BobJun~Puisi terahir

4.7K 119 25
                                    

Kita masih disini...
Masih menghirup udara yang sama di ruangan ini.
Entah sampai kapan kita mampu bertahan, tapi kita harus tetap berjuang.
Saat ini mungkin tak akan pernah kembali, maka nikmatilah saat ini.
Saat esok hari menjelang, maka biarlah hari ini menjadi kenangan.

Entah sudah berapa banyak puisi yang tertulis oleh Koo Junhoe. Sambil menunggu Kim Jiwon sadar dari keadaan komanya. Kekasihnya yang sudah hampir dua minggu terbaring tidak sadarkan diri di ruang ICU rumah sakit. Hasil pemeriksaan menyimpulkan bahwa Jiwon mengidap kanker otak dan sudah mencapai stadium akhir, tapi junhoe tetap percaya bahwa mujizat tuhan dapat terjadi kapan saja, bahkan disaat manusia merasa tidak mungkin, sangat mudah bagi tuhan untuk membuatnya menjadi mungkin.

"Aku percaya tuhan akan memberi semua yang terbaik untuk kita. Cepat sembuh ya, supaya kita bisa lalui semua kejadian indah yang pernah kita lalui bersama. Aku rindu saat kita pergi kuliah dan ibadah bersama" ucap June sambil mengelus lembut kepala jiwon.

Untuk malam ini, june memang meminta izin untuk dapat menjaga jiwon hingga esok pagi. Entah mengapa malam ini, dia begitu ingin mengenang semua masa-masa yang mereka lewati bersama.

June mengalihkan pandangannya ke dinding yang ada di hadapannya dan terlihat jam dinding yang menunjukkan pukul sebelah malam.

Kembali angannya melayang mengingat perkenalannya dengan lelaki yang terbaring lemah di hadapannya tersebut beberapa tahun yang lalu. Sudah hampir enam tahun mereka berkenalan, sejak pertama kali mereka duduk di bangku SMA. Sebagai dua orang siswa yang sama-sama berprestasi, tidak jarang mereka harus bersaing, baik di dalam kelas maupun ketika mereka berkompetisi di luar sekolah. Persaingan yang sportif membuat mereka menikmati persaingan itu dan malah membuat mereka semakin dekat. Mereka saling menikmati kedekatan itu, karena kedekatan itu membuat mereka saling memberikan dukungan satu sama lain. Rasa yang tidak bisa dicegah akhirnya menghampiri, rasa simpati dan kagum satu sama lain berubah menjadi rasa sayang dan saling membutuhkan. Mereka tidak berusaha menghindari karena mereka tidak bisa berbohong kalau mereka merasakan getaran yang sama. Hari-hari semakin indah, prestasi mereka sama-sama meningkat, begitupun juga rasa sayang itu, hingga saat ini mereka duduk di bangku kuliah.

Namun semua itu mulai terusik beberapa bulan yang lalu, sejak jiwon mulai berubah, seakan ada yang dia sembunyikan dari kekasihnya, Junhoe.

jiwon mulai menghindari june. Biasanya setiap hari mereka selalu terlihat bersama di kampus, namun perlahan jiwon mulai jarang terlihat di kampus. Saat June mencoba menghubungi, selalu saja tak pernah ada respon dari si penerima telepon. Sampai akhirnya, june mengetahui bahwa jiwon sudah hampir sebulan dirawat di rumah sakit.

Saat pertama kali june menjenguknya, jiwon masih bisa tersenyum dan berkata " semua akan baik-baik saja, jadi tak perlu khawatir" tapi, saat ini jangankan untuk berkata hal seperti itu lagi, bahkan untuk membuka matanya, jiwon seakan tak mampu.

~Aku hanya meminta sedikit kebahagiaanmu, tapi bahkan kesedihan pun tak kau bagi denganku.~

Sambil menuliskan dua penggal kalimat tersebut, tak sadar air mengalir dari sudut mata june
.
~terima kasih untuk perkenalan yang indah...
Terima kasih untuk jadi motivator terbaik dalam hidupku...
Terima kasih untuk semua bahagia dan tawa yang ada..
Terima kasih untuk semua cintamu..~

Kembali mata June tertuju pada jam dinding yamg saat ini menunjukkan pukul sebelas lewat dua puluh menit. Tapi tak sedikitpun ia merasa kantuk, dan tak sedikitpun ada keinginannya untuk berbaring. Dia tetap memandang wajah tampan pria di hadapannya sambil memegang buku yang berisi puisi-puisi yang ia tulis selama dua minggu dia berada di rumah sakit ini.

"Kalau kamu sadar nanti, aku akan berikan buku yang berisi puisi ini untuk kamu, agar kamu tahu betapa aku sangat berharap untuk kesembuhanmu. Dan berjanjilah, kalau lain kali kamu sakit tolong jangan pernah menghindar dari aku. Kapanpun kamu mau, telinga ini slalu siap untuk mendengar setiap keluhanmu, dan pundak ini slalu ada untuk tempatmu bersandar saat rasa sakit itu menyerangmu." june mulai mengajak jiwon berbicara.

ONESHOT BOBJUNWhere stories live. Discover now