⚜Chapter 12⚜

2.9K 190 70
                                    

harap baca semua yg di akhir

WARN! klo gasuka ato jiji dll di skip aja :)

• • •

Jina membalikkan tubuhnya dan menarik dasi yang dipakai suaminya, menyatukan bibir mereka sementara sang suami masih terkejut dengan pergerakan yang tiba-tiba seperti ini. Namun ia tersenyum ketika melihat mata istrinya yang bergetar karena menurutnya itu sangat menggemaskan.

Tangannya turun menuju pinggang sang istri kemudian menariknya ke dalam pelukannya―tanpa melepas penyatuan mereka.

Tiba-tiba saja Soobin merasakan hal yang aneh, tangan istrinya yang masih memegang dasinya bergetar dan saat ia membuka matanya, ia mendapatkan Jina dengan mata yang berair tengah menatapnya.

"Ada apa? Kenapa kamu menangis?" tanya nya mencoba untuk memberi perhatian, tapi yang diberikan istrinya sebagai jawaban hanya gelengan kepala.

"Maaf tapi aku tidak bisa kembali―tidak sekarang.." ucap nya dan itu meninggalkan luka di hati sang suami.

Seketika semua ingatan tentang istrinya kembali berputar di kepalanya. Bagaimana saat di rumah sakit istrinya tidak memberikan kabar kalau ia akan pergi dan baru memberikan kabar semenit sebelum kepergiannya, saat ia menemukan istrinya dan ia meninggalkan anaknya demi membawa kembali sang istri, saat anaknya di bully dan di caci karena kepergian istrinya, saat anaknya sering memanggil eomma tapi yang dipanggil tidak ada di sana untuk membalasnya.

Soobin menyembunyikan tangisannya, tidak ingin terlihat lemah di hadapan sang istri. Tangannya masih setia di pinggang Jina, kemudian meremasnya―sedikit menyalurkan emosinya.

"Kenapa?" tanya nya dengan suara baritonnya.

"Aku tidak bisa, aku hanya―"

"Takut kehilanganku jika kamu kembali?"

Jina tertegun. Kepala yang tadinya ia tundukkan ke bawah kini melihat ke atas dan mendapatkan suaminya yang menahan tangisannya sekuat tenaga. Matanya memerah dan berair, jika saja ia membuatnya hancur sekali lagi, ia yakin air mata nya akan tumpah begitu saja.

"Jangan pergi dariku lagi, kumohon. Tetap disini bersamaku juga HwaSoo." kepala nya ia taruh di pundak sang istri, pelukannya mengerat dan tidak ingin melepaskannya.

"Bin, aku tidak bisa.."

Panggilan itu, yang biasa digunakan oleh Jina saat di rumah. Membuat hatinya menghangat juga sedih di waktu yang sama.

Lalu dari situ, air matanya jatuh di pundak sang istri.

"Panggil aku seperti itu lagi." perintah sang suami.

"Soobin.."

Halus seperti kapas dan manis seperti gula. Pelukannya semakin mengerat dari sebelumnya dan kali ini tangisannya lebih deras dari sebelumnya saat tangan istrinya mengusap pelan kepalanya―untuk menenangkannya.

"Jika kamu tidak ingin kembali dan tinggal―"

Soobin menarik kepala nya kemudian mengusap pipinya kasar. Matanya tertuju pada sang istri, menatapnya dalam.

"―setidaknya pulang."

"Tapi-"

"Untuk terakhir kalinya."

• • •

Mereka berdua masuk ke dalam rumah begitu sampai. Jina sedikit tidak nyaman karena sudah lama ia tidak masuk ke dalam rumahnya.

ᴀɢᴀᴘᴇ ; sᴏᴏʙɪɴ ✔Where stories live. Discover now