Zaimatul Hurriyyah
Rabu, 8 Januari 2019

Siapakah Pak Darto? Kok bisa tahu hal-hal aneh di asrama sih? Coba tebak dong!

Penghuni AsramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang