⚜Chapter 24⚜

2.9K 193 113
                                    

Malam menyapa dan kini mereka sedang duduk bersama di sofa dengan layar yang memperlihatkan film berjudul minion.

Tadinya sang anak diminta oleh kedua orang tuanya untuk tidur setelah mandi, tapi setelah mandi, secara diam-diam ia menyalakan layar dan mengajak kedua orang tuanya untuk menonton bersama.

Karena sang anak yang menangis ketika disuruh tidur dan bersikeras untuk menonton film, akhirnya sang ibu membuat popcorn caramel untuk menemani mereka.

Sedangkan sang suami menyiapkan bantal dan selimut di teather kecil di rumah mereka.

"HwaSoo tidak mengantuk hm?" tanya ayahnya dan sang anak menggeleng dengan mulut penuh popcorn.

Mangkuk yang tadinya dipegang oleh ibu nya kini di rebut dan dipeluk olehnya sendiri―seakan mengatakan kalau hanya dirinya yang boleh memakan popcorn nya.

"Jangan makan terlalu banyak, nanti gigimu bolong dan sakit." omel ibu nya dan ia mengangguk sedih.

Matanya sibuk menonton sedangkan kedua orang tuanya kini membahas pasal rumah yang saat itu pernah mereka kunjungi.

"Haruskah kita beli yang ada kolam renang indoor itu?" tanya sang suami dan istrinya menggeleng.

"Aku takut jika terjadi apa-apa lalu hiasan lampu di sekitarnya jatuh dan melukai kita." jelasnya lalu dibalas dengan anggukan dari suaminya.

"Bagaimana dengan bagian belakang yang terdapat kolam renang kecil?"

"Jika HwaSoo berlari di sekitar nya yang licin lalu terjatuh? Aku takut terjadi apa-apa dengannya."

"Baiklah, dua rumah itu tidak jadi dibeli?" sang istri menggeleng cepat.

"Kita cari yang baru lagi bagaimana?" tanya istrinya dan ia mengangguk lalu tersenyum.

"Ish appa eomma! Sstt diam!" perintah anaknya dengan menaruh jari telunjuknya di mulutnya―membuat gestur menyuruh kedua orang tua nya untuk diam.

"Eoh? Popcorn nya tinggal seperempat?" HwaSoo menoleh ke sang ibu dan cengengesan, di sekitar mulutnya sudah penuh dengan remahan popcorn.

"Sudah. Jangan makan popcorn lagi, sebelum tidur jangan lupa sikat gigi ya?" sang anak mengangguk sedangkan mulutnya sedang dibersihkan oleh ibu nya.

"Jika sebelum tidur HwaSoo harus sikat gigi, kalau kita sebelum tidur harus apa?" tanya sang suami dengan menaik turunkan kedua alisnya.

Perkataannya membuatnya berhasil mendapat satu cubitan menyakitkan di lengannya dari sang istri. Anak mereka yang melihatnya hanya tertawa senang karena ayahnya dicubit oleh ibu nya.

"Appa berisik makanya eomma mencubit appa." ucapnya lalu kembali tertawa.

"Oh begitu? Begitu hm? HwaSoo tertawa karena appa kesakitan?" balas Soobin kemudian menggelitik anaknya.

"Ah appa! Hentikan! Ahahahah! Eomma selamatkan HwaSoo!" ujar nya sedikit berteriak ditambah dengan tawa yang keluar dari mulutnya karena perutnya digelitik habis-habisan oleh sang ayah.

Jina hanya tertawa lalu mengambil anaknya dari pelukan Soobin dan menjulurkan lidahnya begitu sang suami terlihat kesal.

"Ini anakku, jangan sakiti anakku!" perintah nya dan diikuti dengan juluran lidah dari sang anak.

"Wleee tidak ada yang membela appa wleee!" menuruni sifat sang ayah, HwaSoo menjahili Soobin.

Semua itu diakhiri dengan mereka yang mengejar satu sama lain di dalam ruangan, sepertinya bukan mereka yang menonton film kali ini, tapi film yang menonton keluarga harmonis mereka.

Dan sepertinya mereka tidak mendengarkan saran dokter mengenai sang anak yang harus banyak istirahat.

• • •

Setelah menggosok gigi nya, HwaSoo langsung naik ke tempat tidurnya dan mencari posisi nyamannya untuk tidur. Di dalam kamar sudah ada kedua orang tua nya yang siap menceritakan sebuah cerita sebelum ia tidur.

"Pakai piyama mu dulu sayang." ucap sang ibu lalu mengambil satu set baju tidur anaknya.

Kemudian ia memakaikannya pada sang anak, mencium pipinya begitu selesai dan mengambil kursi untuk mulai bercerita.

"Ingin cerita apa hm?" tanya nya.

"HwaSoo ingin tau bagaimana eomma dan appa bertemu." jawaban anaknya membuatnya melirik ke sang suami yang berdiri di sebelahnya.

Pasalnya cerita mereka bertemu kan―seperti itu.

Jina berfikir sebentar lalu mengangguk. Ia akan mengubah caranya bercerita tapi dengan inti yang sama.

"Apa appa boleh mendengarkannya juga?" ucap sang ayah dan dijawab dengan anggukan dari anaknya.

Soobin akhirnya mengambil posisi dengan memeluk anaknya dari belakang, kedua nya menghadap ke arah Jina yang sudah siap bercerita.

"Eomma dan appa bertemu saat kecil, saat itu appa mu duluan yang menemui eomma."

"Bohong bohong." timpal suaminya dengan wajah jahilnya.

"Appa diam." ucap sang anak lalu berbalik sebentar untuk menutup mulut sang ayah dengan tangan kecilnya.

"Lalu eomma?" tanya HwaSoo dengan mata berbinar.

"Saat itu eomma sedang bermain dengan Paman Tae, saat sedang bermain, eomma terjatuh dan appa mengobati eomma dengan plester yang ia bawa." ujarnya dan tersenyum ke arah sang suami.

"Lalu ada suatu kejadian yang membuat kami terpisah, dan kami bertemu beberapa tahun kemudian di sebuah tempat." lanjutnya.

Mengingat kejadian itu, membuat wajah mereka berdua memerah―menahan malu karena mengingat bagaimana buruknya pertemuan mereka.

"Saat itu eomma lupa dengan appa karena sudah lama tidak bertemu―"

"Eomma lupa dengan appa? Eomma jahat sekali.." lirihnya dan Soobin tertawa.

"Eomma jahat kan? Eomma lupa dengan appa, HwaSoo bisa bayangkan betapa sakitnya hati appa saat itu." kompor ayahnya dan anaknya mengangguk.

"Eomma memang lupa dengan appa tapi appa tidak lupa dengan eomma. Ia selalu ingat dengan eomma." ucap sang ibu dan menghentikan perbincangan anaknya dengan suaminya.

"Setelah menjalani beberapa hari bersama, akhirnya appa dan eomma menikah. Lalu beberapa saat kemudian kamu datang."

Jina mencolek hidung anaknya yang membuatnya mendapat kesan geli dan tertawa kecil.

"Perjuangan appa saat itu sangat susah kalau HwaSoo ingin tau."

"HwaSoo tidak ingin tau appa, HwaSoo mengantuk."

Tawa sang ibu meledak seketika. Sedangkan suaminya terlihat kesal lalu tersenyum kecil―bibirnya mencium pipi anaknya kemudian berdiri di sebelah istrinya.

"Berarti appa dan eomma ditakdirkan bersama?" kedua nya melihat satu sama lain lalu mengangguk.

"Berarti appa dan eomma tidak akan berpisah?" kedua nya lagi-lagi mengangguk.

"Syukurlah." anaknya menutup matanya kemudian tersenyum.

"Selamat malam." ucap sang ibu sebelum mencium pipi anaknya.

TBC

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

TBC.

yuhuu suka ga cover baru book nya?

ᴀɢᴀᴘᴇ ; sᴏᴏʙɪɴ ✔Kde žijí příběhy. Začni objevovat