Part 4 : Crack an eggs

991 138 9
                                    

Jimin memimpin jalan untuk membuka kebagian hutan yang lebih dalam,diikuti seulgi dibelakangnya. Entah mengapa perasaan jimin mengatakan kalau di dalam hutan sana mungkin saja ada sedikit kehidupan.

Seperti air,sumber makanan,atau jika beruntung ia bisa menemukan tempat singgah. Sepanjang perjalanan seulgi terus berbicara,ia mengeluh tentang banyak hal.

"Bisakah kau diam kang seulgi?"

"Tidak,aku sangat strees. Aku harus banyak bicara untuk menghilangkan bebanku"

"Konyol"

Jimin mempercepat jalannya,seulgi yang takut kehilangan jejak bergegas mengikuti jimin. Namun tiba-tiba jimin berhenti san membuat seulgi menambrak punggung jimin.

"Ishh ada apa denganmu?!" Tanya seulgi kesal

"Sttt!! Kau dengar tidak?" Jimin memelankan suaranya

"Dengar apa?"

"Aku mendengar ada pergerakan hewan"

"Aku tidak dengar,kau hanya berhalusinasi"

"Ini karena kau banyak bicara. Diam dan pekalah terhadap sekitar,kita sedang di pulau terpencil dan kita di dalam hutannya sekarang. Kita tidak tahu pulau apa ini dan seberapa aman pulau ini untuk ditinggali. Dewasalah sedikit!"

"Kenapa kau memarahiku sekarang? Hanya karena kau mendengar suara hewan dan aku tidak mendengarnya,kau marah padaku? Kau konyol sekali"

Jimin menatap seulgi tajam,ia benar-benar kesal dengan seulgi. Tak peduli seberapa jelas dan seberapa panjang perkataannya,seulgi tak pernah paham. Ia hanya bisa mengeluh,marah,dan lapar. Jika seperti ini,jimin lebih baik sendiri saja di pulau ini.

Srek

Srek

Jimin kembali fokus pada suara itu. Tidak hanya jimin,kali ini seulgipun mendengarnya. Suara itu sangat jelas. Seulgi menggaruk kepalanya,mungkin benar perkataan jimin kalau ia tidak memdengar karena ia berisik sepanjang perjalanan.

Perlahan tapi pasti jimin melangkah,ia berusaha tak mengeluarkan suara sedikitpun. Baru beberapa langkah,jimin berhenti dengan mata berbinar-binar. Bagaimana tidak,ia melibat 2 butir telur d dekat semak-semak. Jimin yakin betul itu telur ayam dan itu berarti di sini ada ayam hutan.

"Jimin kau lihat apa?" Seulgi berjalan santai ke hadapan jimin yang tengah berjongkok

Krek

Seulgi terkejut,ia merasa menginjak sesuatu. Perlahan ia mengangkat kakinya yang tak beralas itu dan di bawah sana ada 2 telur ayam yang hancur ia injak. Seulgi kebingungan,ia melihat wajah jimin memerah padam

"Jimin ini apa? Ada apa?"

"Kau idiot atau bagaimana? Aku baru saja menemukan 2 telur ayam dan kau menginjaknya"

"A-aku tidak tahu"

"Sudah aku katakan dari awal,kau harus peka dengan sekitar! Kau baru saja menginjak penemuan berharga!"

"Kenapa kau berlebihan sekali sih! Itu hanya telur kenapa kau sampai membentakku seperti ini?!"

"Hanya telur katamu? Kita sedang tersesat,sekecil apapun makanan yang bisa kita makan itu sangat berarti. Aku muak denganmu!!"

"Kau tak berperasaan!! Tak salah jika selama ini aku membencimu! Kau brengsek park jimin!! Kita pisah saja disini"

Seulgi berlari dengan cepat,
Ia menangis sambil terus berlari. Seulgi sangat kesal,ia benar-benar kesal dengan jimin. Dulu sebesar apapun masalahnya jimin hanya diam menghadapi kemarahan seulgi. Tapi sekarang bahkan jimin membentak seulgi hanya karena 2 butir telur ayam.

Seulgi merasa kesal sampai ia nekat pergi tak tentu arah. Sementara jimin tetap ada di tempat itu. Ia meratapi telur ayamnya yang pecah, benar-benar mengenaskan. Setelah diam beberapa menit,jimin menyadari kalau seulgi sudah pergi sangat jauh darinya.

"Si bodoh itu tetap saja bodoh. Mau pergi kemana dia kali ini? Bertindak sesuka hati,dia lupa ini hutan. Bukan mall dimana ia senang bermain"


🐻🐻🐻🐻


Menjelang sore hari,awan semakin gelap. Saat ini mungkin sekitar pukul 3 sore namun awan sudah mendung. Angin yang cukup besar masuk ke celah-celah pohon yang rimbun. Sesekali suara guntur terdengar. Awalnya jimin masih bersantai,tapi meliat awan mungkin akan menurunkan hujan yang deras ia berubah menjadi panik.

Seulgi tak membawa makanan apapun dan ia pasti lapar dan kedinginan,apalagi pagi ini mereka belum makan sama sekali. Kepala jimin semakin pening,berjalan mencari jalan sambil mendorong koper benar-benar merepotkan,tapi bebannya harus di tambah dengan kehadiran seulgi yang sembrono.

Jimin memgambil payung di dalam kopernya. Ia berjalan cepat mencari seulgi yang entah lari kemana. Langkah jimin semakin dipercepat saat awan semakin gelap. Ia mengingat-ingat kemana arah seulgi saat pertama kali berlari.

"Seulgi !! Seulgi !!"

Jimin tak mendengar suara balasan. Ia terus menelusuri hutan mencari keberadaan seulgi. Ia berjalan dengan seluruh kekesalan di hatinya. Di keadaan seperti ini emosi seseorang menjadi tidak stabil,terdampar di pulau tak berpenghuni bukanlah lelucon. Tapi dengan sembrononya seulgi membawa jimin ke titik kesabaran tertingginya.

"Bodoh!! Bodoh!!"

Hujan turun dengan deras,wajah jimin memerah di bawah payungnya. Tersesat,kelaparan,lelah,hujan deras,di tambah lagi ia harus mendorong kopernya. Penderitaan jimin sangat lengkap.

"Seulgi"

Bahkan jimin tak sanggup lagi untuk teriak. Ia berjalan pelan dengan wajahnya yang frustasi. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Jimin terdiam,matanya fokus pada satu titik.

Dari jarak 10 meter jimin melihat seulgi terduduk di dbawah pohon. Ia menangis dengah seluruh tubuhnya basah kuyup. Jimin merasa ada sungai kecil mengalir di hatinya. Ia berjalan cepat menghampiri seulgi.

Seulgi sibuk menangis sampai tidak sadar kalau ia sudah dipayungi,perlahan matanya yang sembab terangkat. Saat melihat jimin ia kembali menangis dan kali ini lebih deras lagi. Seulgi menatap jimin dengan pandangan yang tak bisa di artikan

"Aku membencimu!!" Ucap seulgi sambil terisak

Jimin membantu seulgi berdiri,dengan tindakan alami jimin membawa seulgi ke dalam peluknnya. Seulgi membalas dengan memeluk jimin erat,ia kembali ke dalam pelukan jimin yang dulu menjadi tempat ternyamannya.

"Aku membencimu! Kau jahat!"

"Jangan bertindak bodoh lagi,aku lelah mencarimu"

Masih dalam pelukan jimin,ia mengangguk pelan. Seulgi bisa menghirup aroma alami tubuh jimin,ia sangat familiar dengan itu. Tanpa sadar seulgi semakin menyamankan posisinya. Hujan lebat yang dingin menjadi hangat. Mereka tetap dalam posisi seperti itu sampai hujan berhenti.

Hear The SeaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora