32. Welcome Baby Jea and Jeira

9.1K 440 10
                                    

Hari ini Zikra tidak ada jadwal kerumah sakit. Dia lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama istrinya. Dia juga harus selalu siap siaga, karena kapanpun Zahra bisa saja melahirkan.

"Mas, Zahra izin ke rumah Zifa dulu ya."

"Mas temenin ya, Ra. Mas nggak mau kamu kenapa-napa dijalan."

"Astaghfirullah mas, rumah kita sama rumah Zifa dekatan kali, jalan kaki juga sampai."

"Iya mas pengen ngejagain kamu. Sekalian mas pengen ketemu Adnan, udah lama mas nggak ngobrol-ngobrol sama dia."

"Oh gitu, ya udah yuk."

Tak butuh waktu lama untuk mereka sampai di rumahnya Zifa dan Adnan. Ya, karena rumah mereka hanya beda beberapa jarak saja. Jalan kaki pun juga sampai.

"Assalamu'alaikum, Zifa." Zahra mengetuk pintu rumah Zifa.

"Wa'alaikumussalam. Eh Zahra, Zikra. Masuk-masuk." ucap Zifa mempersilakan mereka masuk. Segera Zifa memanggil Adnan.

Tak lupa Zifa mengambil beberapa minuman dan camilan untuk Zahra dan Zikra. Sekarang mereka berempat ada di ruang tengah.

"Gimana pekerjaan lo, Nan? Lancar?" Tanya Zikra

"Alhamdulillah, Zik. Tapi ada juga beberapa klien yang pengen gue nyelesaiin masalahnya padahal dia yang salah, ya gue nggak terima lah. Gue nggak bakalan mau nolongin orang-orang yang berbuat curang atau nggak jujur. Gue kan nggak mau nantinya di akhirat dimintai pertanggung jawaban karena membela kebohongan."

"Iya lo bener banget. Ya, itu memang resiko lo sih jadi pengacara."

"Hmm, ya gitu. Pekerjaan lo sendiri gimana? Lancar?" Tanya Adnan balik bertanya

"Alhamdulillah lancar. Gue seneng bisa bantu banyak orang."

"Alhamdulillah kalau gitu, ngomong-ngomong selamat ya, Zik. Bentar lagi kan lo akan jadi seorang ayah. Lo harus siap siaga jagain anak dan istri lo nantik. Jangan sibuk dengan kerja aja, lo harus ngeluangin waktu buat keluarga juga."

"Iya, Nan. Makasih nasihatnya."

Sementara Zikra dan Adnan sibuk bercerita, Zahra dan Zifa hanya bisa menyimak percakapan para suami.

"Oh ya, Zif. Icha mana?"

"Masih tidur dia, mungkin bentar lagi bangun."

"Boleh gue liat?"

"Boleh. Yuk lah." Ajak Zifa untuk segera ke kamarnya Icha.

Saat Zifa hendak membuka pintu kamar Icha, tiba-tiba terdengar sesuatu yang jatuh.

Bughh!

"Huaaaaaa Bunda."

Itu suara tangis Icha, cepat-cepat Zifa dan Zahra menghampiri Icha. Saat dilihat, ternyata Icha jatuh dari tempat tidur.

"Bunda, sakit. Hiks.. hiks..sakit." Rengek Icha sambil memegangi sikutnya.

"Cup-cup anak bunda, gapapa jatuh itu biasa kok. Itu tandanya Icha udah besar. Jangan nangis ya." ucap Zifa menenangkan putrinya itu.

"Benar bunda? Kalo Icha jatuh tandanya udah besar?" Sepertinya Icha tertarik dengan perkataan Zifa barusan. Tadinya yang dia nangis kejer, sekarang suara tangisnya mereda.

"Iya sayang."

"Ya udah Icha jatuh lagi aja deh biar cepat besar kayak bang Zidan." Icha hendak berdiri menaiki tempat tidur dan langsung dicegat oleh Zifa.

Sedangkan Zahra yang melihat hanya menahan ketawanya sedari tadi. Lagian kalau mau ngomong sama anak kecil itu dipikir dulu, karena mereka terlalu polos untuk mengerti maksud perkataan kita.

Jodohku Ketua Rohis [Completed]✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant