2. Melanin & Puting 🍂

72 17 10
                                    

Nggak perlu jadi orang lain buat bikin gue suka. Mulut pedesmu aja udah bikin gue ngejar-ngejar lo.

-Frans

~•••~


Seorang anak lelaki dengan rambut khasnya yang berantakan terlihat masuk ke kelas dengan santai. Tidak peduli dengan seseorang yang berdiri seraya bersidekap di depan meja guru.

"Huuu... Udah pulang woy, baru dateng!" seru salah seorang anak. Membuat kelas ricuh dengan sahut-sahutan murid lainnya.

Val yang sedang menyalin rangkuman akhirnya menoleh ke depan.

"Ah, Bocah itu lagi" batinnya lalu kembali fokus dengan sistem kebut jemarinya dalam menyalin.

"Sini kamu" ujar Pak Gupta, guru biologi kelas 11 di SMA Daksa Buana. Seperti yang sudah di duga, Pak Gupta pasti mengatakan ini,

"Kenapa kamu telat?"

Dan seperti hari-hari sebelumnya, Frans akan menjawab dengan kata yang sama.

"Kesiangan Pak" dengan wajah menyebalkan dan sikap santainya yang melewati ambang batas. Val yang mendengarkan itu hanya menghela napas. Merasakan ngeri pada tingkah Frans yang selalu menggampangkan segala sesuatu. Val sendiri juga heran, kenapa Frans tidak mencoba mencari alasan lain. Yah seperti anak-anak lainnya, mungkin?

Entah itu macet, ban meletus, oli bocor, buku ketinggalan, sepeda hilang, ketinggalan kereta, atau pesawat jet ngadat. Setidaknya banyak alasan lain yang bisa dikatakan oleh Frans. Selama awal kelas sebelas, Frans hampir tidak pernah tidak telat saat masuk sekolah. Dan selalu saja, setiap kali ditanya Frans selalu mengatakan alasan yang sama. Val saja yang mendengarnya bosan, apa lelaki itu yang mengatakannya tidak? Ah, entahlah. Untuk apa juga memikirkan Frans yang memang seperti itu?

Seperti biasa, Frans langsung duduk di belakang Val setelah diceramahi oleh Pak Gupta. Val meletakkan bolpoin yang sedari tadi ia cengkeram. Ia menggosokkan kedua telapak tangannya yang terasa kebas setelah menyalin rangkuman enam halaman tersebut. Yah, tidak diragukan lagi kecepatan menulis Val yang super kilat. Lama-lama bisa kapalan jarinya jika menulis tanpa ampun seperti ini.

"Valerin, letakkan ponselmu atau dengan amat terpaksa saya akan merampasnya" suara Pak Gupta terdengar memenuhi ruang kelas 11 IPA 1.

Val terkejut untuk beberapa saat dan langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas. Ia mendumel dalam hati karena Pak Gupta masih menatapnya penuh selidik.

Oh ayolah. Ia sudah tidak lagi menyentuh ponsel. Kenapa ia masih diawasi seperti seorang tersangka?

"Valerin, mana bukumu?" ujar Pak Gupta lagi.

Kali ini Val menepuk keningnya. Pantas saja Pak Gupta menatapnya seperti seekor mangsa, Val lupa mengeluarkan buku paket biologi karena sibuk merangkum tadi.

Val buru-buru mengeluarkan buku paket berwarna hijau bertuliskan "biologi".

Setelah itu, Pak Gupta sibuk menjelaskan materi dan tidak lagi mengawasi Val. Val mendengar suara Frans yang tertawa pelan, membuat Val menoleh ke belakang. Frans menampilkan smirknya lalu membuat muka konyol menirukan Pak Gupta yang sedang marah atau menasihati. Val terkikik geli karena ulah Frans. Ia melempar Frans dengan gumpalan kertas agar Frans tidak lagi bertingkah konyol.

Val kembali menghadap depan, ia menoleh ke arah Karin yang duduk di sebelahnya. Karin sibuk mencatat penjelasan Pak Gupta. Yah, Val sudah tidak heran dengan tingkat kerajinan Karin yang memang sudah seperti itu dari SD. Kadang Val selalu bertanya dalam hati, bagaimana bisa Karin mampu bertahan untuk tidak tertidur mendengar penjelasan guru yang kian lama terdengar seperti melodi penghantar tidur.

".... Wanita mengalami peningkatakan produksi estrogen selama pubertas, sementara pria mengalami arus masuknya testosteron.

Hormon-hormon tersebut, estrogen pada wanita dan testosteron pada pria, mengatur melanosit, sel-sel kulit yang memproduksi melanin." Pak Gupta masih semangat menjelaskan materi.

Entahlah, bisa dibilang semangat atau hanya memenuhi kewajiban. Nyatanya selama satu jam ini Pak Gupta masih saja menjelaskan hormon-hormon pada pelajaran biologi. Tapi cara mengajarnya sangat tidak asyik. Sekilas Val menutupkan telapak tangan ke bibirnya karena menguap.

Bukan salahnya 'kan jika ia mengantuk? Jika dari satu kelas ini hanya Val yang mengantuk, maka bisa jadi memang Val yang keterlaluan. Tapi hampir setengah kelas bahkan terlihat menyurukkan wajah mereka ke meja.

"Jadi anak-anak, melanin merupakan pigmen yang berperan pada warna rambut dan kulit. Seperti contohnya Val" Val langsung melotot seketika. Kenapa dia lagi?

"Kulit Val yang putih dan rambut cenderung pirang menunjukkan pigmen melanin dalam diri Val lebih sedikit dibanding dengan Tony yang kulitnya sawo matang dan berambut hitam" Tony yang tetap tertidur membuat Pak Tony menghampiri mejanya yang berada dua baris dari belakang.

Kenapa selalu seperti ini? Pelajaran Pak Gupta terasa menyenangkan ketika lima belas sampai tiga puluh menit menjelang selesai.

Tony terlihat mengusap bekas air liur di pipinya. Val meringis melihat tingkah Tony yang menurutnya sangat kacau. Yah, jika tidak bisa dibilang disgusting?

Karin di sampingnya terlihat mengangkat tangannya.

"Ya, Karin?" Pak Gupta mempersilakkan Karin bicara.

"Apa berarti tahilalat mengandung melanin karena warnanya hitam dan lebih gelap dari kulit sekitarnya?" tanya Karin.

"Ya. Benar sekali tahilalat terjadi karena melaninnya pada ngumpul di situ" ujar Pak Gupta santai. See? Tinggal lima belas menit dan Pak Gupta baru mengajar dengan cara yang lebih menyenangkan. Selama satu setengah jam tadi beliau terus menjelaskan seolah pembawa acara yang membacakan ramalan cuaca. Borring!

"Apa freckles juga karena melanin?" tanya Riana, anak berkaca mata dengan freckles di pipinya. Yah, wajar jika dia menanyakan itu.

"Tentu. Freckles termasuk ulah melanin. Lebih tepatnya termasuk dalam Hiperpigmentasi dangkal / epidermal. Terletak di lapisan epidermis kulit. Paling sering berupa bercak kecil kecoklatan di daerah terpapar sinar matahari"

"Selain itu, yang paling sering dialami para remaja adalah Hiperpigmentasi pasca radang. Menyertai semua proses inflamasi kulit seperti trauma, infeksi, gigitan serangga, jerawat" lanjut Pak Gupta.

Frans mengangkat tangannya. Membuat Val mengerutkan keningnya. Tumben?

"Apa Puting yang berwarna cokelat termasuk akibat dari adanya melanin?" tanya Frans dengan wajah polos yang sangat tidak sesuai dengan karakter aslinya.

"Hei, kenapa kau bisa tahu jika putih berwarna cokelat?" tanya Sofia, anak yang duduk di belakang Karin. Aku menoleh ke arah Frans, menatapnya seolah mencurigai Frans melakukan hal tidak senonoh.

"Hei, apa salahku? Aku hanya bertanya. Aku juga punya puting. Bukan hanya kalian para perempuan saja yang punya!" Frans berseru jengkel dengan wajah tertekuk.

Seketika Val tersadar. Benar juga! Pria juga punya nipple. Val memukul kepalanya yang sudah berburuk sangka pada Frans.

"Jawabannya adalah iya Frans, seperti yang tadi kubilang. Hormon seks mempengaruhi produksi melanin. Baiklah anak-anak. Sudah selesai, saya tutup pelajaran biologi hari ini. Siapkan pertanyaan-pertanyaan untuk minggu depan. Kita akan membahas reproduksi" Pak Gupta mengerling sebelum keluar dari pintu kelas dan menutupnya.

Kadang Val berpikir jika Pak Gupta tidak cocok menjadi guru. Mana ada guru yang lebih semangat keluar dari kelas daripada muridnya sendiri?

Val memasukkan buku-buku biologi ke dalam tasnya lalu mengeluarkan buku untuk mata pelajaran selanjutnya.

Val yang merasa diawasi menatap ke sampingnya.

"Apa lihat-lihat?" Val mengangkat sebelah alisnya.

"Kata Pak Gupta, produksi melaninmu lebih sedikit. Jadi apakah putingmu berwarna merah muda?" Val langsung memukul kepala Frans dengan buku paket tebal yang baru Val keluarkan dari tas.

Dasar mesum!









Tbc💘💘💘
Hope you like it🙃

Don't forget to vote n comment🍁

°• THE SANTUY •° [hiatus]Where stories live. Discover now