⚜Chapter 14⚜

2.4K 181 58
                                    

Soobin membuka matanya dan mendapatkan istrinya tidak ada di sampingnya lagi. Itu membuatnya sedikit khawatir karena ia juga tidak mengunci pintu kamar jadi bisa saja istrinya kabur dan pergi lagi.

Ia bangun dengan sekuat tenaga, sebenarnya masih sedikit lelah karena akhir-akhir ini ia tidak bisa tidur banyak karena memikirkan tentang istrinya.

"Jina?" panggil nya tapi nihil, tidak ada jawaban.

Soobin memutuskan untuk turun dari kasur dan mengambil kemeja untuk menutup tubuhnya, setelahnya ia keluar dari kamar dan mendapatkan keadaan rumah yang sepi.

"Jina-ya? HwaSoo-ya?" panggil nya lagi dan sama seperti sebelumnya, tidak ada jawaban.

Ia melihat handphone nya di meja ruang tamu kemudian mengambilnya. Setelahnya ia melihat pesan dari istrinya tapi itu dikirim dari 1 jam yang lalu.

Lantas dimana istri dan anaknya sekarang?

"Surprise!!"

Tiba-tiba saja HwaSoo dan Jina keluar dari dapur dengan memegang kue beserta lilin di tengah-tengahnya. Senyuman besar serta gigi putih mereka tampilkan, mengundang kebingungan untuk Soobin sendiri saat melihatnya.

"Tapi ulang tahunku-"

"Kita bertiga berulang tahun di bulan desember bukan? Aku tau sudah lewat tapi ini masih bulan desember, jadi.. hehe." jelas istrinya.

"Hahh.. Kamu tidak tau bagaimana khawatirnya aku ketika kamu tidak ada di kasur tadi.." keluhnya kemudian mengecup pucuk kepala kedua malaikatnya.

"Appa cepat tiup lilinnya! Nanti padam!" seru HwaSoo sambil berusaha melindungi tiga lilin di kue agar tidak padam.

"Tidak membuat harapan terlebih dahulu?" tanya Soobin dan kedua malaikatnya tertawa satu sama lain.

"Kami sudah!" jawab nya bersamaan.

"Aku ditinggalkan lagi hm?"

"Ah appa cepat buat sebelum terlambat!" panik anaknya.

Setelah itu Soobin menutup mata nya dan membuat harapan, ia berharap dengan sepenuh hatinya jika harapannya akan dikabulkan. Kemudian lilinnya mereka tiup bersama.

Lalu Soobin melihat ke arah istrinya yang tersenyum bersama anaknya. Ia mendapati adanya bekas tepung di pipi sang istri, dengan inisiatifnya ia menghapusnya halus.

"Bisakah tetap selamanya seperti ini?" gumamnya tanpa sadar kemudian tersenyum.

"Sudah kan? HwaSoo ingin memakan kue nya dari tadi, appa lama sekali huh!" kesal anaknya dengan memasang wajah dengan bibir yang mengerucut.

"Maafkan appa, panggil paman Hansol. Kita makan ini bersama, tapi bolehkah appa berbicara dengan eomma sebentar?"

Awalnya HwaSoo sedikit ragu, berbeda dengan sang ibu yang bingung mengapa suaminya ingin berbicara dengannya yang sepertinya terdengar sangat penting.

Namun anaknya mengangguk setelah itu membawa kue dengan hati-hati ke meja makan.

"Ke ruanganku, sebentar." tangannya di tarik oleh sang suami, membuatnya semakin bingung dan penasaran dengan apa yang akan terjadi.

Saat di ruangannya, Soobin menutup pintu dan menguncinya. Bibirnya langsung ia temukan dengan bibir sang istri, melumatnya kasar sedangkan Jina mencoba untuk mengimbangi permainan yang diberikan suaminya.

"Mmhh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mmhh.."

Tak lama kemudian Soobin menarik kepala nya dan melihat istrinya sedang mencoba menarik nafas dengan lega.

"Bin, ada apa?" tanya nya.

"Aku takut.."

"Takut kenapa hm?"

"Takut kehilanganmu, aku takut saat aku tidur kamu akan pergi atau saat aku sedang sibuk akan sesuatu kamu akan pergi atau―hiks.."

Air matanya keluar begitu saja tapi jari-jari lentik istrinya langsung menghapusnya dan mengusap pipinya halus. Senyum Jina mengembang kala mata mereka bertemu.

"Aku tidak akan pergi.."

Tangan Soobin memegang tangan istrinya yang mengusap pipinya halus, pikirannya tidak dapat berpikir dengan jernih dan banyak pikiran negatif muncul dalam kepalanya.

"Tapi 2 minggu lagi, itu terlalu cepat. Bagaimana jika―bagaimana jika.. Sayang―hiks.."

Tangannya kembali mengusap perlahan pipi suaminya, memberikannya sedikit ketenangan.

"Aku akan mencoba dalam waktu selama itu."

"Tapi bagaimana jika kamu tidak bisa?"

"Aku akan mencoba 10 kali lebih keras dari sebelumnya."

Jina mencoba menenangkan suaminya dan itu berhasil. Soobin tenang dan mencium kening istrinya begitu mereka selesai berbicara.

• • •

Kini mereka bertiga sibuk menghabiskan waktu bersama di taman belakang setelah memakan kue. Soobin dan Jina yang duduk di sofa dengan anaknya yang berada di tengah-tengah mereka sambil bercerita pengalamannya di sekolah.

"Lalu, Hana membantu HwaSoo saat menghadapi mereka. Tapi karena HwaSoo, Hana juga terkena air sampah itu." ucapnya kemudian menundukkan kepalanya.

"Hei, tidak apa-apa hm? Yang terpenting sekarang kamu dapat hidup dengan damai di sekolah tanpa diganggu pembully itu lagi." sang ibu mengangkat dagu anaknya kemudian mengecup keningnya lembut.

"Eum! Terima kasih pada appa yang membuat mereka tidak ada lagi!" seru nya lagi kemudian sang ayah tersenyum melihatnya.

"Apapun untukmu sayang." kini giliran Soobin yang mengecup kepala anaknya kemudian mengacak-acak rambut sang anak dengan jahil.

"Ish! Appa!"

Setelahnya mereka tertawa bersama, mengundang kehangatan di sekitar rumah. Maid dan sekretaris yang melihatnya juga bahagia―seakan-akan itu menular.

Mereka semua berharap semua kehangatan serta kebahagiaan ini akan terus terjadi, selamanya.

Mereka semua berharap semua kehangatan serta kebahagiaan ini akan terus terjadi, selamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC.

done triple

hope u like it, happy reading ꒰◍ˊ◡ˋ꒱

ᴀɢᴀᴘᴇ ; sᴏᴏʙɪɴ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang