28. Masalalu Tony Part 9

22.5K 1.1K 32
                                    

Setelah beristirahat, Karin dan Bella memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Mereka melepaskan jaket untuk menutupi mayat Anna, berharap mayat Anna tidak kedinginan sendirian di tengah hutan.

"Anna, maafin kami ya. Besok kami bakalan balik buat jemput lo," kata Bella yang sibuk mengusap air mata.

"Ayo, Bel! Semakin lama kita di hutan ini, gue semakin takut. Ayo kita segera pergi dari sini!" ajak Karin.

"Iya. Ayo!" Bella mengangguk.

Karin dan Bella mulai menyorot sepanjang jalan di antara kabut. Mereka saling merangkul dengan mata waspada, merasa bahwa mereka tidak sendirian di hutan itu.

"Rin, jangan-jangan benar apa yang dikatakan Tio sama Lukas. Hutan ini...." Bella tak berani melanjutkan kalimatnya.

"Udah deh, Bel! Nggak usah paranoid. Bikin gue jadi takut aja," tegur Karin emosi.

Mayat Anna yang ditinggalkan sendirian di atas tanah basah, perlahan bergerak. Dua tangan berkulit pucat menyibak jaket yang menyelimutinya. Tatapan matanya kosong, membiarkan juntaian rambut panjangnya menutupia sebagian wajah. Mayat Anna terbangun.

"Kalian harus ikut bersamaku ke neraka."

Mayat Anna melayang, mengikuti jejak Karin dan Bella yang berjalan menuju mobil.

"Rin, apa lo nggak ngerasa ada yang mengikuti kita?" tanya Bella dengan suara gemetar.

"Iya. Gue tahu," timpal Karin. Dia tak berani menoleh ke belakang.

"Di belakang kita ... kayaknya ada orang deh."

"Apa kita harus menoleh?"

"Gue nggak berani, Rin."

"Ayo bareng-bareng kalau gitu. Gue hitung ya."

"Iya."

"Satu ... dua ... tiga!" Karin dan Bella menoleh bebarengan. Di belakang mereka tidak ada siapapun. Aneh! Padahal mereka yakin sekali ada yang mengikuti mereka sedari tadi.

"Nggak ada siapa-siapa, Rin. Apa ini cuma perasaan kita aja?" tanya Bella keheranan.

"Mungkin saja sih. Tapi sebaiknya kita cepat-cepat kembali ke mobil."

Setelah cukup lama mencari jalan kembali kembali ke mobil, akhirnya Karin dan Bella sampai. Mereka bergegas masuk ke dalam mobil, lalu mencoba menyalakan mesin.

"Sialan! Nggak bisa nih!" umpat Karin yang masih berusaha menyalakan mesin.

"Rin, gimana kalau kita telpon bokap lo aja?" saran Bella.

"Gila lo! Gue bisa dikeluarin dari kartu keluarga tau nggak."

"Itu satu-satunya cara, Rin. Sekarang lo pikir, deh. Kita berada di tengah jalanan sepi dengan mobil mogok, ditambah kita udah ninggalin mayat Anna di hutan. Kita perlu bantuan orang dewasa untuk menyelesaikan masalah ini, Rin."

"Tapi gue takut sama bokap gue."

"Gue malah takut sama hantu, Rin. Lihat deh." Bella memperlihatkan jam tangannya yang menunjukkan pukul 2 malam.

"Kayaknya ... ide lo bener juga deh. Oke deh. Gue bakalan hubungi bokap gue." Karin segera membuka layar ponselnya dan menghubungi orang tuanya.

"Gimana, Rin?" tanya Bella cemas.

"Bentar ih!" bentak Karin.

Karin mengulagi panggilannya. Namun tetap saja tak terjawab. Kedua orang tuanya sudah tertidur lelap di jam larut malam seperti itu.

"Nggak diangkat nih. Sialan!" Karin memukul kemudi, kesal karena tidak seorang pun yang bisa dimintai tolong.

Bella membuka aplikasi youtube dan menonton tips dan trik memperbaiki mobil yang tiba-tiba mogok.

"Lo ngapain, Bel?" dahi Karin berkernyit heran.

"Gue lagi belajar bagaimana cara memperbaiki mobil. Gue nggak mau terjebak di sini sampai pagi," timpal Bella yang masih asyik menonton youtube, berusaha memahami satu per satu langkah memperbaiki mobil yang mogok.

👻👻👻👻👻
Zaimatul Hurriyyah
Senin, 30 Desember 2019

Penghuni AsramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang