⚜Chapter 18⚜

2.2K 198 88
                                    

• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • •

"Puas sekarang? Pergilah sesukamu. Aku sudah tidak peduli lagi." ucap suaminya dengan tatapan datar dan mata kosongnya.

Hati Jina bak disambar petir saat mendengarnya. Karena ini baru pertama kali suaminya sangat dingin kepadanya. Sekujur tubuhnya membeku dan ia tidak dapat melakukan apa-apa selain menangis.

"Menangis tidak akan menyelesaikan masalahmu." ucap Soobin seakan menyindirnya.

Setelah itu sang suami keluar dari ruangan, meninggalkan dirinya di ruangan sang anak yang hanya dipenuhi dengan bunyi jam dan detak jantung.

Jina akhirnya memutuskan untuk keluar dan mengejar suaminya yang pasti sudah berjalan lumayan jauh dengan kaki panjangnya dan benar saja, Soobin sudah tidak terlihat di dekat ruangan HwaSoo.

"H-hei, permisi.. Apa kamu melihat seorang pria tinggi yang kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku dengan wajah datar?" tanya nya pada seorang suster yang lewat.

"Maaf nyonya.. Tapi hampir semua orang di rumah sakit ini memiliki ciri-ciri yang sama seperti itu." jawab nya membuat Jina semakin frustrasi.

Kemudian ia mengingat kalau sang suami memakai kemeja navy dan celana hitam nya, mungkin saja itu bisa membantu, kan?

"Ia memakai kemeja navy dan celana hitam, apa kamu melihatnya?" ucapnya sambil berharap informasi yang ia berikan cukup.

"Kalau saya tidak salah, pria itu berjalan ke arah sana." jawab si suster sambil menunjukkan arahnya.

Jina langsung mengatakan terima kasih dan membungkuk berkali-kali, setelahnya ia langsung berlari ke arah yang ditunjukkan oleh si suster.

Arah yang ditunjukkan benar dan ia dapat melihat punggung suaminya sedang berjalan dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku sama seperti sebelumnya―ternyata Soobin berjalan menuju basement di mana ini adalah bagian tersepi di rumah sakit.

"Soobin!" panggil sang istri sekali tapi tidak ada balasan dari sang empu.

"Bin, kumohon―akh!"

Jina terjatuh karena tersandung batu, membuat lututnya berdarah karena tergesek dengan aspal di sana. Karena itu pula langkah suaminya berhenti, membalikkan badannya ke belakang dan melihat bagaimana istrinya menahan sakitnya.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya nya datar.

"Maafkan aku―hiks.. maafkan aku.."

Soobin menghela nafasnya lalu mengangkat istrinya menuju ruangan kecil yang memiliki beberapa alat untuk mengobati luka―seperti sebuah UKS.

Saat ia berjalan, banyak orang yang melihat ke arahnya. Karena mata datarnya sangat berbalik keadaan dengan mata memerah dan berair sang istri.

Di ruangan, istrinya ia dudukkan di kasur dengan kaki nya yang sedikit ia tarik karena kesal.

"S-sakit.." lirih nya.

Namun Soobin tidak peduli, kapas berisi alkohol ia tekan tepat di bagian luka istrinya―membuat nya menjerit kesakitan karena setelah sensasi dingin mengenainya, ada rasa sakit dan perih yang menyebar ke seluruh kakinya.

"Sakit.. Hiks―sakit.." tangannya yang gemetaran meremat lengan baju sang suami.

"Bin.. sakit, perlahan―hiks.. perih.." lanjutnya sambil menatap suaminya yang menatapnya datar.

Jina bahkan tidak tau harus bagaimana lagi agar suaminya memaafkannya. Jika ia bisa memutar balik waktu, ia tidak akan pergi secara diam-diam seperti kemarin, ia akan tetap di rumah dan pagi harinya dengan bahagia ia akan membuatkan bekal kepada dua malaikatnya.

Penyesalan selalu datang di akhir, kan?

Matanya menutup kala tidak ada respon apapun dari sang suami, membuatnya menangis tertahan di dekatnya.

"Hahh.. sshh.. aku tidak marah sayang, maafkan aku.. sudah, berhenti menangis.."

Soobin menarik sang istri ke dalam pelukannya, bukannya berhenti, Jina semakin menjadi akan tangisannya―bahkan baju sang suami jadi basah karena tangisannya.

Bibir sang suami terkena keningnya, mengecupnya lembut sebelum mengusap kepalanya perlahan, memberikan ketenangan yang ia butuhkan.

"Se-seharusnya aku tidak pergi.. seharusnya aku tidak keluar―hiks.. seharusnya aku tidak ada―"

"Apa maksudmu dari tidak ada? Jika kamu tidak ada, bagaimana HwaSoo lahir hm? Bagaimana jagoan kita lahir?" tanya Soobin sambil terkekeh.

"Jangan bercanda.. aku serius―hiks.. aku menyesal, maafkan aku.. aku tidak akan kemana-mana lagi, aku janji.." balas Jina sambil mengusap air matanya kasar.

"Menyadarinya sekarang?" tanya sang suami.

"Maksudmu?"

"Kamu dibutuhkan. Lihat beberapa kejadian kemarin karena kamu pergi meninggalkan kita, kamu bukan parasit sayang.. kamu tidak akan menyusahkan kita jika kamu kembali."

"Aku tidak peduli jika kamu tidak bisa memberikan adik untuk HwaSoo dan anak untukku lagi―"

"―aku menikah denganmu karena aku sayang padamu, aku menikah denganmu karena aku ingin ada yang melindungi mu.."

"Bukan karena aku menginginkan tubuhmu."

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC.

short bgt yah? eheheh

aku mau nontonin suami suami di SBS dulu bay~

ᴀɢᴀᴘᴇ ; sᴏᴏʙɪɴ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang