28. Welcome Keponakan

11.1K 502 13
                                    

Zahra pergi dari rumah. Jika kalian ingin tau dia dimana? Sekarang dia tinggal di rumah Anjeli dan Adit. Kebetulan orang tuanya Anjeli sedang berada diluar kota untuk beberapa bulan kedepan.

Awalnya Zahra tidak ingin merepotkan Anjeli dan Adit, tetapi Anjeli tetap memaksa menawarkan bantuan. Dengan senang hati, Zahra  menerima bantuan dari Anjeli.

Zahra sudah menaruh barang-barangnya di ruang tamu. Sedangkan Adit dia sedang bekerja, dan belum pulang. Tadi sempat pulang sebentar sih katanya ada dokumen penting yang ketinggalan.

Awalnya dia kaget saat melihat Zahra membawa koper berukuran cukup besar. Anjeli pun menjelaskan kepada abangnya untuk beberapa waktu ini Zahra akan tinggal dirumah mereka. Sedangkan Adit setuju menganggukinya. Oh ya, Adit itu adalah direktur utama di perusahaan papanya.

Zahra dan Anjeli sedang berada di ruang tengah. Zahra masih sesegukan, walaupun dia sudah berhenti menangis.

"Ra, cerita dong sama aku kenapa kamu nangis sambil bawa koper tadi?" Tanya Anjeli masih penasaran.

"A--aku, hiks..." Tangis Zahra pecah lagi saat Anjeli bertanya tentang masalahnya.

"Oke-oke aku nggak maksa kok. Kayaknya kamu belum siap cerita deh. Kamu istirahat aja ke kamar, kasian kamu dari tadi nangis mulu. Ntar aku anterin makanan deh ke kamar kamu." ucap Anjeli tulus. Zahra hanya tersenyum sambil mengangguki perkataan Anjeli.

Zahra rasa dia memang perlu istirahat dan menenangkan pikirannya.

"Mas Zikra sedang apa ya sekarang? Mungkin dia sedang mengunjungi Risya lagi. Semoga kalian bahagia. Aku ikhlas kok." ucap Zahra bermonolog sendiri sambil senyum miring. Dia menertawai dirinya sendiri. Sungguh kasihan saat dia menatap dirinya sendiri di cermin.

Zahra merasa sangat lelah karena seharian dia sudah membuang tenaga dengan menangis. Saat hendak menarik selimut untuk tidur, Anjeli mengetuk pintu kamar Zahra.

"Ra, aku bawa makanan kamu nih." Teriak Anjeli dari luar.

"Buka aja, nggak dikunci kok." jawab Zahra dari dalam.

Anjelipun membuka pintu dan langsung meletakkan makanan dan minuman yang telah dibawakan Anjeli.

"Terima kasih ya, Anjeli." ucap Zahra tersenyum.

"Sama-sama. Aku udah anggap kamu sebagai sahabat aku sendiri kok. Ya udah aku keluar dulu ya." Saat Anjeli ingin keluar, tangan Anjeli dipegang oleh Zahra.

"Ada apa, Ra?" Tanya Anjeli bingung.

"Aku boleh minta tolong nggak sama kamu?"

"Ya boleh lah, Ra. Masa sahabat aku sendiri nggak aku tolongin."

"Siapa saja yang bertanya ke kamu tentang aku atau aku sekarang berada dimana tolong jangan kamu beritahu. Aku ingin menenangkan pikiran ku dulu. Tolong kamu kasih tau bang Adit juga ya. Mana tau nanti bang Arkan bertanya dengan bang Adit, eh bang Adit malah kasih tahu aku dimana. Tolong ya, Anjeli." ucap Zahra

"Iya, Ra. Tenang aja nggak aku kasih tau kok. Nanti bakalan aku sampaiin ke bang Adit juga."

"Terima kasih ya, Anjeli."

"Sama-sama, Ra."

"Ya udah kamu habisin makanannya, siap itu istirahat ya." ucap Anjeli layaknya seperti seorang ibu. Zahra hanya mengangguk. Anjeli langsung keluar dari kamar Zahra.

Zahra langsung menghabiskan makanannya, karena memang dari pagi dia belum makan.

"Apakah aku harus memberitahu Ayah, Bunda dan bang Arkan ya? Tapi jika tidak kuberitahu mereka pasti akan khawatir. Tidak, tidak. Aku tidak boleh membuat keluargaku cemas." Baru hendak menelfon ayahnya, ayahnya malah duluan menelfon.

Jodohku Ketua Rohis [Completed]✔Where stories live. Discover now