[ψ] MATAHARI TERBIT

1.1K 280 23
                                    

Dinding putih dan bau antiseptik yang memenuhi ruangan membuat Nigel tidak bisa tidur nyenyak. Bergerak pun sulit berkat selang infus yang menusuk venanya. Berkali-kali pemuda itu mengganti posisi tidur, tetapi dia belum bisa mendapatkan posisi terbaik. Suara derit tempat tidurnya bergema di ruang rawat inap umum, membuat penjenguk dari pasien lain di seberangnya menatap risih.

"Men, kamu belum bisa tidur?" Dari tempat tidur di sebelah kanan Nigel, ada Zea yang terbaring lemas dengan kaos biru navy dan celana jins robek-robek kebanggaannya. Dia berusaha membuka kelopak matanya yang berat.

"Mana bisa tidur dengan segala keganjilan yang ada. Aku malah heran, kok kamu bisa-bisanya tidur nyenyak?"

"Aku juga tidak bisa tidur," sahut Xanor yang berada di atas ranjang sebelah kiri Nigel.

Nigel lalu mengerutkan keningnya dan menatap Zea lekat-lekat, seperti matanya berkata 'Tuh, kan?'

Merasa kalah, Zea menghela napas panjang. "Ya mau diapa lagi? Semua orang tidak percaya dengan cerita kita. Malah ada polisi yang menatap kita seperti sekumpulan mahasiswa pengguna narkoba."

"Bukan itu, Zea. Ini masalah Nia. Tidak ada orang yang ingat dengan Nia, kecuali kita berenam!"

"Iya sih, kenapa bisa gitu, ya? Padahal aku yakin penduduk yang tinggal di dekat rumah nenek Nia pasti sudah sekali dua kali melihat dia. Malah mereka juga membantu kita saat mencarinya."

"Jangan lupa dengan polisi hutan yang kita temui tadi siang. Dia terang-terangan bilang tidak pernah membantu kita mencari Nia. Malah dia seakan-akan baru pertama kali melihat kita semua." Nigel mengganti posisinya menjadi terlentang dan menatap lampu neon putih yang ada di atasnya. "Dan lebih parahnya lagi, orang tua Nia ... mereka benar-benar yakin tidak memiliki anak bernama Nia."

Teringat akan peristiwa sebelum mereka keluar, membuat kedua mata Nigel kembali basah. "Sebenarnya ... apa yang terjadi pada Nia? Dia mati atau ... lenyap?" kata Nigel dengan suara parau.

Setelah terlempar keluar dari dunia lain, mereka segera ditemukan oleh warga yang sedang berburu di hutan. Tubuh mereka penuh luka dan memar, sehingga mereka segera dilarikan ke pemukiman warga terdekat. Masyarakat di sana langsung bertindak cepat untuk merawat keenam mahasiswa yang selamat dari penculikan maut.

Sebelum di bawa ke rumah sakit untuk diobati lebih lanjut, mereka berenam sempat menceritakan apa yang telah mereka alami. Namun, semua orang yang mendengarkan hanya tertawa meledek. Semua yang mereka katakan hanya dianggap kisah khayalan anak muda yang baru saja terkena dehidrasi hebat di tengah hutan. Tentu saja mereka berenam geram akan hal tersebut yang pada ujung-ujungnya menyebabkan perkelahian hebat dan segera diusir dari sana.

Dari mereka berenam yang selamat, Xanor, Zea, dan Nigel mengalami luka yang cukup parah. Sisanya hanya luka lecet dan tidak terlalu parah, sehingga Ann, Cass, dan Tris kembali pulang ke rumah nenek Nia untuk mengemas barang-barang mereka dan bersiap untuk meninggalkan pulau Borneo.

Xanor dan Zea mengalami patah tulang di beberapa bagian dan luka yang perlu dijahit. Berbeda dengan Nigel yang hanya dinyatakan mengalami dehidrasi dan anemia--atau tekanan darah rendah--tanpa goresan sedikit pun.

Satu hal yang sama sebelum mereka terdampar di dunia lain adalah mitos desa yang menghilang dalam semalam. Hanya kisah itu saja yang tersisa. Tidak ada yang membahas kasus menghilangnya orang-orang saat menjelang malam. Padahal mereka ingin membuktikan keberadaan korban-korban sebelumnya, namun mereka sendiri tidak tahu nama mereka.

Nigel merinding jika mengingat para korban. Selamanya mereka menjadi penghuni desa itu, dalam wujud yang tidak manusiawi dan terlupakan. Begitu pula ... dengan nasib Nia yang tidak bisa terselamatkan.

Ominous Night✓Where stories live. Discover now