(18)Berubah

Mulai dari awal
                                    

Bintang menoleh, memperhatikan Airin yang berjalan pergi. Ia entah kenapa ikut berdiri lalu berlari mengejar Airin.

"Dih! Ngambek." Bintang mencibir dan kini melangkah bersamaan dengan Airin.

Airin mengerucutkan bibir tak menghiraukan Bintang. Membuat Bintang gemas sendiri melihat pipi gadis itu. Mirip pipi Angkasa yang sering diunyel-unyel olehnya.

Bintang yang tak tahan, akhirnya maju. Menghalangi jalan Airin. Menatap lekat gadis itu yang akan memprotes.

"Gue juga serius!" tegas Bintang.

Cup.

Bintang mencium pipi kiri Airin sekilas.

Airin terkesiap.

Bintang memundurkan wajah dengan tegang. Mendelik kecil tak sadar apa yang dilakukannya. Cowok itu kemudian berbalik. Melangkah dengan langkah-langkah lebar dan cepat. Yang semakin lama jadi berlari, melarikan diri. Pergi meninggalkan Airin yang tengah mati kutu. Seperti dikutuk menjadi batu.

Perlahan Airin menyentuh pipi kirinya. Seketika mukanya memanas. Ia mengerjap sadar. Jadi tersenyum kecil. Hatinya seakan melambung terbang tinggi. Jujur, ia belum pernah merasakan perasaan yang mendebarkan seperti ini.

Ah. Dari awal Airin tahu, cowok itu berbeda. Tak sama dengan yang lainnya. Sifatnya yang aneh dan sulit ditebaknya itu seakan menjadi ciri khasnya, untuk selalu Airin ingat.

Di tempat lain, Bintang berbelok dan berhenti. Nafasnya terengah karena berlari dan juga efek kejadian tadi. Ia menoleh kanan kiri. Sepi. Syukurlah. Semoga saja tidak ada tetangga yang lihat. Ia menghela nafas.

APA SIH YANG DILAKUIN BINTANG TADI?

HAAAAAA

Tapi, tadi.

Pipinya Airin kayak pipi Angkasa, halus dan wangi banget.

Bintang jadi merona. Ia memegangi dada kirinya. Membuang nafas banyak dari mulut sampai pipinya ikut menggembung. Cowok ini sedang mencoba menenangkan gejolak di dadanya yang sangat mendebarkan. Ia tak kuasa untuk tersenyum lebar.

Bintang jadi melompat-lompat kecil kesenengan, sambil memutar tubuh.
Ia berbalik lalu merentangkan tangannya. Kembali berjalan untuk pulang ke rumah.

Dengan senyum yang masih ada, ia berjalan dengan langkah riang. Seperti anak tk yang diajak berwisata.

Tak memikirkan apa yang harus ia lakukan ketika bertemu Airin esok harinya.

Seperti sekarang. Hari senin pagi. Di koridor bawah saat akan menaiki tangga kelas dua belas. Bintang tak sengaja bertemu Airin. Bukan hanya Bintang yang kaget, cewek itu juga sama. Airin menyapa Bintang agak canggung yang juga dibalas Bintang sama canggungnya.

Bintang mengekori Airin yang lebih dulu menaiki tangga. Keduanya menaiki tangga dalam diam. Sama-sama tak ada yang berbicara. Di tangga ini pun sepi. Hanya ada Bintang dan Airin, seperti di film-film yang sudah diskenario saja. Sampai di tangga ujung, cewek itu berbalik.

"Hari ini gue mau minta maaf sama Nindy."

Bintang menoleh merasa gadis itu berbicara dengannya, karena hanya Bintang yang ada disitu. Entah kenapa hanya ada Bintang dan Airin sedari tadi. Dan Bintang baru menyadarinya.

"Eh? Mau gue temenin?" tawar Bintang yang kemudian mendapat gelengan kepala dari gadis itu. Bintang bersyukur dalam hati. Tawaran tadi sebenarnya hanya spontan saja karena jujur ia masih blank saat ini.

Airin berbalik setelah pamit. Berjalan ke koridor kelas dua belas IPA.

"Airin!" panggil Bintang tak tahan juga sedari tadi terus menimang-nimang dalam hati.

Gadis itu menoleh, membalikan badannya. Berdiri sekitar tiga meter dari Bintang.

Bintang jadi menggigit bibir, melihat wajah Airin yang cantik sekali saat menoleh. Dan kini gadis itu menatapnya dengan alis tinggi seakan bertanya "ada apa?"

"Nanti jangan lupa nonton ...," ujar Bintang lalu menunjuk dirinya sendiri dengan telunjuknya yang sedikit bergetar. Ia grogi. "Di lapangan ...." Bintang meneguk ludah susah payah,
"Gue nyanyiin lagunya buat lo," ucap Bintang lalu berbalik pergi.

Airin mengernyit tak paham. Tapi tak lama tersenyum lebar sambil menatap punggung Bintang yang menjauh berjalan di koridor IPS. Ia jadi menggeleng pelan, menyadari sesuatu. Bahwa sedari kemarin sikap Bintang terlihat aneh.

Dan Bintang, menahan untuk tidak menoleh ke belakang. Tangannya dimasukan ke kedua saku celana panjang abunya. Ia menghela nafas. Bingung sendiri dengan kelakuannya yang berubah akhir-akhir ini. Tanpa sadar ia mulai sering memikirkan Airin. Tidak menyangka pagi-pagi akan bertemu dengan penampilan Airin yang—

Eh?

Bintang mengerutkan dahi. Teringat sesuatu. Tadi penampilan Airin sedikit berbeda. Roknya menutupi lutut dan lengannya tak lagi ditekuk.

Dan tadi.

Cewek itu bilang akan meminta maaf pada Nindy.

Airin benar-benar mau berubah ya?




















⭐⭐⭐

JANGAN LUPA

VOTE+COMENT+SHARE

TERIMA KASIH




BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang