Prolog

433K 27.6K 3.3K
                                    

Oleander atau yang kerap disapa Lea oleh keluarganya, kemungkinan besar ia juga akan dipanggil Lea disekolahnya karna jika dia dipanggil Ole atau Ander akan terasa sangat aneh dan Lea tidak akan membiarkan temannya memanggil nama tiga huruf di dep...

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

Oleander atau yang kerap disapa Lea oleh keluarganya, kemungkinan besar ia juga akan dipanggil Lea disekolahnya karna jika dia dipanggil Ole atau Ander akan terasa sangat aneh dan Lea tidak akan membiarkan temannya memanggil nama tiga huruf di depan dan lima huruf di belakang.

Lea baru berumur 15 tahun, ok seminggu lagi ia akan memasuki 16 tahun. Dan kini ia baru masuk SMA lumayan terkenal di Jakarta yang berlokasi di taman Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, kalian bisa tebak di mana itu.

Lea bukanlah gadis kecil dengan tubuh imut, atau gadis dengan bobot besar. Dia gadis cantik dengan ukuran tubuh yang seperti model, ia mempunyai kaki yang jenjang, kulit putih dan rambut yang panjang. Tidak, sangat panjang sampai ibunya risih dan memintanya untuk ke salon dan mengakhiri rambut kesayangannya.

Jelas Lea menolak, dia sangat menyukai rambut panjang tergerai, baginya rambutnya adalah keseimbangan dalam ia berfashion.

Lea rasa, masa SMP-nya akan kembali berputar, di mana Kakak kelas berlomba-lomba untuk mengambil hatinya. Lea berdecak sebal mengingatnya, mana yang ngincer rata-rata kakak kelas fakboi.

Kini Lea sudah berada di area sekolahnya. Anehnya, semua orang cuek, tidak peduli bagaimana wujudnya saat ini. Lea melipat kedua tangannya di depan dengan menatap heran semua orang.

"Dulu gue masuk sekolah semua orang ngeliatin, sekarang kok enggak ya?" Lea menghampiri Vivian Alisya atau yang Lea sering panggil Vivi teman SMP-nya, di sekolah barunya ini Lea belum dapat teman dari beda sekolah, ia masih bermain bersama teman SMP-nya.

"Vi," panggilnya lalu duduk di samping Vivi.

"Kenapa?" tanyanya seraya memakai bandananya dengan benar.

"Lo inget nggak waktu SMP?" Vivi masih sibuk dengan bandananya.

"Inget apaan dah?" Matanya masih menatap lurus ponselnya yang di jadikan cermin untuknya.

"Ih, yang setiap gue masuk sekolah, pasti mata-mata kakel pada liatin gue." Vivi akhirnya selesai lalu menatap Lea.

"Iya inget. Kenapa?"

"Hm, gue aneh aja, pas gue masuk sekolah nggak ada yang liatin gue." refleks Vivi tertawa.

"Gini ya, lo tuh salah masuk sekolah deh." alis Lea tertaut menunggu kelanjutan gadis itu.

"Kok?"

"Di sini, cewek yang lebih cantik dari lo banyak. Banyak banget, dan yang nomor satu itu sampai masuk majalah kak Sevanya, parah sih emang cantik banget. Mukanya tuh nggak judes kayak elo," refleks Lea berdecih.

"Lo tahu dari mana?" Vivi mendekatkan diri pada Lea.

"Sebelum masuk sini udah gue cari tahu kali. Tapi gue harap lo jaga sikap ya, Le."

"Kenapa?"

"Di sini itu tempatnya anak-anak pinter. Jangan sampai sekolahnya di cap jelek karna kelakuan lo!" setelah mengatakan itu Vivi tertawa keras. Tidak, Lea sama sekali tidak tertawa, sebenarnya ia masuk sekolah ini juga karna berniat ingin jaga sikap. Masa SMP-nya terlalu buruk, untungnya saja dia cantik.

"Oh ya, lo cuma nanyain cewek tercantik doang nih. Nggak nanyain soal cogan-cogan? Gue pakarnya lho. Udah gue gali dari akar-akar---"

"Dah males. Cogan itu singkatan Cowok Ganjen. Geli gue," mata Vivi membelalak.

"Eh salah onyon! Cogan itu singkatan Cowok Ganteng, dasar watek."

"Watek apaan anjir."

"Wajah jutek."

"Dari lahir," balas Lea. Lalu ia tersenyum tipis. Benar kata Vivi, dirinya memang harus mulai merubah sikap.

***

Senin yang melelahkan, Lea menghembuskan napasnya kasar saat Vivi begitu lama membawa pesanan makanan. Dengan cepat Lea menghampiri Vivi.

"Gimana? Udah pesen?" tanyanya.

"Rame banget, Le. Lo kudu liat napa ih," ungkap Vivi membuat Lea gemas.

"Lo tuh harus banyak belajar dari gue ya. Liat nih jiwa nyelak gue meronta-ronta. Awas," Lea memajukan tubuhnya lalu mulai bersuara.

"Pak Nasi goreng tiga, Pak. Saya udah dari tadi ini, Pak. Ya allah, pak," tak lama bapak itu menyodorkan dua bungkus nasi kepadanya. Lea menyodorkan uang lalu Lea keluar dari kerumunan.

Nggak sampai 5 menit Lea dapat pesanannya. mulut Vivi menganga namun refleks ia menutupnya.

"Nggak usah puji gue gitu lah," ujar Lea seraya menatap Vivi angkuh.

"Emang ya lo, pinter banget pesennya. Gue dari tadi nggak di denger sama si bapak."

"Bukan nggak di denger. Elo udah kecil, di belakang, suaranya tenggelem, mana tau si bapak, bodoh."

"Gue cantik, Le."

Vivi dan Lea menatap tempatnya yang sebelumnya keduanya tempati kini sudah di jadi sarang nongkrong Kakak kelas.

Saat Lea hendak melangkahkan kakinya, Vivi menahan.

"Udah, cari tempat lain."

"Tapi itu tempat kita."

"Le, jangan mulai cari gara-gara. Kita masih anak baru," peringatan tersebut langsung ditelan habis oleh Lea. Ia berdecak sebal.

"Lagian sih, seharusnya pas gue mesen tadi, lo langsung jagain tempat." Vivi menunduk.

"Ya maap, Le."

"Yodah ke kelas aja lah. Rame banget kantin," saat sedang jalan berdua ia berhadapan dengan cowok tinggi, rambutnya di model ke atas, jujur ya, ganteng banget lho.

"Le." Lea menatap cowok tersebut.

Manggil dirinya? Tidak salah kan? Bagaimana cowok ini bisa tahu namanya?

Saat cowok itu mendekat, Lea dengan berani menatapnya. Saat Lea hendak menjawab cowok tersebut melewatinya.

"Le, Leo!" dan cowok itu pergi menghampiri temannya bernama Leo.

Leo dan Lea hampir sama kan? Sialan.

Kini Lea menampilkan pipinya yang merah merona. Dia sudah keegeran tingkat nasional. Vivi menoleh, dia tahu Lea tadi hampir saja menjawab panggilan cowok tadi.

"Le, gue ngakak ya?" Lea memejamkan matanya menahan malunya.

"Lo kenal cowok tadi?" tanya Lea, Vivi mengangguk.

"Itu kak Nolan. Anak 12 IPA 2."

"Ganteng lagi," sambung Lea seraya menahan gejolak dihatinya, bukan jatuh cinta melainkan malu yang dirasa.

"Bantu gue, Vi."

"Ngapain?"

"Kubur diri." Vivi tertawa ngakak seraya mengikuti langkah Lea yang semakin cepat.

"Kali ini gue ngakak beneran anjir."

Nolan kan? Sialan Nolan ini. Pokoknya gue harus menghindari orang yang bernama Nolan. Cowok itu sadar pasti tadi gue sempet mau nyaut, batin Lea lalu berlari secepatnya ke kelas.

Tbc√


Aku tau kalian mengerti bagaimana cara menghargai karya seorang penulis💜✨

Phantera LEO (SELESAI)Where stories live. Discover now