⚜Chapter 13⚜

2.6K 190 65
                                    

"Janji tidak akan pergi?"

"Kamu tau.. Aku tidak bisa.."

Kedua nya sudah berhenti semenjak 2 jam yang lalu. Dimana Jina yang keluar sebanyak 15 kali dan Soobin yang hanya keluar 5 kali. Jika saja istrinya tidak mengingatkannya untuk menjemput HwaSoo, ia yakin ia tidak akan berhenti hingga istrinya pingsan.

Sisa satu jam lagi anaknya pulang dan ia masih ingin bermanja-manja dengan sang istri. Jina memakai baju kebesaran berwarna abu-abu sebagai penutup sedangkan dirinya tidak memakai baju, hanya celana sebagai penutup tubuh.

"Kenapa tidak bisa?" tanya nya tapi yang ia dapat sebagai balasan hanya gelengan kepala.

"Setidaknya tidak perlu pergi ke Italia?" istrinya kembali menggeleng.

"Ugh.." rengek nya kemudian mendekatkan pelukannya ke sang istri.

Sedangkan Jina tersenyum melihat suaminya yang seperti ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sedangkan Jina tersenyum melihat suaminya yang seperti ini. Sudah lama ia tidak merasakan hal dan perasaan seperti ini. Perutnya merasakan hal aneh, seperti beribu-ribu kupu-kupu ada di sana juga hatinya yang menghangat kala mendengar sang suami kembali berbicara.

"Bin." panggil nya dan sang empu menengok.

"Kenapa? Ingin mengatakan kamu tidak bisa kembali lagi? Aku sudah mendengarnya berkali-kali, aku sudah cukup sedih untuk mendengarnya." kesal suaminya.

Jina terkekeh ketika melihat bibir sang suami yang mengerucut, sudah lama ia tidak melihat ekspresi seperti ini. Selama ini ia hanya mendapatkan ekspresi sedih, terkejut, pasrah, dan senyuman palsu.

"Aku ingin mengatakan, aku punya 2 minggu di sini.. Sampai saat itu, mungkin―aku bisa di rumah..?" ucapnya sedikit ragu.

Namun yang terjadi selanjutnya tidak terduga. Soobin tidak menanggapi perkataannya dan yang ia dapati hanya dengkuran halus dari suaminya.

"Aku akan berusaha untuk tinggal."

• • •

Jina keluar dari mobil begitu sampai. Karena Soobin tidur di rumah, ia memutuskan untuk menjemput anaknya. Walaupun masih ada sedikit keraguan di dalam hatinya dan takut jika anaknya akan membencinya.

Apalagi ia tidak datang ketika kemarin anaknya dibully dan disakiti oleh murid sekolah nya.

Gerbang di buka dan banyak anak kecil yang berhamburan keluar dari kelas. Ia menunggu di gerbang sambil memainkan jarinya, sudah lama ia tidak bertemu dengan anaknya.

Tak lama kemudian ia melihat seorang anak kecil yang keluar dari kelas dengan tas kelincinya. Mata mereka tidak bertemu karena HwaSoo yang sibuk berbicara dengan saudaranya, Hana.

Begitu mereka berdua sudah berada di dekat gerbang, Jina mendengar dengan jelas apa yang dibicarakan oleh kedua anak kecil itu.

"Appa ku pasti tidak bisa menjemput lagi, huh! Eomma sedang sakit di rumah, aku tidak bisa lama-lama HwaSoo-ya."

"Aku juga tidak melihat appa ku di sini, pasti ada orang penting yang datang ke kantornya." gerutu HwaSoo lalu melipat kedua tangannya.

Jina terkekeh melihat anaknya yang seperti ini. Terakhir yang ia dengar ada celotehan cadel yang keluar dari mulut sang anak dan itu sudah lama sekali.

Tak lama setelahnya Hana pulang dengan sekretaris ayahnya dan tersisa Jina dan anaknya yang belum mengetahui jika ibu nya ada di belakangnya.

Setelah lama menggerutu karena ayahnya ataupun sekretaris ayahnya tidak menjemput, akhirnya ia membalikkan badannya dan bertabrakan dengan kaki sang ibu, membuatnya hampir terjatuh jika saja tangannya tidak di tahan oleh ibu nya.

Kemudian HwaSoo melihat ke hadapannya, ia melihat seorang wanita yang familiar dan begitu ia berbicara, hatinya menghangat.

"HwaSoo-ya."

Jina menyamakan tingginya dengan sang anak dengan berjongkok di hadapannya. Sedangkan anaknya masih dengan keadaan terkejut dan mulut yang terbuka serta mata yang membulat sempurna.

"E-eom-eomma?" sang ibu mengangguk kemudian tertawa kecil dengan air mata diujung mata nya.

Tangannya terbuka lebar―mengajak anaknya untuk berpelukan dan disambut hangat dan baik oleh sang anak. Ia memeluk ibu nya erat dan menangis di sana.

"Sshh.. Kenapa menangis hm? Tidak senang eomma ada di sini?" tanya nya lalu mengusap pipi anaknya halus.

"HwaSoo―hiks senang.. HwaSoo bahagia.. Eomma kembali.. T-tapi―hiks.. HwaSoo belum menyiapkan kue.." Jina terkekeh kecil mendengarnya.

"Tidak perlu menyiapkan kue, dengan melihat HwaSoo saja eomma sudah bahagia." ucap nya sebagai balasan dan anaknya berhasil tertawa kecil.

"Eomma jangan pergi lagi.. HwaSoo takut.." ucap anaknya sambil kembali memeluknya―membuat sang ibu kembali mengingat bagaimana ia mendapat kabar kalau anaknya di bully.

Punggung sang anak ia usap sebentar kemudian menggendong tubuh anaknya untuk masuk ke dalam mobil. Saat di dalam, ia langsung menyalakan mobil dan menancap gas.

"HwaSoo tidak perlu takut, eomma tidak akan kemana-mana lagi. Eomma tidak akan pergi." perkataan nya mengundang perasaan senang pada anaknya.

"HwaSoo ingin apa? Eomma akan membelikan apapun untuk jagoan eomma."

• • •

ting!

chérie sent you a message

chérie sent you a message

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

chérie

Aku yang menjemputnya karena kamu tertidur
Tidak perlu khawatir, setelah ini aku pulang dan tidak akan pergi

Aku yang menjemputnya karena kamu tertidur Tidak perlu khawatir, setelah ini aku pulang dan tidak akan pergi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

TBC.

yuhuu double apdet :)

triple ga ni?

ᴀɢᴀᴘᴇ ; sᴏᴏʙɪɴ ✔Where stories live. Discover now