"Dipanggil mas Mirza" ucap Viona

Dira mengalihkan pandangannya, ia menoleh ke arah Mirza. "Kenapa?" ucapnya bingung

"Sini" ucap Mirza sembari melambaikan tangannya

Dira tampak mengerutkan dahinya, ada apa?

"Buruan" ucap Mirza dengan suara pelan

Dira bergegas berjalan mendekati Mirza, "ha? Kenapa bang?" ucapnya heran

"Itu, tangan Rey merah kena kayu bakar tadi" ucap Mirza

Dira melirik ke arah Rey sekilas, "trus?" ucapnya tak tertarik

"Bisa ambilin odol?" ucap Mirza

"Ngapain, bentar lagi juga sembuh sendiri" ucap Dira

"Loh? Ga boleh gitu, Nin" ucap Viona yang ternyata sudah berdiri didekatnya

Dira menoleh ke arah Viona, "udah, biarin ajalah" ucapnya malas

"Kakak aduin ke kak Mei, nih" ucap Viona mengancam Dira

"Aduin aja" ucap Dira, ia yakin Viona tak mungkin mengadukannya

"Oh, oke" ucap Viona, "kak--" lanjutnya yang dipotong oleh Dira

"Shuut! Iya-iya" ucap Dira kesal

Dira segera berjalan mendekati Rey.

"Ayok" ucap Dira to the point

Rey menatap sekitarnya, ia mengerutkan dahinya. "Siapa?" ucapnya

Dira melirik ke arah Rey, ia memutar kedua bola matanya malas. "Siapa lagi kalau bukan bapak Abraham Reynand" ucapnya dengan senyuman yang dibuat-buat

Dia dosen, jadi harus sopan. Begitu fikirnya.

Rey melirik sekilas ke arah Dira, ia kembali memasukkan kayu bakar ke dalam api.

Dira menghela nafasnya, tanggapan macam apa itu. Tidak sopan sekali.

"Ayo, pak" ucap Dira menahan kesal

Tak ada jawaban.

Dira menarik nafasnya, sabar Dira. Sabar.

"Pak Reynand" ucap Dira

"Saya bukan bapak kamu" ucap Rey

Dira melotot, "mau gue panggil adek apa gimana, sih" gumamnya kesal

"Apa?" ucap Rey, samar-samar ia mendengar perkataan Dira

Dira menggeleng cepat, "apa?" ucapnya kaget

"Kamu bilang apa tadi?" ucap Rey

"Hm? Gaada" ucap Dira tak mengaku

"Saya serius" ucap Rey menagih perkataan Dira

Dira menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal, "eh? Saya kan ngajak bapak ke dalem tadi" ucapnya dengan cengirannya

Rey melirik ke arah Dira, ia curiga.

"Yaudah, ayok pak" ucap Dira dengan senyuman yang ia paksakan. Ingat, dia dosen.

-Dapur
Dira mengoleskan pasta gigi kepada lengan Rey yang terkena api. Ia dengan tekun melakukannya.

Rey sesekali menatap Dira.

Dira yang merasa ditatap langsung menatap Rey, ia menaikkan kedua alisnya.

"Kenapa, pak?" ucap Dira

"Hmm? Tidak" ucap Rey sambil menggeleng

Dira mengangkat bahunya acuh. Bukan urusannya.

"Kamu gamau nanya?" ucap Rey dingin

Dira melirik ke arah Rey, ia mengerutkan dahinya. "Nanya apaan, pak?" ucapnya heran

Rey melirik ke arah Dira sekilas, "kalau ga ada, ya gapapa" ucapnya datar

Dira menatap Rey, "aneh" gumamnya

"Apa?" ucap Rey

Dira membelalakkan matanya, ia menggeleng cepat. "Ha? Enggak" ucapnya cepat

Rey menghela nafasnya, ya sudah.

"Pak" ucap Dira

Rey menoleh ke arah Dira, "kenapa?" ucapnya datar, seakan tak tertarik dengan perkataan Dira selanjutnya

"Kalau kita udah pulang dari sini, dan kita tinggal dirumah sendiri.. saya mau kita punya kamar yang beda" ucap Dira to the point

Rey mengerutkan dahinya, apa ada yang salah?

"Kenapa?" ucap Rey

"Saya.. saya mau, ehm.. pokoknya saya ga bisa kalo harus satu kamar sama orang lain" ucap Dira

Rey menatap Dira serius, ia tidak yakin dengan alasan Dira.

Tadi malam juga Dira bisa tidur dengannya.

Apakah Rey membuat kesalahan?

"Tapi, saya suami kamu. Bukan orang lain" ucap Rey dingin

"Ekhem" Dira berdehem, "maaf, pak. Saya tidak bisa" ucapnya

"Kenapa?" ucap Rey sekali lagi

Dira menatap Rey, "saya masih mau bebas" ucapnya serius

"Lalu? Apa masalahnya?" ucap Rey

Dira menghela nafasnya, "begini, pak" ucapnya. Dira berpikir keras sejenak, "Saya tidak akan merasa bebas jika saya harus berbagi ruang dengan orang lain. Lagi pula, saya juga punya privasi, saya tidak suka diganggu" ucapnya jelas

Rey merasa aneh dengan penjelasan Dira.

"Ya sudah kalau itu mau kamu" ucap Rey

Rey bergegas menuju halaman depan, berkumpul dengan orang-orang.

Dira membelalakkan matanya, hanya itu saja tanggapannya?

Haihaihaiii!
Jangan lupa vote and comment!🖤
Maafkeun ini pendek dan absurd:')
Makasih udah nungguuu🖤

Dosenku Suamiku (TAMAT)                            [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang