Perbedaan

501 51 10
                                    

@Junhoe POV

Ku tatap pantulan di cermin.

Sosok itu menyedihkan, dengan wajah kusam dan sembab. Pantulan itu tidak lebih baik bahkan setelah aku memoles bedak tpis dan lipbam.

Penyebab pantulan itu menangis?

Karena dia

Seseorang yang bahkan bukan siapa" tapi mampu membuatku kehilangan jati diri..

Hanya karena sedikit sandungan antara mereka. Namun mampu memisahkan mereka antara jurang yang sangat curam..

Keyakinan dan gender..

.
.
.
.
.

"Hei"

Aku mendongak, tertegun melihat senyum lebar mu yang menyapa pagiku. Aku hanya bisa balas senyum kaku, kemudian menunduk sambil membenarkan kemeja ku yang sedikit berantakan.

"sendirian? Boleh jalan sama sama? " ucap mu
Aku hanya mengangguk kemudian berjalan dengan kau disamping ku.

Diam diam aku tersenyum mendengar keluh mu mengenai pr Matematika yang diberikan guru kemarin. Segala hal kau bicarakan, membuatku berusaha meredakan detak jantungku yang terlalu berlebihan.

Aku masih mampu tersenyum bahagia, sampai mataku terhenti dilehermu.

Kalung Salibmu.

.
.
.
.
.
.

Suara guru itu tak terlalu ku dengarkan, fokus ku kini kearah pemuda yang sekarang sedang membaca kitab tebal.

'Seandainya kitab yang kau baca sama dengan kitabku'

Tapi itu mampu ku ucapkan dalam hati,
Pemuda religious kayak dia akan menolak mentah2 tawaran terselebungku tadi.

Aku menghela nafas kemudian memalingkan pandangan ku darimu. Aku sadar itu zina mata, walaupun setiap hari aku tetap melakukannya. Tak lama aku tersenyum pahit, memang ada larangannya lelaki menatap sesama jenisnya?

"Junhoe"

Aku tersentak, kau dengan mata berbinar menghampiriku yang hanya bisa membeku, senyummu lagi lagi membuatku tersenyum.

"Ada apa jiwon hyung"

Kau mengusap tengkukmu gugup, kemudian menunjukan catatan fisikamu yang berantakan, aku terkekeh pelan.

" oke, nanti ya sepulang sekolah"

dan mataku kembali menatap pandangan yang sama.

kalung salibmu

kenapa seolah olah tuhan mengingatkanku akan perbedaan kita?

--

"maaf juneya. tapi belajar fisikanya ditunda dulu saja ya?"

sebelum sempat aku bertanya, seorang gadis semampai dengan rambut hitam berkilau datang menghampirimu dwngan senyum menawan. aku segera menelan bulat2 pertanyaan itu. karna sekarang aku mengerti.

"tidak jadi ke gereja?" tanya gadis itu padamu. kau mengangguk dengan senyum lembut terpantri dibibir mu kemudian kau menoleh padaku.

"maaf sekali lagi ya, juneya. aku harus beribadah pada tuhan-ku. kau juga harus mengadu pada Tuhan-mu."

aku mengangguk sambil menahan air mata dan memalsukan senyum, kemudian dengan lemas terduduk dikursi besi koridor.

"Jangan ciptakan batas antara kita" mungkin hanya aku sendiri yang hanya mendengarnya.

dengan pelan aku bediri menghapus air mata yang menggenang, dengan lirih aku menyebut namamu.

"Jiwon hyung. tak bisa kah kau satu keyakinan denganku?"

--

minggu pagi yang damai.

suatu sudut kamar yang sejuk. seorang pemuda dengan wajah basah karena air wudhu memasang sarung dan pecinya hati2, ia menggelar sajadah hijau kebiruan menghadap kiblat.

diwaktu yang sama, didalam sebuah gereja. Jiwon mengatupkan tangannya didepan dada sambil memejamkan matanya. ia dengan merdu menyanyikan pujian berisi nama tuhannya.

junhoe bersujud, menahan tangis ketika mengucap nama tuhan. dengan suara bergetar ia terus mengalunkan nama tuhanya, seolah mengadu atas semua penderitaannya.

jiwon menatap pastur yang dengan wibawanya berdiri didepan para jamaat lain. ia pun memulai pengakuan kepada imam rasuli "aku percaya kepada allah bapa yang maha kuasa, khalik langit dan bumi kepada yesus kristus anak-nya yang tunggal tuhan kita" hatinya menghangat mendengar jamaat lainn juga mengucap hal yang sama denganya.

dalam sudut yang sepi, pada saat yang sama junhoe mengucap takbir dan membaca al-fatiha "Bissmillahirrahmanirrahim" ia begitu mengagungkan nama tuhannya seperti jiwon memuja tuhanya.

" yang dikandung roh kudus, lahir dari dara maria. yang menderita sengsara dibawah pemerintahan pontius pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun kedalam kerajaan maut" jiwon mengingat sosok yang sekarang juga pasti sedang melakukan ibadah sepenggalah mataharinya.

"Alhamdulillahirabbal 'alamin" hatinya bergetar, barisan ayat itu masuk kedalam kalbunya. menghantarkan doanya kepada Allah yang maha esa. air matanya kembali menetes. junhoe berusaha keras menahan isakkanya. teringat kisah kaum luth, semakin tergugu ketika sadar, ia sedang mencoba menjadi bagian kaum itu.

" pada hari ketiga bangkit pula dari antara orang mati. naik ke sorga dan dari sana, dia akan datang menghakimi orang hidup maupun mati " jiwon meng memejamkan matanya. mendengarkan dengan khusuk jamaat lain berujar kompak.

"arrahman nirrahim. malikiyaumiddin" lanjut junhoe. ia meresapi arti ayat tersebut . mengingat tuhannya mencoba melupakan seorang laki2 yang sangat dicintainya.

jiwon begitu damai, ia sudah hampir menyelesaikan pengakuan imam rasuli. " aku percaya kepada roh kudus, gereja yang kudus dan am, persekutuan orang kudus, pengampunan dosa, kebangkitan daging dan hidup yang kekal"

junhoe bertakbir. rukuk dengan segala perasaan bersalah karena berusaha mencintai sosok yang seharusnya tidak boleh ia pikirkan secuil pun. ia bangkit kembali merapalkan pujian terhadap allah tuhan semesta alam.

seusai mengucap pengakuan imam rasuli jiwon dan jamaat lain kembali duduk dibangkunya. ia tersenyum ketika tangan yang lebih kecil dari miliknya menggenggam jemarinya dengan erat. ia menatap gadis disampingnya dengan pandangan teduh. kim Jisoo yang akan dinanti diatas altar.

"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Assalamualaikum Warrahmatullahi wabarakatuh" junhoe terdiam sejenak, merasa gamang memikirkan pemuda yang mengisi hatinya. tapi sayang tak kan menjadi imamnya saat beribadah. takkan pernah, selain karna pujian yang berbeda. kodrat dirinya juga seorang imam.

jiwon menunduk, entah kenapa ia tiba2 berpikir seorang pemuda. manis dengan waja bersih dan teduh, dan selalu tutup kepala PECI . orang yang sudah lama mememgang kunci hatinya. tapi tak kan perna bisa bersama dengannya dalam sandingan janji pernikahan. tuhan akan mengutuk. tidak ada toleransi dalam hubungan sesama jenis.

namun tidak ada yang tahu kecuali hati suci mereka berdua. bahwa mereka merapal doa yang sama kepada tuhan masing masing.

Izinkan kami bersama bahkan apabila kami sama.

.

..


FIN

Sensitif memang.
Tapi ini dunia fanfic jadi semuanya bisa terjadi.

ONESHOT BOBJUNWhere stories live. Discover now