⚜Chapter 11⚜

2.4K 203 61
                                    

Soobin masuk ke dalam mobilnya dengan anaknya. Hari ini adalah hari dimana HwaSoo akan mencoba untuk sekolah tanpa ditemani dengan dua sekretarisnya.

Ayahnya ingin anaknya menjadi mandiri dan inilah saat yang tepat. Dilihat dari hari hari sebelumnya, ia sangat semangat jika bersekolah dan selalu mengatakan ia akan baik-baik saja sebelum ayahnya pergi dari sekolah.

"Bekalmu sudah kan?"

"Sudah!"

Mereka berdua tersenyum satu sama lain kemudian Soobin menancap gas mobil dan mengarahkan mobilnya menuju ke sekolah sang anak. Ia yakin di sana pasti sudah ada Hana dan Taehyun yang menunggu mereka.

Di perjalanan, HwaSoo berkali-kali bernyanyi dan menceritakan apa yang akan ia lakukan di sekolah hari ini. Ia juga lapor jika ia sudah mengerjakan PR nya jadi ia tidak akan dihukum di sekolah nanti.

Mendengar hal kecil seperti itu saja membuat ayahnya tersenyum. Anaknya sangat polos sehingga ia semakin tidak tega untuk melukainya.

Ia jadi ingat bagaimana beberapa hari lalu anaknya sangat bersemangat ketika mengetahui bahwa eomma nya akan kembali. Anaknya tidak tau jika sang ayah berbohong.

Untung saja Soobin tidak membahas itu lagi di hadapannya jadi mungkin saja sang anak sudah lupa.

Singkat cerita mereka sudah sampai dan benar saja, Taehyun dan Hana sudah menunggu mereka di gerbang sekolah. Setelah turun dari mobil, Hana langsung menghampiri HwaSoo dan mereka berdua segera masuk ke dalam setelah mengatakan sampai jumpa kepada ayah masing-masing.

"Bagaimana kemarin di Italia?" tanya Taehyun sedangkan Soobin hanya menghela nafasnya.

"Kami sempat akrab beberapa saat, tapi itu masih canggung."

"Lalu apa dia akan kembali?" kakak iparnya menggeleng.

"Tapi yang HwaSoo tau, ia akan kembali beberapa hari lagi―hahh.."

"Kamu berbohong lagi hyung?!"

Soobin tidak dapat membalas apa-apa lagi ketika Taehyun memarahinya di gerbang sekolah. Setelah mengetahui jika banyak orang yang melihat ke arah mereka, yang lebih tua segera menutup mulut adik iparnya dan menyuruhnya untuk diam.

"Tapi―astaga hyung, kenapa?"

"Aku tidak ingin membuatnya sedih Tae.. Kamu tau setiap malam ia selalu berdoa di kamarnya agar eomma nya kembali? Jika aku mengatakan eomma nya tidak bisa kembali lagi―apa reaksinya nanti?"

Adik iparnya menghela nafasnya kemudian sedikit berfikir. Apa yang dikatakan kakak iparnya ada benarnya juga. Lalu Taehyun mengerti mengapa kakak iparnya berbohong, itu semua disengaja agar anaknya tidak sedih atau menangis.

"Ah, aku ada meeting hari ini. Sepertinya sampai siang, jika aku tidak bisa menjemput anakku, bisakah kamu―"

"Iya hyung, aku akan membawa nya ke rumah dulu nanti kamu akan menjemputnya."

Soobin tersenyum menanggapinya. Setelah itu masuk ke dalam mobil dan segera menyalakan mesin dan menancap gas.

Hari ini, ia akan menjalani meeting bersama orang penting dari luar negri.

• • •

Jina masuk ke dalam ruangan meeting begitu sampai. Kemarin ia sudah menempuh perjalanan dari Italia sampai Korea Selatan dan kini ia akan bertemu dengan CEO dari company yang bekerja sama dengannya kemarin.

Sekretarisnya juga masuk ke dalam ruangan membawa berkas-berkas dan hasil diskusi mereka kemarin bersama karyawan dari company ini.

Rencananya mereka akan kembali membahasnya disini sekaligus untuk sang CEO mendengarkannya secara langsung.

Tak lama kemudian ada yang masuk ke dalam ruangan, Jina langsung membungkuk ke arahnya tanpa melihat terlebih dahulu siapa yang datang―karena begitu pintu dibuka ia yakin jika yang masuk adalah sang CEO.

Setelahnya ia mendongakkan kepala nya, ia juga penasaran bagaimana penampilan sang CEO setelah nama company dan namanya sendiri diminta untuk dirahasiakan.

"Halo."

"Selamat―"

Masing-masing dari mereka terkejut.

"―kembali, ah maksud saya datang."

Mata mereka berdua membulat. Sama-sama tidak mengetahui apa yang terjadi. Apalagi Soobin yang baru tau jika istrinya sendiri menjadi seorang CEO dari sebuah company di Italia.

Sedangkan Jina melihat ke arah Hansol yang tersenyum kecil ke arah Seulgi―ia langsung yakin jika mereka berdua merencanakan kejadian ini.

"Ekhm, silahkan duduk." ucap suaminya dan menyuruh ia serta sekretarisnya untuk duduk.

Jina ingin memberikan sikap profesionalnya kepada Soobin, maka dari itu ia tidak berbicara sebelum diminta atau ditanya. Ia lebih banyak diam ketika meeting berlangsung.

Meeting kali ini hanya didatangi oleh 4 orang, yaitu sang CEO dari masing-masing company dan 2 sekretaris yang menemani mereka.

Betapa sepi nya meeting ini berlangsung.

Selama berdiskusi, Soobin selalu melirik ke arah istrinya―masih tidak percaya kalau istrinya akan sesukses ini dan dapat bertemu dengannya kembali setelah beberapa minggu.

Jina tentu mengetahui jika suaminya meliriknya. Karena itu ia sedikit canggung dan tidak enak, mengingat bagaimana ia menolak untuk pulang karena alasan yang tidak jelas saat itu.

"Jina-ya―"

"Tuan Choi tolong mengerti keadaan. Jadilah profesional." potong sang istri dan membuat keadaan semakin canggung.

Soobin menghembuskan nafasnya kemudian kembali masuk ke dalam diskusi yang mereka bicarakan.

Setelah satu jam melakukan meeting dan berdiskusi bagaimana keadaan kedua company kedepannya nanti jika mereka bekerja sama, akhirnya mereka selesai.

"Nyonya, saya ingin ke kamar mandi."

"Tuan, Changbin tadi meminta saya untuk membantunya. Saya harus pergi."

Kedua sekretaris pergi, membuat Jina semakin yakin jika mereka yang merencanakan ini semua dari awal. Apalagi ketika melihat Hansol dan Seulgi yang terkekeh satu sama lain ketika berada di pintu.

Karena keadaan yang semakin membeku dan canggung, akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari ruangan―tapi sebelumnya ia mengucapkan basa-basi terlebih dahulu.

"Terima kasih atas waktu anda. Saya permisi."

Jina melangkahkan kakinya menuju pintu, baru saja ia membukanya, sebuah tangan besar nan kekar menutup kembali pintu ruangan kemudian menaruh kedua tangannya di pintu.

"Kenapa tidak mengatakannya langsung padaku―"

Soobin mengarahkan bibirnya ke leher sang istri, membuat kecupan ringan dari belakang juga sesekali menggigitnya gemas dimana itu meninggalkan bekas kecil di sana.

"―jika kamu akan kembali?"

"A-ah.." desahan lirih keluar dari mulut istrinya, membuatnya tersenyum kecil.

"Aku merindukanmu. Kumohon jangan pergi lagi. Ayo pulang, HwaSoo sangat ingin melihatmu."

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC.

ngebut akwoakwoak

ᴀɢᴀᴘᴇ ; sᴏᴏʙɪɴ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang